Mengenang Johan Tjasmadi Tokoh Film Indonesia yang Telah Tiada
loading...
A
A
A
JAKARTA - Gerimis mengiringi pemakaman tokoh bioskop dan film Nasional, HM Johan Tjasmadi di TPU Tanah Kusir, Jakarta Selatan, Jumat (7/10/2022) siang pukul 14.00 WIB. Ia diantar istri, anak, cucu, kerabat, dan sahabat ke tempat peristirahatannya yang terakhir. Pak John - panggilan akrab almarhum - meninggal dunia di rumahnya Jumat pagi pukul 09.00 WIB dalam usia 85 tahun.
"Menjelang wafatPak John tetap sadar. Detik-detik terakhir, saya yang menuntun membaca syahadat dan almarhum bisa mengikuti sampai akhirnya menutup mata," kisah Hj Nurhayati, istrinya, di pemakaman.
Pagi itu, saat dipanggil pulang Ilahi Rabbi, Pak John tengah sarapan. Atik - panggilan istrinya - yang menyuapi. "Dua suapan terakhir dilepehkan almarhum. Itulah yang mengawali detik-detik dia pergi," tambah Atik.
Meski menderita sakit parkinson lima tahun terakhir, namun mantan Anggota MPR RI tiga periode itu tetap beraktifitas sehingga kesadarannya tetap terjaga. Selepasmasa bakti di Lembaga Sensor Film, praktis sejak itu ia memang sudah membatasi aktifitas di lapangan. Ia full bekerja di rumah. Memanfaatkan waktu luang menulis artikel dan mengurusi buletin bulanannya, "Info Di".
"Di" atau "Haji Di" adalah akronim namanya yang biasa dia pakai menulis kolom bernuansa reliji. "Info Di" buletin tercetak,terbit sekali sebulan.
Foto/Ilham Bintang
Foto/Ilham Bintang
"Beliau memang rajin menulis. Minggu lalu masih minta laptop, mau menulis, tetapi saya larang.Saya kasih pengertian. Nanti kalau sudah sembuh deh," cerita Atik.
Pak John salah satu tokoh penting perfilman Indonesia di era tahun 80- 90 an. Ia lahir 1 Juni 1937 di Pekalongan.Semasa hidup, lebih separuh usianya diabdikan untuk film, memimpin organisasi film dan bioskop. Ia juga memproduksi film dan terjun menulis skenario dan menyutradarai beberapa di antaranya.
"Menjelang wafatPak John tetap sadar. Detik-detik terakhir, saya yang menuntun membaca syahadat dan almarhum bisa mengikuti sampai akhirnya menutup mata," kisah Hj Nurhayati, istrinya, di pemakaman.
Pagi itu, saat dipanggil pulang Ilahi Rabbi, Pak John tengah sarapan. Atik - panggilan istrinya - yang menyuapi. "Dua suapan terakhir dilepehkan almarhum. Itulah yang mengawali detik-detik dia pergi," tambah Atik.
Meski menderita sakit parkinson lima tahun terakhir, namun mantan Anggota MPR RI tiga periode itu tetap beraktifitas sehingga kesadarannya tetap terjaga. Selepasmasa bakti di Lembaga Sensor Film, praktis sejak itu ia memang sudah membatasi aktifitas di lapangan. Ia full bekerja di rumah. Memanfaatkan waktu luang menulis artikel dan mengurusi buletin bulanannya, "Info Di".
"Di" atau "Haji Di" adalah akronim namanya yang biasa dia pakai menulis kolom bernuansa reliji. "Info Di" buletin tercetak,terbit sekali sebulan.
Foto/Ilham Bintang
Foto/Ilham Bintang
"Beliau memang rajin menulis. Minggu lalu masih minta laptop, mau menulis, tetapi saya larang.Saya kasih pengertian. Nanti kalau sudah sembuh deh," cerita Atik.
Pak John salah satu tokoh penting perfilman Indonesia di era tahun 80- 90 an. Ia lahir 1 Juni 1937 di Pekalongan.Semasa hidup, lebih separuh usianya diabdikan untuk film, memimpin organisasi film dan bioskop. Ia juga memproduksi film dan terjun menulis skenario dan menyutradarai beberapa di antaranya.