Penyintas Covid-19 Gejala Berat Sebagian Besar Alami Kerusakan Paru-paru, Ini Penyebabnya
loading...
A
A
A
JAKARTA - Infeksi Covid-19 menimbulkan reaksi berbeda pada setiap orang. Ada yang bergejala ringan, sedang, hingga berat bahkan kritis. Kondisi setiap gejala pun berbeda-beda.
Pada kasus infeksi Covid-19 gejala berat, pasien kebanyakan mengalami kerusakan pada paru. Bahkan, Covid-19 terbukti mampu merusak kedua paru, jika saturasi oksigen menurun drastis yang disebabkan oleh inflamasi parah.
"Pada kondisi tersebut, paru biasanya akan terisi banyak cairan, dahak, dan sel. Hal ini yang mengakibatkan kerusakan pada dinding kantung udara paru-paru, sehingga membuat pasien sesak napas dan mengalami pneumonia parah," terang Dokter Spesialis Paru dan Pernapasan RS Pondok Indah, dr Amira Anwar, Sp.P, dalam keterangan resminya, Kamis (24/3/2022).
Kalau sudah mengalami kondisi paru terisi cairan, dahak, hingga sel, sambung dr Amira, pasien Covid-19 membutuhkan alat bantu napas yaitu menggunakan ventilator.
Pada pneumonia biasa, kebanyakan pasien dapat sembuh tanpa adanya kerusakan paru-paru yang bertahan lama. Tapi, beda cerita kalau pasien mengalami pneumonia akibat Covid-19.
"Itu bisa berkembang menjadi pneumonia berat. Bahkan, setelah penyakit berlalu, cedera paru akibat Covid-19 dapat menyebabkan kesulitan bernapas yang mungkin membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk membaik," ungkap dr Amira.
Secara lengkap, dr Amira menjelaskan ada 3 faktor yang memengaruhi risiko kerusakan paru pada penyintas Covid-19, yaitu:
1. Tingkat Keparahan Penyakit
Apakah pasien mengalami gejala ringan, sedang, atau berat ketika terinfeksi Covid-19. Pasien dengan gejala ringan cenderung lebih jarang memiliki cedera atau parut yang bertahan lama di jaringan paru.
2. Kondisi Kesehatan
Apakah pasien memiliki penyakit komorbid seperti penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) atau penyakit jantung yang dapat meningkatkan risiko penyakit bertambah parah. Orang yang berusia lanjut juga lebih rentan mengalami kasus Covid-19 yang parah.
"Hal ini terkait dengan jaringan paru yang sudah mengalami penuaan (degeneratif) sehingga kondisinya lebih tidak fleksibel jika dibandingkan dengan jaringan paru pada seseorang yang berusia lebih muda," papar dr Amira.
3. Tindakan Pengobatan
Pemulihan pasien dan kesehatan paru-paru jangka panjang akan bergantung pada jenis perawatan apa yang mereka dapatkan dan seberapa cepat pengobatan dilakukan.
"Pada pasien dengan gejala berat, perawatan yang tepat selama di rumah sakit dapat meminimalkan kerusakan paru-paru," tambah dr Amira.
Pada kasus infeksi Covid-19 gejala berat, pasien kebanyakan mengalami kerusakan pada paru. Bahkan, Covid-19 terbukti mampu merusak kedua paru, jika saturasi oksigen menurun drastis yang disebabkan oleh inflamasi parah.
"Pada kondisi tersebut, paru biasanya akan terisi banyak cairan, dahak, dan sel. Hal ini yang mengakibatkan kerusakan pada dinding kantung udara paru-paru, sehingga membuat pasien sesak napas dan mengalami pneumonia parah," terang Dokter Spesialis Paru dan Pernapasan RS Pondok Indah, dr Amira Anwar, Sp.P, dalam keterangan resminya, Kamis (24/3/2022).
Kalau sudah mengalami kondisi paru terisi cairan, dahak, hingga sel, sambung dr Amira, pasien Covid-19 membutuhkan alat bantu napas yaitu menggunakan ventilator.
Baca Juga
Pada pneumonia biasa, kebanyakan pasien dapat sembuh tanpa adanya kerusakan paru-paru yang bertahan lama. Tapi, beda cerita kalau pasien mengalami pneumonia akibat Covid-19.
"Itu bisa berkembang menjadi pneumonia berat. Bahkan, setelah penyakit berlalu, cedera paru akibat Covid-19 dapat menyebabkan kesulitan bernapas yang mungkin membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk membaik," ungkap dr Amira.
Secara lengkap, dr Amira menjelaskan ada 3 faktor yang memengaruhi risiko kerusakan paru pada penyintas Covid-19, yaitu:
1. Tingkat Keparahan Penyakit
Apakah pasien mengalami gejala ringan, sedang, atau berat ketika terinfeksi Covid-19. Pasien dengan gejala ringan cenderung lebih jarang memiliki cedera atau parut yang bertahan lama di jaringan paru.
2. Kondisi Kesehatan
Apakah pasien memiliki penyakit komorbid seperti penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) atau penyakit jantung yang dapat meningkatkan risiko penyakit bertambah parah. Orang yang berusia lanjut juga lebih rentan mengalami kasus Covid-19 yang parah.
"Hal ini terkait dengan jaringan paru yang sudah mengalami penuaan (degeneratif) sehingga kondisinya lebih tidak fleksibel jika dibandingkan dengan jaringan paru pada seseorang yang berusia lebih muda," papar dr Amira.
3. Tindakan Pengobatan
Pemulihan pasien dan kesehatan paru-paru jangka panjang akan bergantung pada jenis perawatan apa yang mereka dapatkan dan seberapa cepat pengobatan dilakukan.
"Pada pasien dengan gejala berat, perawatan yang tepat selama di rumah sakit dapat meminimalkan kerusakan paru-paru," tambah dr Amira.
(hri)