Lesti Kejora Gelar Ngebakan Siraman Adat Sunda, Ini Filosofinya

Rabu, 18 Agustus 2021 - 12:13 WIB
loading...
Lesti Kejora Gelar Ngebakan Siraman Adat Sunda, Ini Filosofinya
Lesti Kejora Gelar Ngebakan Siraman Adat Sunda, Ini Filosofinya. Foto/Instagram.
A A A
JAKARTA - Lesti Kejora menggelar acara siraman hari ini, Rabu (18/8). Mengusung adat Sunda , siraman yang juga dikenal sebagai Ngebakan memiliki filosofi yang mendalam.

Ada kepercayaan di tengah masyarakat bahwa calon pengantin yang baru menyelesaikan siraman, segala noda di masa lalu akan luruh. Dengan begitu, kedua calon pengantin kembali bersih menyambut hari baru di kehidupan rumah tangganya.

Menurut laporan ilmiah yang diterbitkan di Repositori Universitas Sumatera Utara, upacara siraman secara kasat mata artinya memandikan. Tapi di balik itu, terdapat makna yang terkandung di dalamnya.

"Secara filosofis, siraman dimaksudkan sebagai upaya penyucian diri lahir-batin sebelum memasuki mahligai perkawinan. Awalnya siraman adat Sunda tidak mengandung unsur musik, tapi setelah mengalami perkembangan dan inovasi, siraman adat Sunda menampilkan musik kecapi suling sebagai ilustrasi musik," terang laporan tersebut.

Siraman bisanya dilakukan dengan tata cara yang khusus. Berikut alurnya.


1. Ngecagkeun aisan

Calon pengantin wanita keluar kamar dengan digendong atau diais - bahasa Sunda. Menurut beberapa sumber, prosesi ini bermakna tanggung jawab orang tua kepada anaknya.

2. Ngaras

Setelah itu, calon pengantin melakukan sungkeman dan membasuh kaki kedua orang tua sebagai simbol penghormatan dan permohonan izin.

3. Pencampuran air siraman

Kedua orang tua akan menuangkan air siraman ke dalam bokor atau sejenis wadah besar yang cekung dan bertepi lebar terbuat dari logam. Lalu, air diaduk. Di dalam cawan tersebut, ada air dari 7 sumber mata air, 7 macam bunga wangi, dua helai kain sarung, dua helai selendang batik, satu helai handuk, pedupaan, baju kebaya, payung besar, dan lilin.

4. Ngebakan

Ritual ini sendiri diawali dengan permainan musik kecapi suling. Calon pengantin wanita dibimbing oleh perias menuju tempat Ngebakan dengan menginjak 7 helai kain batik berbeda motif.

Siraman dimulai dari sang ibu, ayah, dan disusul oleh para sesepuh. Jumlah penyiram ganjil yaitu 7,9, atau paling banyak 11 orang.


5. Potong rambut

Calon pengantin perempuan dipotong rambutnya oleh kedua orang tua sebagai lambang untuk memperindah diri baik secara lahir dan batin. Setelah rambut dipotong, acara dilanjutkan dengan ngeningan.

6. Rebutan parawanten

Ini berkaitan dengan makanan yang disajikan pihak calon pengantin. Makanan yang disajikan disebut hahampangan yang terdiri dari ranginang, opak, saroja, kue bugis, wajik, kue lapis, dan jenis lainnya.

Selain itu, ada makanan lain yang disebut beubeutian yang sifatnya tumbuh di dalam tanah lalu diolah dengan cara direbus atau dikukus seperti ubi-ubian, kacang, talas, singkong, dan sebagainya. Di tahap ini juga dilakukan pembagian air siraman.

7. Suapan terakhir

Terdapat prosesi potong tumpeng oleh kedua orang tua calon mempelai perempuan dan dilanjutkan dengan acara memberi suapan terakhir ke anak sebanyak tiga kali. Suapan terakhir ini sebagai simbol pelepasan orang tua kepada calon mempelai wanita untuk hidup mandiri dengan keluarga baru kelak setelah menikah.

8. Tanah rambut

Kedua orang tua akan menanam potongan rambut calon pengantin perempuan di tempat yang telah ditentukan. Penanaman rambut ini bermakna sebagai membuang atau menguburkan masa lalu calon pengantin yang dirasa kurang baik.

(dra)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2180 seconds (0.1#10.140)
pixels