Kenali Aksi Bullying di Tempat Kerja, Ini Tips Menghadapinya

Sabtu, 25 Juni 2022 - 18:19 WIB
loading...
Kenali Aksi Bullying di Tempat Kerja, Ini Tips Menghadapinya
Psikolog Klinis Dewasa Tara de Thouars dalam webinar Creating Positive Vibes at Work: Tolerance is Key yang diselenggarakan PT Unilever Indonesia bekerja sama dengan Campus Marketeers Club, Jumat (24/6/2022). Foto/Istimewa
A A A
JAKARTA - Psikolog Klinis Dewasa Tara de Thouars mengatakan, Gen Z adalah generasi yang sangat terbuka dengan perbedaan.

Penelitian McKinsey & Company menunjukkan beberapa kategori perilaku Gen Z yang membedakannya dengan generasi-generasi sebelumnya. Salah satunya adalah Undefined ID, di mana generasi tersebut menghargai setiap individu tanpa memberi label tertentu dan memiliki keterbukaan yang besar untuk memahami keunikan tiap individu.

"Perilaku itu tentu akan turut memengaruhi mereka saat mencari pekerjaan," imbuh Tara dalam webinar Creating Positive Vibes at Work: Tolerance is Key yang diselenggarakan PT Unilever Indonesia bekerja sama dengan Campus Marketeers Club, Jumat (24/6/2022).

Sebuah studi yang dilakukan oleh Randstad Workmonitor tahun 2022 menunjukkan bahwa 41% Gen Z yang tersebar di wilayah Eropa, Asia Pasifik, dan Amerika lebih memilih menganggur ketimbang tidak bahagia di tempat kerja. Terlihat pula bahwa salah satu tolok ukur dari kebahagiaan bagi Gen Z adalah betapa prinsip keseteraan, keberagaman, dan inklusivitas dapat ditegakkan di tempat kerja, di mana 41% responden mengaku tidak akan memilih tempat kerja yang tak mempromosikan keragaman dan inklusivitas.

Hal ini, ujar Tara, menjadi sebuah tantangan sekaligus peluang bagi perusahaan saat mereka mengakuisisi talenta baru, yaitu bagaimana toleransi dapat dibangun menjadi sebuah budaya di setiap level organisasi.

Salah satu bentuk intoleransi yang masih kerap terjadi adalah workplace bullying. Yaitu serangkaian perilaku yang dilakukan secara sengaja dan berulang untuk mengintimidasi, menjatuhkan atau menyakiti orang lain di tempat kerja. Contohnya kekerasan fisik, verbal, pengucilan/pemboikotan, sabotase pekerjaan, dan lain-lain.

Workplace bullying bisa dilakukan secara langsung maupun secara online. Tindakan ini melibatkan tiga pihak. Pertama adalah pelaku, yang kebanyakan menyerang titik lemah target agar mereka terlihat berkuasa sehingga menutupi ketidakmampuan atau ketidakpuasan dalam dirinya.

Kemudian target, yang secara sengaja dan berulang dipermalukan sehingga berpotensi mengalami berbagai efek psikologis yang mengganggu keseharian dan produktivitas.

Yang ketiga adalah saksi, yang tanpa pemahaman cukup mengenai cara menghadapi situasi workplace bullying, sering kali hanya berdiam diri. Padahal, saksi memiliki peranan yang sangat penting untuk mengintervensi perilaku tidak menyenangkan tersebut.

Tara kemudian berbagi tips untuk menghadapi workplace bullying. Yaitu tetap tenang, atasi masalah secara langsung, laporkan pada atasan atau HRD, dokumentasikan, jangan ragu untuk berbicara dengan orang lain, dan jaga rasa percaya diri serta pikiran positif.

Terkait aksi workplace bullying ini, Unilever Indonesia sendiri diketahui sudah memiliki jalur pengaduan khusus yang disebut Speak-Up Channel, sebuah Whistleblower System dengan jaminan kerahasiaan penuh sebagai salah satu sarana bagi karyawan untuk menyampaikan adanya penyimpangan terhadap peraturan dan ketentuan yang berlaku.

Perusahaan ini juga aktif mendorong karyawan untuk bertanggung jawab dan berinisiatif jika melihat potensi pelanggaran.
(tsa)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0973 seconds (0.1#10.140)