Digelar Online, Zero Waste Indonesia Festival Sinergikan Pelaku Lintas Elemen
loading...
A
A
A
JAKARTA - Zero Waste Indonesia (ZWID) Festival bertajuk Sinergi Menuju Negeri Lestari sukses diselenggarakan oleh Komunitas Zero Waste Indonesia. Tidak kurang dari 12.000 audiens bersinergi selama rangkaian acara berlangsung pada 6-11 September lalu.
Diisi oleh setidaknya 38 orang dari berbagai latar belakang, ZWID Festival menjadi wadah mensinergikan seluruh elemen yang terlibat. ZWID Festival turut menyumbangkan sedikitnya 130 Blue Carbon Package (BCP) sebagai bentuk dukungan terhadap ekosistem pesisir. Jumlah BCP tersebut setara dengan minimal 7,8 ton CO2e terserap lewat festival ini.
“Tujuan kegiatan ini adalah sebagai gerakan bersama menuju Indonesia bersih dan bebas sampah melalui kontribusi dari seluruh lapisan masyarakat. Bersama-sama membangun kesadaran dan memberi arah dalam melangkah untuk berpartisipasi terhadap lingkungan sehingga masyarakat memahami masalah terkait lingkungan yang sedang dihadapi dan mengerti bagaimana penerapan gaya hidup minim sampah dalam keseharian,” ungkap Founder Zero Waste Indonesia Maurilla Sophianti Imron melalui siaran pers, Selasa (14/9/2021).
Sementara itu, menurut Direktur Pengelolaan Sampah Ditjen PSLB3 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Novrizal Tahar, perlu kesadaran kolektif mengenai permasalahan sampah.
"Upaya yang dapat dilakukan salah satunya adalah menerapkan gaya hidup minim sampah. Dapat dimulai dari menolak pemakaian plastik sekali pakai, berbelanja tanpa kemasan, memilah sampah dari rumah, menghabiskan makanan, dan mengompos sisa makanan. Jika bisa jadikanlah sebagai way of life. Perubahan memang butuh waktu, namun percayalah itu merupakan investasi yang akan membuahkan hasil," paparnya.
Digelar bertepatan dengan Zero Waste Week, ZWID Festival turut mengundang Zero Waste Week United Kingdom, Zero Waste Malaysia, Zero Waste Singapore, serta Plastic Free Southeast Asia & Australia pada Webinar Zero Waste Lifestyle for Global Movement untuk membagikan cerita tentang inisiatif mereka serta tantangan yang dihadapi di negara masing-masing. Beberapa figur publik turut ambil bagian di festival ini.
Zero waste sebagai filosofi yang dijadikan gaya hidup demi mendorong siklus hidup sumber daya sejalan dengan konsep ekoliterasi yang dinarasikan oleh Dr. Fahruddin Faiz dalam Webinar Fondasi Ekoliterasi Menuju Negeri Lestari, di mana orang paham dan sadar tentang pentingnya lingkungan hidup. Mendorong dari sekadar ‘tahu’ menjadi ‘sadar’ sehingga tercipta ekosistem lestari.
Pendekatan mengenai gaya hidup minim sampah juga dapat dilakukan lewat karya seperti buku, komik strip, dan berdongeng. Cara ini memberikan napas segar untuk mengenalkan konsep hidup minim sampah sedari dini tidak hanya kepada anak-anak tetapi juga kepada orang tua.
DK Wardhani, Fabianus Bayu, dan Awam Prakoso dengan kreatif mengedukasi lingkungan sekitar dengan pendekatan tersebut dan membagikan kisah inspiratif mereka dalam Webinar Mengukir Karya untuk Kisah Lestari.
Pada Webinar Bisnis Lestari Menuju Ekonomi Sirkular, Sejauh Mata Memandang dan Sekolah Pagesangan dilibatkan. Mereka yakin, dengan memperhatikan aspek keberlanjutan dapat lebih berdampak pada bisnis yang dijalankan.
Lalu dipaparkan pula dalam IG Live Beauty without Waste, The Body Shop Indonesia menerapkan konsep sirkular dalam bisnis dengan mengumpulkan kembali kemasan mereka yang akan dibuat menjadi produk baru untuk dikembalikan lagi ke pelanggan sebagai free gift, loyal gift, atau bundling dengan produk lain.
Konsep berkelanjutan dapat pula diterapkan pada aspek pangan. Misalnya pada pembuatan eco enzyme dari sisa organik yang ternyata banyak sekali manfaatnya untuk manusia dan lingkungan sekitar seperti yang diungkapkan oleh Eco Enzyme Nusantara pada Workshop Eco Enzyme. Workshop ini menjadi daya tarik tersendiri selama festival berlangsung.
Adapun Surplus Indonesia, Waste4Change, dan Rebricks Indonesia dalam Webinar Peluang Karier di Era Ekonomi Sirkular menjadi representatif dari terus berkembangnya karier di bidang lingkungan.
Diisi oleh setidaknya 38 orang dari berbagai latar belakang, ZWID Festival menjadi wadah mensinergikan seluruh elemen yang terlibat. ZWID Festival turut menyumbangkan sedikitnya 130 Blue Carbon Package (BCP) sebagai bentuk dukungan terhadap ekosistem pesisir. Jumlah BCP tersebut setara dengan minimal 7,8 ton CO2e terserap lewat festival ini.
Baca Juga
“Tujuan kegiatan ini adalah sebagai gerakan bersama menuju Indonesia bersih dan bebas sampah melalui kontribusi dari seluruh lapisan masyarakat. Bersama-sama membangun kesadaran dan memberi arah dalam melangkah untuk berpartisipasi terhadap lingkungan sehingga masyarakat memahami masalah terkait lingkungan yang sedang dihadapi dan mengerti bagaimana penerapan gaya hidup minim sampah dalam keseharian,” ungkap Founder Zero Waste Indonesia Maurilla Sophianti Imron melalui siaran pers, Selasa (14/9/2021).
Sementara itu, menurut Direktur Pengelolaan Sampah Ditjen PSLB3 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Novrizal Tahar, perlu kesadaran kolektif mengenai permasalahan sampah.
"Upaya yang dapat dilakukan salah satunya adalah menerapkan gaya hidup minim sampah. Dapat dimulai dari menolak pemakaian plastik sekali pakai, berbelanja tanpa kemasan, memilah sampah dari rumah, menghabiskan makanan, dan mengompos sisa makanan. Jika bisa jadikanlah sebagai way of life. Perubahan memang butuh waktu, namun percayalah itu merupakan investasi yang akan membuahkan hasil," paparnya.
Digelar bertepatan dengan Zero Waste Week, ZWID Festival turut mengundang Zero Waste Week United Kingdom, Zero Waste Malaysia, Zero Waste Singapore, serta Plastic Free Southeast Asia & Australia pada Webinar Zero Waste Lifestyle for Global Movement untuk membagikan cerita tentang inisiatif mereka serta tantangan yang dihadapi di negara masing-masing. Beberapa figur publik turut ambil bagian di festival ini.
Zero waste sebagai filosofi yang dijadikan gaya hidup demi mendorong siklus hidup sumber daya sejalan dengan konsep ekoliterasi yang dinarasikan oleh Dr. Fahruddin Faiz dalam Webinar Fondasi Ekoliterasi Menuju Negeri Lestari, di mana orang paham dan sadar tentang pentingnya lingkungan hidup. Mendorong dari sekadar ‘tahu’ menjadi ‘sadar’ sehingga tercipta ekosistem lestari.
Pendekatan mengenai gaya hidup minim sampah juga dapat dilakukan lewat karya seperti buku, komik strip, dan berdongeng. Cara ini memberikan napas segar untuk mengenalkan konsep hidup minim sampah sedari dini tidak hanya kepada anak-anak tetapi juga kepada orang tua.
DK Wardhani, Fabianus Bayu, dan Awam Prakoso dengan kreatif mengedukasi lingkungan sekitar dengan pendekatan tersebut dan membagikan kisah inspiratif mereka dalam Webinar Mengukir Karya untuk Kisah Lestari.
Pada Webinar Bisnis Lestari Menuju Ekonomi Sirkular, Sejauh Mata Memandang dan Sekolah Pagesangan dilibatkan. Mereka yakin, dengan memperhatikan aspek keberlanjutan dapat lebih berdampak pada bisnis yang dijalankan.
Lalu dipaparkan pula dalam IG Live Beauty without Waste, The Body Shop Indonesia menerapkan konsep sirkular dalam bisnis dengan mengumpulkan kembali kemasan mereka yang akan dibuat menjadi produk baru untuk dikembalikan lagi ke pelanggan sebagai free gift, loyal gift, atau bundling dengan produk lain.
Konsep berkelanjutan dapat pula diterapkan pada aspek pangan. Misalnya pada pembuatan eco enzyme dari sisa organik yang ternyata banyak sekali manfaatnya untuk manusia dan lingkungan sekitar seperti yang diungkapkan oleh Eco Enzyme Nusantara pada Workshop Eco Enzyme. Workshop ini menjadi daya tarik tersendiri selama festival berlangsung.
Adapun Surplus Indonesia, Waste4Change, dan Rebricks Indonesia dalam Webinar Peluang Karier di Era Ekonomi Sirkular menjadi representatif dari terus berkembangnya karier di bidang lingkungan.
(tsa)