Dukung Langkah Perbaikan Gizi Anak, Friesland Lakukan Riset Terpadu
loading...
A
A
A
JAKARTA - Studi kesehatan nasional di Tanah Air, dirilis setiap 5-6 tahun oleh Kementerian Kesehatan yang dikenal dengan Riset Kesehatan Dasar ( Riskesdas ).
Baca juga: Hubungan Mulus, tapi Pacar Minta Putus
Riskesdas merupakan riset kesehatan berbasis komunitas berskala nasional sampai tingkat kabupaten/kota yang dilakukan setiap 5-6 tahun sekali oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Badan Litbangkes) Kemenkes dengan kerangka sampel yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS).
5-6 tahun dianggap interval yang tepat untuk menilai perkembangan status kesehatan masyarakat, faktor risiko, dan perkembangan upaya pembangunan kesehatan.
Guna mendukung langkah perbaikan gizi dan melengkapi data Riskesdas, Friesland Campina, induk perusahaan produk bergizi berbasis susu PT Frisian Flag Indonesia, bekerjasama dengan lembaga penelitian dan universitas di Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Vietnam juga melakukan sebuah riset terpadu South-East Asia Nutrition Survey (SEANUTS).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui status gizi anak dengan menilai asupan makanan, antropometri, aktivitas fisik, dan parameter biokimia.
Studi ini dilakukan untuk mengetahui gambaran status gizi anak-anak di Indonesia dan memberikan informasi mengenai asupan makanan anak, termasuk konsumsi protein hewani yang berkontribusi bagi tumbuh kembang anak.
Salah satu hal baru pada studi SEANUTS adalah keterlibatan bidang olahraga untuk mengukur aktivitas fisik anak.
Dokter Spesialis Kedokteran Olahraga, dr. Listya Tresnanti Mirtha, Sp.KO mengatakan, masalah gizi tidak bisa dilepaskan dari aktivitas fisik, keduanya harus seimbang. "Untuk bisa melakukan aktivitas fisik dengan optimal butuh nutrisi yang bagus," tutur dr. Listya dalam keterangan resminya, belum lama ini.
Dia menuturkan bahwa riset tersebut berhasil mengumpulkan data yang cukup detail. Berfokus pada status gizi anak meliputi antropometri (tinggi badan dan berat badan untuk data stunting dan obesitas), komposisi lemak tubuh, ukuran tulang dan pertumbuhannya, aktivitas fisik, pola tidur, kualitas asupan protein, penilaian perkembangan anak, pemeriksaan metabolomic, profil lipid, asupan vitamin D dan paparan sinar matahari.
Advisor SEANUTS, Prof. Dr. dr. Saptawati Bardosono, M.Sc, menambahkan, studi ini juga diyakini dapat melengkapi studi kesehatan nasional, seperti Riskesdas dan membantu pemerintah daerah mengambil kebijakan dalam penanganan masalah malnutrisi di daerah masing-masing.
Baca juga: Berperan Penting dalam Mencegah Stunting, Posyandu Lakukan Rebranding
"Masalah malnutrisi di Indonesia harus mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah. Tingkat pemerintahan daerah masih perlu didorong ke arah yang lebih baik supaya tiap-tiap daerah memiliki kebijakan penanganan malnutrisi yang lebih baik lagi," terang Prof Saptawati.
Lihat Juga: Benarkah Kandungan Maltodextrin dalam Susu Formula Sebabkan Diabetes dan Gagal Ginjal pada Anak?
Baca juga: Hubungan Mulus, tapi Pacar Minta Putus
Riskesdas merupakan riset kesehatan berbasis komunitas berskala nasional sampai tingkat kabupaten/kota yang dilakukan setiap 5-6 tahun sekali oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Badan Litbangkes) Kemenkes dengan kerangka sampel yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS).
5-6 tahun dianggap interval yang tepat untuk menilai perkembangan status kesehatan masyarakat, faktor risiko, dan perkembangan upaya pembangunan kesehatan.
Guna mendukung langkah perbaikan gizi dan melengkapi data Riskesdas, Friesland Campina, induk perusahaan produk bergizi berbasis susu PT Frisian Flag Indonesia, bekerjasama dengan lembaga penelitian dan universitas di Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Vietnam juga melakukan sebuah riset terpadu South-East Asia Nutrition Survey (SEANUTS).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui status gizi anak dengan menilai asupan makanan, antropometri, aktivitas fisik, dan parameter biokimia.
Studi ini dilakukan untuk mengetahui gambaran status gizi anak-anak di Indonesia dan memberikan informasi mengenai asupan makanan anak, termasuk konsumsi protein hewani yang berkontribusi bagi tumbuh kembang anak.
Salah satu hal baru pada studi SEANUTS adalah keterlibatan bidang olahraga untuk mengukur aktivitas fisik anak.
Dokter Spesialis Kedokteran Olahraga, dr. Listya Tresnanti Mirtha, Sp.KO mengatakan, masalah gizi tidak bisa dilepaskan dari aktivitas fisik, keduanya harus seimbang. "Untuk bisa melakukan aktivitas fisik dengan optimal butuh nutrisi yang bagus," tutur dr. Listya dalam keterangan resminya, belum lama ini.
Dia menuturkan bahwa riset tersebut berhasil mengumpulkan data yang cukup detail. Berfokus pada status gizi anak meliputi antropometri (tinggi badan dan berat badan untuk data stunting dan obesitas), komposisi lemak tubuh, ukuran tulang dan pertumbuhannya, aktivitas fisik, pola tidur, kualitas asupan protein, penilaian perkembangan anak, pemeriksaan metabolomic, profil lipid, asupan vitamin D dan paparan sinar matahari.
Advisor SEANUTS, Prof. Dr. dr. Saptawati Bardosono, M.Sc, menambahkan, studi ini juga diyakini dapat melengkapi studi kesehatan nasional, seperti Riskesdas dan membantu pemerintah daerah mengambil kebijakan dalam penanganan masalah malnutrisi di daerah masing-masing.
Baca juga: Berperan Penting dalam Mencegah Stunting, Posyandu Lakukan Rebranding
"Masalah malnutrisi di Indonesia harus mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah. Tingkat pemerintahan daerah masih perlu didorong ke arah yang lebih baik supaya tiap-tiap daerah memiliki kebijakan penanganan malnutrisi yang lebih baik lagi," terang Prof Saptawati.
Lihat Juga: Benarkah Kandungan Maltodextrin dalam Susu Formula Sebabkan Diabetes dan Gagal Ginjal pada Anak?
(nug)