Kenali Beda Batuk Akibat Covid-19 dan TBC pada Anak, Ini Kata Dokter Reisa

Senin, 15 Agustus 2022 - 17:50 WIB
loading...
Kenali Beda Batuk Akibat Covid-19 dan TBC pada Anak, Ini Kata Dokter Reisa
Batuk merupakan salah satu gejala dari Covid-19. Batuknya pun bisa berlangsung lama, dan penyakit yang berkaitan batuk lama yaitu tuberkulosis (TBC). Foto/Ilustrasi/iCare
A A A
JAKARTA - Batuk merupakan salah satu gejala dari Covid-19. Batuknya pun bisa berlangsung lama, dan penyakit yang berkaitan batuk lama yaitu tuberkulosis (TBC).

Penyakit TBC di Indonesia menempati peringkat ketiga setelah India dan Cina. Dengan begitu para orang tua diminta memahami perbedaan batuk Covid-19 dan TBC lebih tepatnya.

Menurut ahli kesehatan dr Reisa Broto Asmoro bahwa batuk Covid-19 dengan TBC memang hampir mirip. Maka dibutuhkan melakukan testing Covid-19 untuk memastikan apa bedanya dari TBC.

"Selain dengan cara diagnosis, juga harus bisa dilakukan dengan pcr supaya bisa mengeliminasi apakah covid 19 atau tidak," ujar dr Reisa, Duta Adaptasi Kebiasaan Baru dalam Siaran Sehat di kanal YouTube RRI Net Official, Senin (15/8/2022).



Lebih lanjut, Reisa mengatakan jika batuk anak dialami lebih dari dua Minggu atau 17 hari. Hal itu patut dicurigai, terlebih batuknya semakin parah, dibandingkan sebelumnya harus dibawa ke dokter.

Batu tadi, juga disertai dengan demam yang suhunya tidak terlalu tinggi. "Kemudian, batuk yang lama lebih dari dua minggu yang makin lama makin parah, patut dicurigai jika anak alami TB," imbuhnya.

Sekadar informasi, menurut Kementerian Kesehatan sebanyak 91% kasus TBC di Indonesia adalah TBC paru berpotensi menularkan kepada orang sehat di sekitarnya.

Saat ini, penemuan kasus dan pengobatan TBC yang tinggi telah dilakukan di beberapa daerah di antaranya Banten, Gorontalo, DKI Jakarta, Sulawesi Utara, dan Sulawesi Barat.

Sementara daerah dengan kasus TBC paling banyak terkonsentrasi di Pulau Jawa seperti DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah.

“Sebenarnya TBC itu biasanya ada di daerah yang padat, daerah kumuh, dan daerah yang PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) nya kurang, di situ potensi penularan TBC nya tinggi,” ucap Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) Kemenkes RI, Dr. drh. Didik Budijanto, M.Kes, dilansir Sehat Negeriku.
(hri)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1379 seconds (0.1#10.140)