Bisa Serang Anak Muda, Yuk Kenali dan Cegah Penyakit Saraf Terjepit

Jum'at, 29 April 2022 - 03:12 WIB
loading...
Bisa Serang Anak Muda,...
Saraf kejepit atau dalam dunia medis disebut Lower Back Pain telah menjadi penyebab utama hidup dengan keterbatasan fisik selama bertahun-tahun sejak 1990. / Foto: ilustrasi/aica
A A A
JAKARTA - Saraf kejepit atau dalam dunia medis disebut Lower Back Pain (LBP) telah menjadi penyebab utama hidup dengan keterbatasan fisik (disabilitas) selama bertahun-tahun sejak 1990. Bahkan pada 2017, prevalensi penderita LBP diperkirakan mencapai 7,5% dari populasi dunia.

Penyakit ini tak hanya diderita lansia, tapi juga anak muda karena gaya hidup tak sehat dan kurangnya berolahraga. Demikian dijelaskan Dokter Spesialis Orthopedy Konsultan Orthopaedic Spine RS Pelni, dr. Rizky Notario Haryanto Putro, Sp.OT.

Dokter Rizky menyebutkan bahwa saraf kejepit sendiri terbagi menjadi dua tipe jika dilihat dari sisi letak penjepitan, yakni Herniated Nucleus Pulposus (HNP) dan Nerve Entrapment Syndrome.

Baca juga: Cakupan Vaksinasi Covid-19 di Indonesia Sudah Lebih dari 400 Juta Suntikan

HNP merupakan kondisi di mana bantalan atau cakram yang berada di antara tulang belakang (soft gel disc atau nucleus pulposus) keluar dari posisi semula atau robek dan menjepit cabang saraf di sekitarnya.

Sedangkan, nerve entrapment syndrome adalah kondisi ketika jaringan sekitar saraf seperti ligamen dan osteofit menekan saraf.

"Untuk mengetahui tipe saraf kejepit yang dialami, pasien perlu melakukan pemeriksaan penunjang seperti X-Ray, Computed Tomography scan (CT scan) scan, hingga Magnetic Resonance Imaging (MRI)," ungkap dr. Rizky dalam webinar Kenali Gejala Syaraf Kejepit & Penanganannya, Kamis, 28 April 2022.

Gejala yang ditimbulkan biasanya meliputi mati rasa atau berkurangnya sensasi di area yang dilalui oleh saraf, munculnya rasa nyeri yang tajam atau seperti terbakar, kesemutan, otot terasa lemah, hingga kaki dan tangan sering kali sulit digerakkan.

Adapun penanganan saraf kejepit tergantung dari kondisi pasien, yakni seberapa parah nyeri yang dialami serta tingkat keparahan HNP. Lama pengobatan penyakitnya pun berbeda-beda.

Akan tetapi, secara umum, penanganan saraf kejepit terdiri dari minimal invasive surgery, microdecompression, open surgery, hingga konservatif atau non-operatif yang menggunakan obat-obatan, fisioterapi, dan korset.

Lebih lanjut, dr. Rizky mengimbau para penderita saraf kejepit untuk melakukan operasi jika memang diperlukan, salah satunya dengan PSLD (Percutaneous Stenoskopi Lumbar Discectomy), yakni teknik operasi pada tulang belakang yang menggunakan endoskopi melalui sayatan kecil.

Pada teknik operasi tersebut, kata dr. Rizky, dokter akan memasukkan dekompresi endoskopi melalui sayatan kecil, sekitar 1-2 sentimeter, ke area saraf. Ada beberapa keuntungan jika memilih prosedur ini, seperti proses pemulihan yang cepat dan risiko infeksi yang lebih kecil dibandingkan prosedur lainnya.

Dokter Rizky mengungkapkan bahwa operasi saraf kejepit ini tak memiliki risiko kematian hingga kelumpuhan yang tinggi, seperti kabar yang beredar di masyarakat. Pasalnya, kini para petugas medis sudah memiliki kemampuan yang mumpuni, didukung sejumlah teknologi yang canggih.

Sekalipun ada insiden yang terjadi, lanjut dr. Rizky, hanya akan berdampak pada jempol kaki saja. "Risikonya itu aja. Kalau pun terjadi sesuatu, dia hanya tidak bisa menggerakkan jempol kaki," bebernya.

Baca juga: Mudik dengan Kendaraan Pribadi, Jangan Lupakan 3 Hal Ini

Menurut dr. Rizky, penyakit saraf kejepit bisa dicegah dengan cara menjaga berat badan agar tetap ideal, olahraga secara teratur, tidak merokok, serta memperhatikan posisi tubuh saat duduk, bergerak ataupun mengangkat beban.
(nug)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1092 seconds (0.1#10.140)