Omicron Kraken Bisa Picu Kenaikan Kasus Covid di Indonesia, Ini Kata Dokter Spesialis Paru
loading...
A
A
A
JAKARTA - Dokter spesialis paru, dr Erlina Burhan menyatakan bahwa ditemukannya sub varian Omicron Kraken bisa memicu kenaikan kasus Covid-19 di Indonesia.
Sebagaimana diketahui, kasus pertama sub varian Omicron Kraken di Indonesia terdeteksi pada warga negara asing (WNA) asal Polandia.
Kasus Omicron Kraken ini dibeberapa negara, termasuk Amerika Serikat dan Inggris telah memicu kenaikan kasus Covid-19.
Kondisi serupa bisa terjadi di Indonesia, jika kurangnya kesadaran masyarakat untuk melakukan testing Covid-19, sebab gejala dari Omicron Kraken atau XBB.1.5 ini sangat ringan, namun cepat menular.
"Bisa (meningkat kasusnya) kalau masyarakat memeriksakan diri bila cuma ada gejala saja dan juga melakukan skrining pada orang terdekat," kata dr Erlina saat dihubungi MNC Portal, Jumat (27/1/2023).
"Masalahnya tidak semua mau periksa apalagi kalau ringan- ringan saja (gejalanya)," tambahnya.
Sementara untuk gejala varian Kraken dari kasus pertama ini, hanya batuk ringan. Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik (Kemenkes), dr Siti Nadia Tarmizi dan kondisinya saat ini sudah dipastikan negatif.
Sebagai informasi, Omicron Kraken diketahui lahir melalui rekombinasi sub-varian BA.2.10.1 dan BA.2.75.
"Pasien ini gejalanya batuk ringan sudah dilakukan kontak tracing dan semua kontak negatif. Setelah isoman 8 hari sudah negatif," jelas dr Nadia dalam keterangannya belum lama ini.
Ditemukannya varian Omicron Kraken, diperkirakan berasal antara November dan Desember 2022 di atau sekitar negara bagian New York di AS.
Kraken ini, menurut data dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS, dianggap berada di balik peningkatan infeksi di seluruh negeri, diperkirakan menjadi penyebab 41 persen kasus Covid-19 saat ini,
"Dua strain yang berbeda dari BA.2 Omicron telah berkumpul bersama untuk menciptakan ini," jelas Sheena Cruickshank, seorang profesor di Lydia Becker Institute of Immunology and Inflammation di University of Manchester dalam neuronews.
Lihat Juga: Sortaman Saragih Soroti Dugaan Pungli dan Bullying PPDS Unsrat: Prodi Kedokteran Harus Transparan
Sebagaimana diketahui, kasus pertama sub varian Omicron Kraken di Indonesia terdeteksi pada warga negara asing (WNA) asal Polandia.
Kasus Omicron Kraken ini dibeberapa negara, termasuk Amerika Serikat dan Inggris telah memicu kenaikan kasus Covid-19.
Kondisi serupa bisa terjadi di Indonesia, jika kurangnya kesadaran masyarakat untuk melakukan testing Covid-19, sebab gejala dari Omicron Kraken atau XBB.1.5 ini sangat ringan, namun cepat menular.
"Bisa (meningkat kasusnya) kalau masyarakat memeriksakan diri bila cuma ada gejala saja dan juga melakukan skrining pada orang terdekat," kata dr Erlina saat dihubungi MNC Portal, Jumat (27/1/2023).
"Masalahnya tidak semua mau periksa apalagi kalau ringan- ringan saja (gejalanya)," tambahnya.
Sementara untuk gejala varian Kraken dari kasus pertama ini, hanya batuk ringan. Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik (Kemenkes), dr Siti Nadia Tarmizi dan kondisinya saat ini sudah dipastikan negatif.
Sebagai informasi, Omicron Kraken diketahui lahir melalui rekombinasi sub-varian BA.2.10.1 dan BA.2.75.
"Pasien ini gejalanya batuk ringan sudah dilakukan kontak tracing dan semua kontak negatif. Setelah isoman 8 hari sudah negatif," jelas dr Nadia dalam keterangannya belum lama ini.
Ditemukannya varian Omicron Kraken, diperkirakan berasal antara November dan Desember 2022 di atau sekitar negara bagian New York di AS.
Kraken ini, menurut data dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS, dianggap berada di balik peningkatan infeksi di seluruh negeri, diperkirakan menjadi penyebab 41 persen kasus Covid-19 saat ini,
"Dua strain yang berbeda dari BA.2 Omicron telah berkumpul bersama untuk menciptakan ini," jelas Sheena Cruickshank, seorang profesor di Lydia Becker Institute of Immunology and Inflammation di University of Manchester dalam neuronews.
Lihat Juga: Sortaman Saragih Soroti Dugaan Pungli dan Bullying PPDS Unsrat: Prodi Kedokteran Harus Transparan
(hri)