Perang Rusia dan Ukraina, Ini 3 Risiko Cedera Parah yang Terjadi
loading...
A
A
A
JAKARTA - Perang antara Rusia dan Ukraina bisa menyebabkan cedera parah. Ukraina mengklaim lebih dari 5 ribu tentara Rusia dilaporkan tewas dalam pertempuran ini. Selain itu, sebanyak kurang lebih ribuan luka-luka, termasuk anak-anak.
Sebagaimana diketahui, pada Kamis, 24 Februari 2022, Rusia melancarkan invasi berskala besar ke Ukraina, negara tetangganya di sebelah barat daya. Invasi ini menandakan peristiwa penting dalam perang Rusia dan Ukraina yang dimulai pada 2014.
Melihat kondisi ini, cedera parah pun tak bisa dihindari. Lantas cedera parah apa saja yang bisa terjadi saat perang? Berikut ulasannya dilansir dari World War I Centennial, Selasa (1/3/2022).
1. Luka Bakar
Cedera terparah akibat perang pertama adalah luka bakar. Luka ini terjadi akibat penggunaan api dan atau cairan panas dalam perang yang sudah ada sejak awal sejarah. Dengan dimulainya peperangan mekanis dan penggunaan bahan peledak tinggi dalam Perang Dunia I, luka bakar menjadi cedera yang sangat umum.
Luka bakar besar sekitar 50 persen atau lebih dari area tubuh kemungkinan berakibat sangat fatal. Ahli bedah telah menyebut bahwa terapi cairan intravena awal adalah kunci untuk bertahan hidup dari luka bakar yang besar ini. Cairan intravena sendiri sudah tersedia pada Perang Dunia I, dan digunakan sampai batas tertentu, tetapi tidak sebanyak yang dibutuhkan untuk mengobati luka bakar besar.
Sementara luka bakar pada wajah dan ekstremitas, meskipun tidak sering berakibat fatal, masih dapat menyebabkan kecacatan besar. Pengobatannya sendiri terdiri dari perawatan suportif, mencoba untuk mengurangi infeksi, dan cangkok kulit untuk area ketebalan penuh.
Kebutuhan untuk perawatan luka bakar yang lebih baik ini akhirnya mendorong banyak penelitian setelah perang oleh ahli bedah plastik dan ahli bedah trauma. Pada Perang Dunia II ada banyak pengetahuan dan praktik yang tersedia. Sayang, hal itu datang terlambat bagi para korban malang dalam Perang Dunia I.
Sebagaimana diketahui, pada Kamis, 24 Februari 2022, Rusia melancarkan invasi berskala besar ke Ukraina, negara tetangganya di sebelah barat daya. Invasi ini menandakan peristiwa penting dalam perang Rusia dan Ukraina yang dimulai pada 2014.
Melihat kondisi ini, cedera parah pun tak bisa dihindari. Lantas cedera parah apa saja yang bisa terjadi saat perang? Berikut ulasannya dilansir dari World War I Centennial, Selasa (1/3/2022).
1. Luka Bakar
Cedera terparah akibat perang pertama adalah luka bakar. Luka ini terjadi akibat penggunaan api dan atau cairan panas dalam perang yang sudah ada sejak awal sejarah. Dengan dimulainya peperangan mekanis dan penggunaan bahan peledak tinggi dalam Perang Dunia I, luka bakar menjadi cedera yang sangat umum.
Luka bakar besar sekitar 50 persen atau lebih dari area tubuh kemungkinan berakibat sangat fatal. Ahli bedah telah menyebut bahwa terapi cairan intravena awal adalah kunci untuk bertahan hidup dari luka bakar yang besar ini. Cairan intravena sendiri sudah tersedia pada Perang Dunia I, dan digunakan sampai batas tertentu, tetapi tidak sebanyak yang dibutuhkan untuk mengobati luka bakar besar.
Sementara luka bakar pada wajah dan ekstremitas, meskipun tidak sering berakibat fatal, masih dapat menyebabkan kecacatan besar. Pengobatannya sendiri terdiri dari perawatan suportif, mencoba untuk mengurangi infeksi, dan cangkok kulit untuk area ketebalan penuh.
Kebutuhan untuk perawatan luka bakar yang lebih baik ini akhirnya mendorong banyak penelitian setelah perang oleh ahli bedah plastik dan ahli bedah trauma. Pada Perang Dunia II ada banyak pengetahuan dan praktik yang tersedia. Sayang, hal itu datang terlambat bagi para korban malang dalam Perang Dunia I.