Pasien Covid-19 Bisa Alami LALILULELO, Apa Itu?
loading...
A
A
A
JAKARTA - Infeksi Covid-19 menyebabkan munculnya berbagai macam penyakit, salah satunya gangguan berpikir atau yang disebut dengan istilah LALILULELO. Kondisi ini biasanya terjadi pada seseorang usai terpapar Covid-19.
Pakar Kesehatan sekaligus Dokter Relawan Covid-19 dr. Muhamad Fajri Adda'i membenarkan bahwa gangguan berpikir (cognitive impairment) memang bisa saja menimpa seseorang yang terinfeksi Covid-19. Sebab, virus Covid-19 dapat menyerang ke berbagai organ tubuh.
"Covid-19 dapat menyebabkan cognitive impairment. Terdapat studi yang dilakukan oleh para peneliti yang dipublikasikan dalam jurnal The Lancet," terang dr. Fajri saat diwawancarai MNC Portal, Kamis (19/8).
Dalam jurnal itu, penelitian tersebut mengambil total subjek lebih dari 81 ribu. Adapun subjek yang mengalami substansial (lemot) sebanyak 192 orang yang dirawat inap. Sementara terdapat 326 orang yang tidak dirawat inap (Covid-19 gejala ringan).
"Ini mengindikasikan cukup banyak kasusnya. Dalam bulan-bulan pertama seseorang akan kesusahan saat berpikir dan kesulitan mengeluarkan perkataan ketika ingin berbicara. Ketika berpikir, ada alur yang terputus," katanya.
Dokter dr. Fajri juga mengatakan, berdasarkan hasil penelitian, seseorang memiliki persentase mengalami cognitive impairment akibat Covid-19 mulai 59% hingga 65%.
"Keluhan ini bahkan bisa terasa sampai 3-4 bulan. Kenapa bisa seperti itu? Dalam jurnal yang diterbitkan BMJ, menegaskan bahwa Covid-19 dapat menyebabkan inflamasi atau peradangan," katanya.
Lebih lanjut dr. Fajri menjelaskan, virus Covid-19 bisa menyerang berbagai organ salah satunya brain fog. Ini adalah salah satu dari tiga gejala terbesar Covid-19 selain lelah. Kesulitan berpikir menjadi salah satu dari gejala yang paling sering dilaporkan.
"Hal ini bisa terjadi karena adanya peradangan pada sel-sel otak sehingga bisa menyebabkan chronic inflammation (terjadi peradangan yang kronis sehingga mengakibatkan gangguan kerja pada otak )," tambahnya.
Ia melanjutkan bahwa efek dari gangguan tersebut bisa sangat panjang, sehingga keluhan yang dirasakan juga cukup lama. Alhasil kondisi ini perlu menjadi perhatian penting, terlebih seseorang yang memang sudah memiliki masalah pada otak, tentu akan sangat memengaruhi.
"Pada manusia yang sehat saja bisa memengaruhi, apalagi bagi orang yang benar-benar sakit. Jadi seseorang harus berhati-hati betul terhadap Covid-19," tuntasnya.
Pakar Kesehatan sekaligus Dokter Relawan Covid-19 dr. Muhamad Fajri Adda'i membenarkan bahwa gangguan berpikir (cognitive impairment) memang bisa saja menimpa seseorang yang terinfeksi Covid-19. Sebab, virus Covid-19 dapat menyerang ke berbagai organ tubuh.
"Covid-19 dapat menyebabkan cognitive impairment. Terdapat studi yang dilakukan oleh para peneliti yang dipublikasikan dalam jurnal The Lancet," terang dr. Fajri saat diwawancarai MNC Portal, Kamis (19/8).
Dalam jurnal itu, penelitian tersebut mengambil total subjek lebih dari 81 ribu. Adapun subjek yang mengalami substansial (lemot) sebanyak 192 orang yang dirawat inap. Sementara terdapat 326 orang yang tidak dirawat inap (Covid-19 gejala ringan).
"Ini mengindikasikan cukup banyak kasusnya. Dalam bulan-bulan pertama seseorang akan kesusahan saat berpikir dan kesulitan mengeluarkan perkataan ketika ingin berbicara. Ketika berpikir, ada alur yang terputus," katanya.
Dokter dr. Fajri juga mengatakan, berdasarkan hasil penelitian, seseorang memiliki persentase mengalami cognitive impairment akibat Covid-19 mulai 59% hingga 65%.
"Keluhan ini bahkan bisa terasa sampai 3-4 bulan. Kenapa bisa seperti itu? Dalam jurnal yang diterbitkan BMJ, menegaskan bahwa Covid-19 dapat menyebabkan inflamasi atau peradangan," katanya.
Lebih lanjut dr. Fajri menjelaskan, virus Covid-19 bisa menyerang berbagai organ salah satunya brain fog. Ini adalah salah satu dari tiga gejala terbesar Covid-19 selain lelah. Kesulitan berpikir menjadi salah satu dari gejala yang paling sering dilaporkan.
"Hal ini bisa terjadi karena adanya peradangan pada sel-sel otak sehingga bisa menyebabkan chronic inflammation (terjadi peradangan yang kronis sehingga mengakibatkan gangguan kerja pada otak )," tambahnya.
Ia melanjutkan bahwa efek dari gangguan tersebut bisa sangat panjang, sehingga keluhan yang dirasakan juga cukup lama. Alhasil kondisi ini perlu menjadi perhatian penting, terlebih seseorang yang memang sudah memiliki masalah pada otak, tentu akan sangat memengaruhi.
"Pada manusia yang sehat saja bisa memengaruhi, apalagi bagi orang yang benar-benar sakit. Jadi seseorang harus berhati-hati betul terhadap Covid-19," tuntasnya.
(tsa)