Kenapa Varian Covid-19 Deltacron Muncul? Ini Penjelasan IDI

Minggu, 13 Maret 2022 - 14:15 WIB
loading...
Kenapa Varian Covid-19 Deltacron Muncul? Ini Penjelasan IDI
Perkembangan virus Covid-19 semakin memicu penemuan varian-varian baru di dunia. Salah satu varian yang santer saat ini adalah Deltacron yang merupakan virus gabungan dari varian sebelumnya yaitu Delta dan Omicron. Foto/Ilustrasi/IST
A A A
JAKARTA - Perkembangan virus Covid-19 semakin memicu penemuan varian-varian baru di dunia. Salah satu varian yang santer saat ini adalah Deltacron yang merupakan virus gabungan dari varian sebelumnya yaitu Delta dan Omicron.

Menurut Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) bahwa virus Covid-19 telah bermutasi, lalu menghadirkan varian-varian baru yang mungkin saja bisa lebih parah, lebih mudah menular atau lebih mematikan.

"Deltacron adalah varian dari Covid yang mengandung elemen dari delta dan Omicron, dalam kata lain mengandung gen dari kombinasi kedua virus tersebut (Delta dan Omicron) disebut rekombinan," ujar Prof. Dr. Zubairi Djoerban, SpPD KHOM, kepada MNC Portal, Minggu (13/3/2022)

Mengapa ada Deltacron?

Prof Zubairi menerangkan, ketika seseorang terinfeksi kedua virus yang berbeda dapat memicu varian baru. Hal tersebut diketahui setelah replikasi, di mana virus Delta dan Omicron masuk ke dalam sel yang sama atau pada manusia terinfeksi Covid-19 varian keduanya.



Replikasi merupakan proses penggandaan DNA utuk memperbayak diri yang terjadi pada fase sintesis saat interfase mejelang sel akan membelah.

"Karena apabila seseorang terinfeksi varian oleh kedua varian tersebut, kemudian masuk ke dalam sel yang sama dari orang tersebut yang diinfeksi oleh kedua varian. Nah pada replikasi muncul atau timbulah varian baru Deltacron," jelasnya

Apakah lebih berbahaya dari Delta atau Omicron?

Dalam penjelasannya, ia tidak dapat memastikan apakah varian baru Deltacron ini lebih berbahaya dari varian sebelumnya. Prof Zubairi menerangkan bahwa jumlah kasus yang terdeteksi saat ini masih sangat sedikit, sehingga belum dapat dipastikan Deltacron berbahaya atau tidak.

Dia juga mengatakan baru hanya beberapa negara yang memiliki pasien Deltacron, seperti Amerika dan Inggris. Namun bila melansir dari Fox News bahwa jumlah pasien Deltacron di Amerika baru 17 orang.

"Dimana virus ini ditemukan dibeberapa tempat Amerika Serikat, Prancis, Denmark dan Belanda. Sedikit sekali di Amerika juga ditemukan di Inggris," kata Prof Zubairi

Di sisi lain, WHO mengatakan Deltacron telah terdeteksi, jumlahnya sangat rendah, menurut ahli epidemiologi penyakit menular belum ada. "Kami belum melihat perubahan dalam tingkat keparahannya. Tetapi ada banyak penelitian yang sedang berlangsung," kata Maria Van Kerkhove, dilansir dari Times of India, Minggu (13/3/2022)
(hri)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2646 seconds (0.1#10.140)