Omicron vs Delta, Mana yang Lebih Mudah Menular dan Menginfeksi Penyintas Covid-19?
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kementerian Kesehatan Singapura mengeluarkan pernyataan cukup berani soal varian Omicron . Menurut mereka, varian Omicron lebih mudah menular dan meningkatkan risiko infeksi berulang lebih tinggi dibandingkan varian Delta dan Beta.
"Artinya, orang yang sudah pulih dari Covid-19 bisa terinfeksi lagi karena Omicron," terang Kemenkes Singapura dalam keterangan resminya, dikutip dari NDTV, Rabu (8/12/2021).
Singapura sendiri telah melaporkan kasus Omicron baru pada Minggu (5/12/2021) lalu. Ia adalah penduduk Singapura berusia 37 tahun dan sudah divaksinasi, berada di penerbangan yang sama dengan dua kasus Omicron sebelumnya yang baru tiba dari Afrika Selatan pada 1 Desember 2021.
Negara tersebut terus memperbaharui informasi soal Omicron dibantu para ahli dari negara-negara yang terkena dampak Omicron. Tinjauan kasus dari Afrika Selatan pun terus dilakukan.
"Informasi terus kami perbaharui, meski masih banyak pertanyaan yang belum ada jawaban jelasnya," ungkap Kemenkes Singapura.
Kini, Singapura tengah melakukan studi terkait efektivitas vaksin Covid-19 yang sudah ada terhadap varian Omicron. "Tetapi, para ahli meyakini bahwa vaksin yang ada masih cukup kuat melindungi orang dari penyakit parah akibat infeksi Omicron," tambah Kemenkes Singapura.
Pemberian vaksin booster pun dilakukan di Singapura dengan berlandaskan bahwa booster dapat memberi pertahanan lebih kuat sehingga melindungi seseorang dari varian Covid-19 yang ada atau yang akan datang.
"Soal seberapa berbahaya Omicron, sejauh ini diketahui bahwa varian B.1.1.529 ini gejalanya ringan dan tidak ada kematian karenanya," terang Kemenkes Singapura.
Gejala yang paling sering dilaporkan adalah sakit tenggorokan, kelelahan, dan batuk. Meski begitu, informasi lebih banyak diperlukan untuk memberi kejelasan terkait varian Omicron ini.
"Artinya, orang yang sudah pulih dari Covid-19 bisa terinfeksi lagi karena Omicron," terang Kemenkes Singapura dalam keterangan resminya, dikutip dari NDTV, Rabu (8/12/2021).
Singapura sendiri telah melaporkan kasus Omicron baru pada Minggu (5/12/2021) lalu. Ia adalah penduduk Singapura berusia 37 tahun dan sudah divaksinasi, berada di penerbangan yang sama dengan dua kasus Omicron sebelumnya yang baru tiba dari Afrika Selatan pada 1 Desember 2021.
Negara tersebut terus memperbaharui informasi soal Omicron dibantu para ahli dari negara-negara yang terkena dampak Omicron. Tinjauan kasus dari Afrika Selatan pun terus dilakukan.
"Informasi terus kami perbaharui, meski masih banyak pertanyaan yang belum ada jawaban jelasnya," ungkap Kemenkes Singapura.
Kini, Singapura tengah melakukan studi terkait efektivitas vaksin Covid-19 yang sudah ada terhadap varian Omicron. "Tetapi, para ahli meyakini bahwa vaksin yang ada masih cukup kuat melindungi orang dari penyakit parah akibat infeksi Omicron," tambah Kemenkes Singapura.
Pemberian vaksin booster pun dilakukan di Singapura dengan berlandaskan bahwa booster dapat memberi pertahanan lebih kuat sehingga melindungi seseorang dari varian Covid-19 yang ada atau yang akan datang.
"Soal seberapa berbahaya Omicron, sejauh ini diketahui bahwa varian B.1.1.529 ini gejalanya ringan dan tidak ada kematian karenanya," terang Kemenkes Singapura.
Gejala yang paling sering dilaporkan adalah sakit tenggorokan, kelelahan, dan batuk. Meski begitu, informasi lebih banyak diperlukan untuk memberi kejelasan terkait varian Omicron ini.
(tsa)