Apakah Begadang Bisa Menaikkan Kolesterol? Peneliti Beberkan Fakta Ilmiahnya
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kolesterol yang tertumpuk dalam tubuh dalam kadar tinggi umumnya disebabkan oleh pola hidup yang tidak baik. Makan makanan tak sehat, kurang olahraga, atau punya kebiasaan tidur buruk seperti begadang merupakan contoh pola hidup tidak baik yang bisa berdampak pada kesehatan.
Kebiasaan begadang contohnya, ini masih kerap terjadi pada hampir sebagian orang. Namun, seperti kita ketahui, begadang merupakan kebiasan buruk yang dapat mengganggu masalah kesehatan, termasuk membuat kolesterol naik.
Selain berhubungan dengan beberapa penyakit kronis, beberapa penelitian menunjukkan hubungan antara kebiasaan tidur seperti begadang dengan risiko kolesterol.
Bagi Anda yang belum mengetahui hal ini, mungkin tak pernah menyangka atau menduga sebelumnya, ternyata kurang tidur menjadi salah satu faktor yang bisa menaikkan kolesterol.
Ya, selain faktor genetik, gangguan metabolisme kolesterol dalam tubuh juga dipengaruhi pola makan dan gaya hidup, termasuk jadwal tidur. Pasalnya, jadwal tidur yang berantakan karena kebiasaan begadang bisa berpengaruh buruk pada sistem imun, metabolisme lipoprotein, serta ekspresi genetik yang berperan besar untuk distribusi kolesterol dalam tubuh.
Berdasarkan penelitian di Helsinki terungkap bahwa orang dengan kebiasaan begadang ternyata memiliki kadar kolesterol baik (HDL) lebih rendah dan kadar kolesterol jahat (LDL) lebih tinggi dibandingkan orang-orang dengan waktu tidur cukup. Selain itu, terdapat pula sebuah penelitian yang menyebutkan bahwa penurunan ekspresi gen pengatur kadar kolesterol ditemukan pada orang-orang yang kurang tidur atau memiliki kebiasaan begadang.
Meninjau hasil penelitian sebelumnya, gangguan metabolisme kolesterol adalah salah satu faktor utama penyakit jantung koroner. Ini karena kolesterol jahat (LDL) berperan dalam pembentukan plak pembuluh darah (aterosklerosis).
Hal ini menyebabkan penyempitan pembuluh darah dan sewaktu-waktu dapat menyumbat, yang kemudian memicu serangan jantung.
Mekanisme serupa dapat pula terjadi di pembuluh darah otak dan menyebabkan stroke. Jika tidak menyebabkan kematian, stroke dapat menyebabkan kelumpuhan permanen pada penderitanya.
Kebiasaan begadang contohnya, ini masih kerap terjadi pada hampir sebagian orang. Namun, seperti kita ketahui, begadang merupakan kebiasan buruk yang dapat mengganggu masalah kesehatan, termasuk membuat kolesterol naik.
Selain berhubungan dengan beberapa penyakit kronis, beberapa penelitian menunjukkan hubungan antara kebiasaan tidur seperti begadang dengan risiko kolesterol.
Bagi Anda yang belum mengetahui hal ini, mungkin tak pernah menyangka atau menduga sebelumnya, ternyata kurang tidur menjadi salah satu faktor yang bisa menaikkan kolesterol.
Ya, selain faktor genetik, gangguan metabolisme kolesterol dalam tubuh juga dipengaruhi pola makan dan gaya hidup, termasuk jadwal tidur. Pasalnya, jadwal tidur yang berantakan karena kebiasaan begadang bisa berpengaruh buruk pada sistem imun, metabolisme lipoprotein, serta ekspresi genetik yang berperan besar untuk distribusi kolesterol dalam tubuh.
Berdasarkan penelitian di Helsinki terungkap bahwa orang dengan kebiasaan begadang ternyata memiliki kadar kolesterol baik (HDL) lebih rendah dan kadar kolesterol jahat (LDL) lebih tinggi dibandingkan orang-orang dengan waktu tidur cukup. Selain itu, terdapat pula sebuah penelitian yang menyebutkan bahwa penurunan ekspresi gen pengatur kadar kolesterol ditemukan pada orang-orang yang kurang tidur atau memiliki kebiasaan begadang.
Meninjau hasil penelitian sebelumnya, gangguan metabolisme kolesterol adalah salah satu faktor utama penyakit jantung koroner. Ini karena kolesterol jahat (LDL) berperan dalam pembentukan plak pembuluh darah (aterosklerosis).
Hal ini menyebabkan penyempitan pembuluh darah dan sewaktu-waktu dapat menyumbat, yang kemudian memicu serangan jantung.
Mekanisme serupa dapat pula terjadi di pembuluh darah otak dan menyebabkan stroke. Jika tidak menyebabkan kematian, stroke dapat menyebabkan kelumpuhan permanen pada penderitanya.