Pentingnya Peduli Penyakit Gagal Jantung, Ini Kata Dokter Spesialis Kardiovaskular
loading...
A
A
A
Persetujuan BPOM ini didasarkan pada hasil studi empagliflozin untuk pengobatan HFrEF, yaitu studi EMPEROR-Reduced yang dipublikasikan pada tahun 2020.
"Hasil dari studi tersebut menemukan bahwa empagliflozin yang diberikan dengan pengobatan standar HFrEF lainnya, terbukti dapat menurunkan risiko relatif kematian kardiovaskular atau rawat inap akibat gagal jantung sebesar 25%, menurunkan risiko rawat inap berulang akibat gagal jantung sebesar 30% dan membantu memperlambat penurunan fungsi ginjal pada pasien HFrEF," jelasnya.
Menurutnya, Empagliflozin dapat menjadi harapan baru dalam pengobatan penyakit gagal jantung HFrEF, karena telah lulus melalui uji klinis dan disetujui oleh BPOM RI.
Persetujuan BPOM ini didasarkan pada hasil studi empagliflozin untuk pengobatan HFrEF, yaitu studi EMPEROR-Reduced yang dipublikasikan pada tahun 2020.
"Hasil dari studi tersebut menemukan bahwa empagliflozin yang diberikan dengan pengobatan standar HFrEF lainnya, terbukti dapat menurunkan risiko relatif kematian kardiovaskular atau rawat inap akibat gagal jantung sebesar 25%, menurunkan risiko rawat inap berulang akibat gagal jantung sebesar 30% dan membantu memperlambat penurunan fungsi ginjal pada pasien HFrEF," jelasnya.
Sementara itu, Head of Medical Zuellig Pharma Therapeutics Indonesia dr. Constantine Heryawan menyatakan kedepannya masih banyak penelitian empagliflozin dalam bidang kardiovaskular yang dapat memberikan harapan baru bagi pasien-pasien dengan penyakit jantung.
“Kami berkomitmen dan berharap dapat terus berkolaborasi dengan asosiasi medis seperti PERKI dan Pokja Gagal Jantung, begitu juga dengan dokter-dokter di Indonesia untuk mengembangkan tatalaksana gagal jantung, melalui edukasi, program untuk pasien, atau bahkan penelitian klinis,” ucapnya.
Turut memberikan pernyataan dalam acara tersebut, Aylie Widjaja, Chief Operating Officer Zuellig Pharma Therapeutics menekankan pentingnya meningkatkan kesadaran tentang penyakit jantung, tidak hanya bagi diri sendiri tetapi juga untuk orang-orang di sekitar kita.
Menurunkan beban penyakit kardiovaskular di Indonesia tidak hanya tugas salah satu pihak, namun peran semua lapisan masyarakat (pasien, dokter, keluarga pasien, dan pembuat kebijakan).
"Kami berharap dengan adanya terapi baru dalam penanganan gagal jantung ini dapat memberikan dampak positif pada kualitas hidup dan kepercayaan diri pasien maupun calon pasien yang akan datang, dan tentunya kami tetap berkomitmen untuk membantu pasien terhadap akses obat-obatan dalam penanganan gagal jantung,” pungkasnya.
"Hasil dari studi tersebut menemukan bahwa empagliflozin yang diberikan dengan pengobatan standar HFrEF lainnya, terbukti dapat menurunkan risiko relatif kematian kardiovaskular atau rawat inap akibat gagal jantung sebesar 25%, menurunkan risiko rawat inap berulang akibat gagal jantung sebesar 30% dan membantu memperlambat penurunan fungsi ginjal pada pasien HFrEF," jelasnya.
Menurutnya, Empagliflozin dapat menjadi harapan baru dalam pengobatan penyakit gagal jantung HFrEF, karena telah lulus melalui uji klinis dan disetujui oleh BPOM RI.
Persetujuan BPOM ini didasarkan pada hasil studi empagliflozin untuk pengobatan HFrEF, yaitu studi EMPEROR-Reduced yang dipublikasikan pada tahun 2020.
"Hasil dari studi tersebut menemukan bahwa empagliflozin yang diberikan dengan pengobatan standar HFrEF lainnya, terbukti dapat menurunkan risiko relatif kematian kardiovaskular atau rawat inap akibat gagal jantung sebesar 25%, menurunkan risiko rawat inap berulang akibat gagal jantung sebesar 30% dan membantu memperlambat penurunan fungsi ginjal pada pasien HFrEF," jelasnya.
Sementara itu, Head of Medical Zuellig Pharma Therapeutics Indonesia dr. Constantine Heryawan menyatakan kedepannya masih banyak penelitian empagliflozin dalam bidang kardiovaskular yang dapat memberikan harapan baru bagi pasien-pasien dengan penyakit jantung.
“Kami berkomitmen dan berharap dapat terus berkolaborasi dengan asosiasi medis seperti PERKI dan Pokja Gagal Jantung, begitu juga dengan dokter-dokter di Indonesia untuk mengembangkan tatalaksana gagal jantung, melalui edukasi, program untuk pasien, atau bahkan penelitian klinis,” ucapnya.
Turut memberikan pernyataan dalam acara tersebut, Aylie Widjaja, Chief Operating Officer Zuellig Pharma Therapeutics menekankan pentingnya meningkatkan kesadaran tentang penyakit jantung, tidak hanya bagi diri sendiri tetapi juga untuk orang-orang di sekitar kita.
Menurunkan beban penyakit kardiovaskular di Indonesia tidak hanya tugas salah satu pihak, namun peran semua lapisan masyarakat (pasien, dokter, keluarga pasien, dan pembuat kebijakan).
"Kami berharap dengan adanya terapi baru dalam penanganan gagal jantung ini dapat memberikan dampak positif pada kualitas hidup dan kepercayaan diri pasien maupun calon pasien yang akan datang, dan tentunya kami tetap berkomitmen untuk membantu pasien terhadap akses obat-obatan dalam penanganan gagal jantung,” pungkasnya.