Bagaimana Cara Mengatasi ASI yang Tidak Keluar? Begini Kata Dokter
loading...
A
A
A
JAKARTA - World Breastfeeding Week atau Pekan ASI Sedunia tiap tahun diperingati pada 1-7 Agustus. Pekan ASI Sedunia merupakan upaya WHO dan UNICEF untuk mendukung ibu menyusui di seluruh dunia, termasuk Indonesia.
Pekan ASI Sedunia ini juga diperingati untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai betapa pentingnya memberikan ASI kepada bayi. Karena ASI mempunyai banyak manfaat istimewa untuk bayi.
Pemberian ASI eksklusif tentu sangat penting untuk mencegah stunting. Sebab, menurut data, Indonesia sendiri masuk dalam daftar dengan angka stunting tertinggi di Asia Tenggara, yakni 24 persen pada 2021.
Baca juga: Harta Orang Tua Habis karena Riba, Pesulap Merah: Sampai Sekarang Saya Totalitas Antiriba
Konselor Laktasi, dr. Nadia Utami Putri mengatakan, bila bicara soal stunting, ada banyak faktor. Tak hanya dari ASI tapi juga asupan gizi ibunya kurang, MPASI tidak cukup, faktor kemiskinan, sanitasi dan lain sebagainya. Biasanya hal itu terjadi di 1.000 hari pertama kehidupan.
"Jadi sebenarnya untuk mengatasi itu, selain memberi ASI eksklusif selama 6 bulan, ibu juga harus mengonsumsi gizi yang seimbang," kata dr. Nadia dalam Podcast Aksi Nyata bertajuk Peringati Breastfeeding Week 2022: Cegah Stunting dengan ASI Eksklusif, di kanal YouTube Partai Perindo, Sabtu (6/8/2022).
"Dalam satu piring harus ada karbo, protein, lemak, dan minum yang cukup. Banyak yang salah kaprah. Menyuruh ibu menyusui makan apa saja tapi asupan gizinya nggak bagus. Jadi sama aja," lanjutnya.
Namun faktanya, banyak kendala dialami ibu saat menyusui. Yang paling umum adalah ASI tidak keluar saat awal melahirkan. Hal itu membuat para ibu memilih untuk memberi susu formula kepada anaknya.
Padahal, menurut Dokter Nadia, saat ASI tidak keluar perlu dilihat dulu waktunya. Bila ASI tidak keluar di awal melahirkan itu hal yang wajar.
"Ibu bisa ditunggu tiga hari sambil terus distimulasi dengan memberikan menghisap payudara. Kalau di hari kesembilan belum keluar juga, bisa dicek ke dokter. Mungkin nanti akan ada donor ASI atau pemberian ASI sementara," paparnya.
Dokter Nadia menambahkan, nantinya para ibu juga bisa melakukan relaktasi dengan berbagai metode untuk merangsang agar ASI bisa keluar.
"Bisa melakukan pemijatan atau dikasih susu formula sementara dengan memasukan alat ke dalam payudara. Jadi si bayi tetap menghisap susu dari puting ibunya. Cara ini juga untuk merangsang otak ibu agar asi bisa keluar," jelasnya.
Di samping itu, ibu juga harus banyak mengonsumsi makanan dan minuman yang dapat membantu produksi ASI semakin banyak.
"Bisa konsumsi sayuran hijau, daun kelor, daun katuk, susu kedelai, kacang hijau, alpukat, ada banyak sih sebenarnya," terang dia.
Menurutnya, hal yang terpenting bagi ibu menyusui adalah dukungan dari suami dan juga keluarga terdekat untuk bisa terus memberikan ASI eksklusif.
Baca juga: Viral! Kisah Mahasiswi Cinlok saat KKN dengan Anak Kepala Desa hingga Menikah
"Dukungan suami dan keluarga harus kuat agar ibunya bisa lebih bahagia. Sehingga bisa memproduksi banyak ASI," pungkas dr. Nadia.
Lihat Juga: Mengenal Meita Irianty, Influencer Parenting yang Jadi Tersangka Penganiayaan Balita di Depok
Pekan ASI Sedunia ini juga diperingati untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai betapa pentingnya memberikan ASI kepada bayi. Karena ASI mempunyai banyak manfaat istimewa untuk bayi.
Pemberian ASI eksklusif tentu sangat penting untuk mencegah stunting. Sebab, menurut data, Indonesia sendiri masuk dalam daftar dengan angka stunting tertinggi di Asia Tenggara, yakni 24 persen pada 2021.
Baca juga: Harta Orang Tua Habis karena Riba, Pesulap Merah: Sampai Sekarang Saya Totalitas Antiriba
Konselor Laktasi, dr. Nadia Utami Putri mengatakan, bila bicara soal stunting, ada banyak faktor. Tak hanya dari ASI tapi juga asupan gizi ibunya kurang, MPASI tidak cukup, faktor kemiskinan, sanitasi dan lain sebagainya. Biasanya hal itu terjadi di 1.000 hari pertama kehidupan.
"Jadi sebenarnya untuk mengatasi itu, selain memberi ASI eksklusif selama 6 bulan, ibu juga harus mengonsumsi gizi yang seimbang," kata dr. Nadia dalam Podcast Aksi Nyata bertajuk Peringati Breastfeeding Week 2022: Cegah Stunting dengan ASI Eksklusif, di kanal YouTube Partai Perindo, Sabtu (6/8/2022).
"Dalam satu piring harus ada karbo, protein, lemak, dan minum yang cukup. Banyak yang salah kaprah. Menyuruh ibu menyusui makan apa saja tapi asupan gizinya nggak bagus. Jadi sama aja," lanjutnya.
Namun faktanya, banyak kendala dialami ibu saat menyusui. Yang paling umum adalah ASI tidak keluar saat awal melahirkan. Hal itu membuat para ibu memilih untuk memberi susu formula kepada anaknya.
Padahal, menurut Dokter Nadia, saat ASI tidak keluar perlu dilihat dulu waktunya. Bila ASI tidak keluar di awal melahirkan itu hal yang wajar.
"Ibu bisa ditunggu tiga hari sambil terus distimulasi dengan memberikan menghisap payudara. Kalau di hari kesembilan belum keluar juga, bisa dicek ke dokter. Mungkin nanti akan ada donor ASI atau pemberian ASI sementara," paparnya.
Dokter Nadia menambahkan, nantinya para ibu juga bisa melakukan relaktasi dengan berbagai metode untuk merangsang agar ASI bisa keluar.
"Bisa melakukan pemijatan atau dikasih susu formula sementara dengan memasukan alat ke dalam payudara. Jadi si bayi tetap menghisap susu dari puting ibunya. Cara ini juga untuk merangsang otak ibu agar asi bisa keluar," jelasnya.
Di samping itu, ibu juga harus banyak mengonsumsi makanan dan minuman yang dapat membantu produksi ASI semakin banyak.
"Bisa konsumsi sayuran hijau, daun kelor, daun katuk, susu kedelai, kacang hijau, alpukat, ada banyak sih sebenarnya," terang dia.
Menurutnya, hal yang terpenting bagi ibu menyusui adalah dukungan dari suami dan juga keluarga terdekat untuk bisa terus memberikan ASI eksklusif.
Baca juga: Viral! Kisah Mahasiswi Cinlok saat KKN dengan Anak Kepala Desa hingga Menikah
"Dukungan suami dan keluarga harus kuat agar ibunya bisa lebih bahagia. Sehingga bisa memproduksi banyak ASI," pungkas dr. Nadia.
Lihat Juga: Mengenal Meita Irianty, Influencer Parenting yang Jadi Tersangka Penganiayaan Balita di Depok
(nug)