Gangguan Ginjal Akut Bisa Sembuh Tanpa Harus Cuci Darah, Ini Penjelasan Dokter

Rabu, 19 Oktober 2022 - 06:30 WIB
loading...
Gangguan Ginjal Akut Bisa Sembuh Tanpa Harus Cuci Darah, Ini Penjelasan Dokter
Sekretaris Unit Kerja Koordinasi (UKK) Nefrologi IDAI, dr Eka Laksmi Hidayati, SpA(K) mengatakan ketika anak mengalami gangguan fungsi ginjal, sebaiknya harus diterapi. Foto/Ilustrasi/News18
A A A
JAKARTA - Saat ini banyak penyakit yang mengintai anak-anak, salah satunya adalah gangguan ginjal akut misterius yang saat ini kasusnya tengah membuat para orang tua khawatir.

Gangguan ginjal akut disebut juga sebagai Acute Kidney Injury (AKI) dan biasanya masuk dalam stadium 3. Sekretaris Unit Kerja Koordinasi (UKK) Nefrologi IDAI, dr Eka Laksmi Hidayati, SpA(K) mengatakan ketika anak mengalami gangguan fungsi ginjal, sebaiknya harus diterapi.

"Semakin dini terapi saat stadium 1 maka semakin baik. Jadi tidak bisa hanya sebut gagal ginjal akut karena itu stadium 3. Kita mau menjaringnya dari stadium 1 dan 2 agar pengobatannya lebih baik," ujar Dokter Eka dalam Virtual Media Briefing: Update Gangguan Ginjal Akut Misterius (Acute Kidney Injury Unknown Origin/AKIUO) pada Anak, Selasa (18/10/2022).

Berbeda dengan gagal ginjal yang dialami oleh orang dewasa yang sudah berumur, pasien yang menderita gangguan ginjal akut misterius saat penyembuhan memiliki tingkat harapan hidup yang tinggi.



"Artinya yang tadinya stadium 3 butuh hemodialisis maka bisa betul-betul lepas dari dialisis dan fungsi ginjal kembali normal. Bisa produksi urin lagi dan bisa mengeluarkan sisa-sisa sampah metabolisme dengan normal," tutur Dokter Eka.

Namun Dokter Eka menjelaskan ketika seseorang memiliki riwayat gangguan ginjal misterius ini gaya hidupnya harus sangat diperhatikan agar tidak kambuh.

"Mereka berisiko bila kena infeksi berat, kena lagi dehidrasi, secara teori berisiko terjadi lagi gangguan ginjal akut," katanya.

Menurutnya hak yang sulit dari penyakit ini adalah karena belum ditemukan faktor utamanya.

"Ini AKI yang sulit karena belum ditemukan faktor utamanya, kita nemunya multifaktorial. Infeksi ada, virus tertentu tapi beda-beda tiap orang, jadi nggak bisa konklusi bahwa ini penyebabnya," imbuhnya.
(hri)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1905 seconds (0.1#10.140)