Temuan Vaksin Covid-19 Harus Patuhi Uji Klinis dan Keselamatan Publik

Rabu, 01 Juli 2020 - 22:02 WIB
loading...
Temuan Vaksin Covid-19 Harus Patuhi Uji Klinis dan Keselamatan Publik
sejauh ini masih belum ditemukan obat atau vaksin untuk Covid-19. / Foto: ilustrasi/Live Science
A A A
JAKARTA - Sampai saat ini masih belum ditemukan obat yang pasti bisa menyembuhkan seseorang dari Covid-19.Bahkan juru bicara pemerintah untuk penanganan Covid-19 , Achmad Yurianto pernah menegaskan bahwa penemuan vaksin Covid-19 bukanlah hal yang mudah. Upaya untuk menemukan vaksin pun kini tengah dilakukan secara serius oleh para ahli di dunia. Tercatat, sekitar 120 laboratorium di seluruh dunia saat ini sedang mengembangkan vaksin Covid-19.

(Baca juga: Awas! Gemuk di Usia Paruh Baya Tingkatkan Peluang Demensia )

Di Indonesia sendiri, banyak macam obat, jamu maupun herbal yang diklaim bisa menyembuhkan Covid-19 . Salah satunyaBadan Intelijen Negara (BIN) dan Universitas Airlangga (UNAIR) Surabaya yang belum lama ini mengumumkan kombinasi obat yang bisa digunakan untuk penanganan Covid-19 .

Menyikapi hal tersebut, pakar Epidemiologi dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (UI), Dr. Pandu Riono mengingatkan semua pihak, meski dalam kondisi darurat, semua tugas yang diamanatkan UU dalam prosedur pembuatan obat harus dipenuhi. "Meski dalam situasi emergency, harus tetap memperhatikan keselamatan publik. Janganlah melampaui batas Tupoksi, siapapun, karena ini berbasis ilmu pengetahuan ," kata Pandu dalam keterangan tertulis, Rabu (1/7).

Semua pihak, tandas Pandu, harus mengikuti prosedur untuk mengklarifikasi keabsahan obat tertentu. Sebab sudah terbukti ada sebagian obat yang diklaim sebagai obat Covid-19 , ada yang bermanfaat dan ada juga tidak. Jangan sampai hal ini membuat publik bingung. "Orang bilang ini riset, tapi bagaimana metodologinya? Bagaimana mungkin temuan dari sel langsung loncat menjadi clean bagi manusia. Seharusnya BPOM menyatakan ini belum bisa. Tidak perlu basa-basi," ungkapnya.

Pandu juga menyoroti soal rapid test yang masif dilakukan di Tanah Air. Menurutnya, rapid test tidak ada manfaatnya untuk merespons pandemi. Pasalnya, yang harus ditingkatkan adalah kemampuan PCR atau tes cepat antigen, bukan antibodi. "Kita harus fokus, dan jangan ke mana-mana. Sebab pada masa pandemi saat ini, sekitar 70-80 persen orientasinya adalah public health , bukan klinik dan pengobatan. Tidak ada cara-cara atau jalan pintas untuk mengklaim sesuatu. Ini harus dipatuhi," paparnya.

(Baca juga: 5 Cara Cerdas Mengontrol Porsi Makan untuk Berat Ideal )

Ketua Konsil Kedokteran Indonesia (KKI), Prof. Dr. dr. Sukman Tulus Putra meminta berbagai pihak tak mudah melakukan klaim obat tertentu bisa menyembuhkan Covid-19. Sukman juga berharap agar obat yang belum dinyatakan lolos uji klinis tak digunakan dulu. Sebab, untuk register suatu obat memerlukan trial cukup valid. "Sepengetahuan saya hingga saat ini belum ada obat Covid-19 ," tegasnya.

Lebih jauh, dia mengutarakan bahwa di seluruh dunia belum ada obat yang betul-betul dapat digunakan untuk menyembuhkan Covid-19 . Oleh karenanya, jangan gampang mengklaim menemukan obat Covid-19. Menurutnya, tanpa lolos uji klinis tapi memaksakan untuk memproduksi dan memberikan ke pasien akan masuk pada pelanggaran disiplin dan etik.

Fokus dan dukungan terhadap penelitian perlu diberikan. "Namun perlu diingatkan kepada yang melakukan penelitian jangan cepat-cepat mengklaim tanpa bukti dan lolos tahapan uji praklinis dan kemudian uji klinis yang pada dasar memerlukan waktu cukup lama demi efektivitas, manfaat dan keamanan dari obat tersebut terhadap manusia atau pasien yang mengkonsumsinya," tuturnya.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1495 seconds (0.1#10.140)