Termasuk Aksesori Kesehatan, Kalung Eucalyptus Bukan Antivirus Corona

Senin, 06 Juli 2020 - 15:27 WIB
loading...
Termasuk Aksesori Kesehatan,...
Kalung eucalyptus merupakan aksesori kesehatan yang sudah dilakukan uji laboratorium di Kementerian Pertanian RI. Foto/Dok. Kementan RI
A A A
JAKARTA - Kementerian Pertanian (Kementan) menegaskan bahwa kalung eucalyptus tidak diklaim sebagai antivirus COVID-19.

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Dr. Ir. Fadjry Djufry, MSi mengatakan, kalung ini merupakan aksesori kesehatan yang sudah dilakukan uji laboratorium. Berdasarkan uji lab tersebut, eucalyptus terbukti efektif menekan perkembangan virus corona, influenza, hingga H5N1 yang kemudian dikembangkan ke dalam beberapa produk salah satunya kalung.

"Karena ini aksesori kesehatan, jadi kita hirup dan bisa membunuh virus corona yang ada di sekitar kita. Izin dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) memang tidak menyebut antivirus. Sama seperti di roll on eucalyptus. Kalau izinnya sebagai jamu," kata Fadjry dalam jumpa pers virtual, Senin (6/7). ( )

Dijelaskan Fadjry, Kementan telah mengembangkan beberapa produk berbahan dasar eucalyptus, seperti kalung, roll on, diffuser, hingga balsem. Dari beragam produk tersebut, tiga di antaranya masih dalam proses paten di BPOM.

"Alhamdulillah roll on sudah mendapat izin edar dari BPOM dan sementara diproduksi secara massal. Kita juga punya diffuser untuk membersihkan udara di sekitar, menekan virus yang ada, dan literatur ilmiah bisa seperti itu. Ada produk balsem dan tiga yang masih kita proses patenkan di BPOM," jelas Fadjry.

"Kalung terapi eucalyptus sementara berproses di BPOM dan ini sudah menggunakan teknologi nanoilmusyen, sama dengan roll on. Memang berbeda dengan kalung biasa. Ini masih perdebatan. Isinya sama dengan roll on," sambungnya.

Eucalyptus adalah pohon cemara yang tumbuh cepat asli Australia. Sebagai bahan dalam banyak produk, eucalyptus digunakan untuk mengurangi gejala batuk, pilek, dan hidung tersumbat. Tanaman ini juga bahan utama dalam krim dan salep yang bertujuan menghilangkan rasa sakit otot serta sendi.

Uap daun eucalyptus disuling untuk mengekstraksi minyak, berupa cairan tidak berwarna dengan aroma kuat, manis, dan berkayu. Ekstraksi ini mengandung 1,8-cineole, juga dikenal sebagai eucalyptol.

Daun eucalyptus juga mengandung flavonoid dan tanin. Flavonoid adalah antioksidan nabati dan tanin dapat membantu mengurangi peradangan.

"Karena itu, klaim obat kami ini sebatas menjadi izin dari BPOM. Tapi, ini secara laboratorium berpotensi membunuh virus corona. Dalam tanda kutip ya, secara laboratorium kami sudah uji dan berpotensi membunuh virus corona, termasuk H5N1 dan influenza," ungkap Fadjry.

Lebih lanjut Fadjry menyebutkan, produk ini baru diujikan sampai tahap in vitro pada virus influenza, beta corona, dan gamma corona. Belum diuji spesifik terhadap virus COVID-19, yakni SARS-CoV-2. Kendati demikian, Kementan melihat potensi besar produk ini, yaitu untuk mengurangi keparahan gejala sistem pernapasan. ( )

Apalagi Indonesia memiliki potensi tanaman herbal yang melimpah. Beberapa literatur ilmiah pun telah mencatat bahwa eucalyptus sudah digunakan di Amerika untuk diminum. Sementara di Jepang sebagai antimikroba dan antibakteri.

"Penelitian ini masih awal sekali, 2-3 bulan. Tapi ini memberikan informasi. Ini memiliki peluang, eucalyptus dimanfaatkan sebagai penekan perkembangan corona. Saya tidak mengklaim COVID-19 karena kami tidak menguji pada COVID-19. Kami hanya menguji pada corona model karena kami punya alpha corona, beta corona, gamma corona, dan delta corona. COVID-19 bagian dari beta corona," tandasnya.
(tsa)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1273 seconds (0.1#10.140)