Kehadiran Produk Tembakau Dipanaskan Diklaim Turunkan Tren Rawat Inap akibat PPOK

Selasa, 16 Agustus 2022 - 18:06 WIB
loading...
Kehadiran Produk Tembakau Dipanaskan Diklaim Turunkan Tren Rawat Inap akibat PPOK
Kehadiran produk tembakau yang dipanaskan atau heated tobacco product diklaim ikut berandil dalam penurunan tren rawat inap akibat PPOK di Jepang. / Foto: ilustrasi/LA Times
A A A
JAKARTA - Kehadiran produk tembakau yang dipanaskan atau heated tobacco product diklaim ikut berandil dalam penurunan tren rawat inap akibat penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), eksaserbasi (perburukan gejala) PPOK, dan penyakit jantung iskemik (IHD) di Jepang.

Hal tersebut terungkap dalam hasil riset sejumlah peneliti yang dipublikasikan di Frontiers, penerbit artikel ilmiah dan platform sains terbuka.

Penelitian jangka panjang tersebut dilakukan terhadap orang dewasa berusia 20-74 tahun dengan waktu rawat inap pada Januari 2010 hingga Desember 2019. Penelitian dijalankan pada 5 tahun sebelum dan 4 tahun sesudah produk tembakau yang dipanaskan kali pertama dikenalkan di Jepang.

Baca juga: Cegah Risiko TBC pada Anak, dr Reisa: Ada Vaksin BCG

Japan Medical Data Center (JMDC), penyedia layanan data statistik medis Jepang yang menjadi sumber data, mencatat jumlah rawat inap mengalami peningkatan dari 53.481 pada 2010 menjadi 450.761 pada 2019.

Rata-rata peningkatan tertinggi terjadi pada 2012 ke 2013 sebesar 48,98 persen, 2011 ke 2012 sebesar 43,01 persen, dan 2014 ke 2015 sebesar 39,44 persen. Setelah 2015, rata-rata peningkatan rawat inap ada di angka 17,05 persen.

Penelitian yang dilakukan Angela van der Plas, Meagan Antunes, Alba Romero-Kauss, Matthew Hankis, dan Annie Heremans ini mencatat bahwa jumlah rawat inap akibat PPOK mengalami penurunan sebesar 0,1-0,2 persen jika dibandingkan dengan waktu sebelum pengenalan produk tembakau yang dipanaskan.

"Rata-rata jumlah rawat inap karena PPOK sebesar 1,93 persen dari total rawat inap, dengan tren fluktuatif mulai dari 1,83 persen pada tahun 2013 menjadi 2,08 persen pada 2016, kemudian menurun menjadi 1,82 persen pada 2019," ungkap para peneliti seperti dikutip dari Frontiers.

Sementara itu, angka rawat inap karena eksaserbasi PPOK ditambah infeksi saluran pernapasan bawah atau lower respiratory tract infections (LRTI) tercatat mengalami peningkatan dari 0,4 persen pada 2013, dan menjadi 0,48 persen di 2 tahun berikutnya.

Kemudian, pada 2019 menurun menjadi 0,41 persen dengan rata-rata 0,43 persen. Adapun, rata-rata tren rawat inap karena penyakit jantung iskemik juga turun dari 4,49 persen pada 2016 menjadi 4,02 persen pada 2019.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2628 seconds (0.1#10.140)