Viral! Kisah Bule Inggris Jadi Mualaf Usai Dibesarkan Tanpa Agama
loading...
A
A
A
Perjalanan hidup lantas membawa wanita tersebut mengenal agama Islam. Saat beranjak dewasa, ia sering berbicara dengan teman-temannya yang merupakan seorang muslimah.
“Sebelum masuk kuliah aku ikut kegiatan bersama teman dan semua anggotanya muslim. Kami pun berteman dengan mereka dan hal itu memicu obrolan soal agama dan Islam," ucapnya.
Ia mengaku bahwa teman-temannya yang beragama Islam tersebut merupakan sosok orang yang luar biasa dan sangat ramah. Ini membuatnya tertarik untuk mempelajari agama Islam secara mandiri.
“Mereka adalah teman terbaik aku dan merupakan orang orang hebat dan akibat dari seringnya berdiskusi dengan mereka dan melihat kepribadiannya, hal itu memicu ketertarikanku yang buat aku bertanya kenapa ada bagian dari Islam ini di mana aku dicekoki bahwa agama ini Menindas dan menghapus hak wanita dan agama bengis," paparnya.
Namun saat proses pencariannya secara mandiri, ia menemukan banyak informasi tidak benar soal Islam yang beredar di Internet. Pencariannya berakhir saat ia memutuskan untuk menelaah informasi yang didapat lantas mencocokkannya dengan ajaran Kristen aliran Yehuwa yang sangat membekas di benaknya.
Hal ini membawanya kepada satu keyakinan bahwa Islam dan Alquran adalah agama yang sempurna serta memiliki keterkaitan dengan ajaran agama lainnya, seperti dijelaskan bahwa Bibel atau Injil adalah kitab yang turun terlebih dahulu sebelum Alquran.
“Aku pun menemukan bahwa Alquran dan Islam juga mengakui Kristen dan Yahudi. Bagiku ini sangat masuk akal karena selama ini aku melihat kaitan antara ucapan temanku soal Islam dan ucapan orang tua soal Kristen di Bible tentu saja jadi sangat masuk akal bahwa Tuhan yang sama pastinya juga agama sama," imbuhnya.
Saat itulah, ia memutuskan untuk mengucapkan kalimat syahadat sebagai syarat mualaf hingga kini ia merasa mantap menjadi seorang muslimah. “Aku berdoa dengan sungguh-sungguh lalu aku bersujud di atas sajadah, dan aku ikrarkan syahadat dengan sepenuh hati," tandasnya.
“Sebelum masuk kuliah aku ikut kegiatan bersama teman dan semua anggotanya muslim. Kami pun berteman dengan mereka dan hal itu memicu obrolan soal agama dan Islam," ucapnya.
Ia mengaku bahwa teman-temannya yang beragama Islam tersebut merupakan sosok orang yang luar biasa dan sangat ramah. Ini membuatnya tertarik untuk mempelajari agama Islam secara mandiri.
“Mereka adalah teman terbaik aku dan merupakan orang orang hebat dan akibat dari seringnya berdiskusi dengan mereka dan melihat kepribadiannya, hal itu memicu ketertarikanku yang buat aku bertanya kenapa ada bagian dari Islam ini di mana aku dicekoki bahwa agama ini Menindas dan menghapus hak wanita dan agama bengis," paparnya.
Namun saat proses pencariannya secara mandiri, ia menemukan banyak informasi tidak benar soal Islam yang beredar di Internet. Pencariannya berakhir saat ia memutuskan untuk menelaah informasi yang didapat lantas mencocokkannya dengan ajaran Kristen aliran Yehuwa yang sangat membekas di benaknya.
Hal ini membawanya kepada satu keyakinan bahwa Islam dan Alquran adalah agama yang sempurna serta memiliki keterkaitan dengan ajaran agama lainnya, seperti dijelaskan bahwa Bibel atau Injil adalah kitab yang turun terlebih dahulu sebelum Alquran.
“Aku pun menemukan bahwa Alquran dan Islam juga mengakui Kristen dan Yahudi. Bagiku ini sangat masuk akal karena selama ini aku melihat kaitan antara ucapan temanku soal Islam dan ucapan orang tua soal Kristen di Bible tentu saja jadi sangat masuk akal bahwa Tuhan yang sama pastinya juga agama sama," imbuhnya.
Saat itulah, ia memutuskan untuk mengucapkan kalimat syahadat sebagai syarat mualaf hingga kini ia merasa mantap menjadi seorang muslimah. “Aku berdoa dengan sungguh-sungguh lalu aku bersujud di atas sajadah, dan aku ikrarkan syahadat dengan sepenuh hati," tandasnya.
(dra)