Rasisme Dapat Sebabkan Kerusakan Mental dan Penyakit Kronis

Minggu, 07 Juni 2020 - 13:29 WIB
loading...
Rasisme Dapat Sebabkan...
Paparan berkelanjutan terhadap rasisme dalam segala bentuk meningkatkan hormon stres kita, seperti kortisol yang menyebabkan kerusakan pada fisik tubuh. Foto Ilustrasi/Evan Mitsui/CBC
A A A
JAKARTA - Pakar kesehatan menyebut rasisme dapat menyebabkan kerusakan emosional dan mental. Para dokter yang mempelajari ketidakadilan kesehatan juga menyebut rasisme berkontribusi pada perkembangan penyakit kronis.

Dr. Aletha Maybank dalam sebuah diskusi panel yang disponsori American Medical Association belum lama ini mengatakan, rasisme struktural menyebabkan kerusakan emosional dan mental. Maybank adalah Kepala Ekuitas Kesehatan sekaligus Wakil Presiden Asosiasi tersebut.(baca juga: Awas! Ternyata Kucing Mudah Terinfeksi Virus Corona )

"Paparan berkelanjutan terhadap rasisme dalam segala bentuk meningkatkan hormon stres kita, seperti kortisol yang menyebabkan kerusakan pada fisik tubuh. Sementara kita tahu tidak ada ras yang merupakan konstruksi sosial serta tak memiliki dasar biologis dan genetik. Rasisme sebenarnya dapat mengubah pola bagaimana gen diekspresikan," kata Maybank.

"Jadi, apakah kita berbicara tentang lebih banyak orang yang meninggal karena COVID atau di tangan polisi, rasisme pada akhirnya adalah sumber penyakitnya," sambung Maybank.(baca juga: Inilah Tujuh Tari Tradisional Indonesia yang Mendunia )

Kesenjangan sosial, termasuk pendapatan yang lebih rendah, perumahan yang padat dan kurangnya asuransi kesehatan, semua itu merupakan faktor yang berkontribusi pada semakin banyaknya kasus Covid-19 serta kematian dalam komunitas minoritas.

"Kerugian yang kita lihat pada kasus Covid adalah gejala rasisme institusional-struktural dan merupakan manifestasinya, versus alasan inti yang sebenarnya," timpal Dr. Roger Mitchell Jr.

Bagian dari pembicaraan ini berpusat pada kebrutalan polisi dan mengapa itu menjadi masalah medis yang harus ditangani oleh lembaga kesehatan.

Mitchell menjelaskan, kebrutalan polisi mungkin gejala yang paling tercela dari penyakit rasisme di Amerika.

"Saya merasa ini saatnya untuk mengenali dan memanggil semua institusi kedokteran untuk mengecam kekerasan polisi sebagai ancaman kesehatan masyarakat," papar Dr. Rupa Marya, Associate Professor of Medicine di University of California San Francisco.

Mengutip laman CNN, Marya menambahkan bahwa trauma berperan dalam menyebabkan kondisi kesehatan kronis.

"Kami sekarang tahu cukup banyak tentang trauma dan pendorong peradangan tingkat rendah. Peradangan tingkat rendah dikaitkan dengan semua penyakit ini, yang menyerang orang-orang kulit hitam dan cokelat maupun adat masyarakat dengan cara yang lebih berdampak daripada penyakit jantung, depresi, obesitas, atau diabetes," tambah Marya.

Sementara itu dokter anak Dr. Rhea Boyd bilang, menyaksikan kekerasan hanya berdampak pada kesehatan fisik dan mental seseorang. Di sisi lain, Marya membahas beberapa hasil awal dari sebuah penelitian yang menjadi bagian dari kekerasan polisi dan mengatakan tidak ada yang tak tersentuh olehnya.

"Apa yang kita lihat, dan saya akan membagikannya, adalah bahwa semua orang mengalami trauma, semua ras, dengan menyaksikan ataupun mengalami kekerasan polisi, di mana orang-orang hitam dan cokelat memiliki dampak paling kuat terhadap kesehatan mereka. Meski demikian, semua orang sebenarnya trauma dengan kekerasan ini," tutup Marya.
(tsa)
(msd)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1767 seconds (0.1#10.140)