Pastikan EG dan DEG Jadi Faktor Risiko Utama Gagal Ginjal Akut, Kemenkes: Harus Jadi Kewaspadaan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Gagal Ginjal Akut (GGA) misterius pada anak di Indonesia sudah mengalami penurunan. Namun demikian, Kementerian kesehatan (Kemenkes) menghimbau masyarakat untuk tetap mewaspadai zat berbahaya etilen glikol (EG) dan Dietilen Glikol (DEG) jadi faktor risiko utamanya.
Hal tersebut didukung dari hasil pemeriksaan dari Rumah Sakit, pada seluruh pasien GGA. Seperti diketahui zat EG dan DEG ada dalam obat sirup, yang dilarang saat ini.
"Tes detoksifikasi ke seluruh pasien-pasien, ditemukan zat toksik etilen glikol (EG) maupun dietilen glikol (DEG). Sehingga ini pola yang konsisten bahwa eg dan deg merupakan faktor risiko utama gagal ginjal akut ini," jelas Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid dalam Siaran Sehat di YouTube RRI Net Official, dikutip Selasa (8/11/2022).
Kendatinya, dr Nadia meminta agar para orang tua memahami berbagai gejala dari GGA pada anak, seperti berkurangnya air seni anak. Diminta agar menghindari penggunaan obat sirup apapun atau cair.
Apabila anak sakit, terpaksa menggunakan harus dikonsultasikan dengan tenaga kesehatan terdekat, atau diperiksakan ke dokter.
"Tentunya harus jadi kewaspadaan kita. Jadi orang tua harus memahami tanda-tanda GGA ini, pasti keluhan utama pada anak yang jumlah maupun frekuensi kencingnya berkurang," sambung dr Nadia.
Kemenkes melaporkan per tanggal 31 Oktober 2022 tercatat 304 kasus GGAPA, dimana 99 pasien (33%) dinyatakan sembuh. Angka ini mengalami kenaikan dalam kurun waktu satu minggu terakhir, dimana angka kesembuhan yang dilaporkan pada 26 Oktober 2022 sebanyak 39 kasus.
“Terjadi kenaikan signifikan selama satu minggu ini dari sebelumnya 20% naik menjadi 33% pasien yang dinyatakan sembuh,” ujar Juru Bicara Kemenkes dr. Muhammad Syahril dalam laman Sehat Negeriku.
Hal tersebut didukung dari hasil pemeriksaan dari Rumah Sakit, pada seluruh pasien GGA. Seperti diketahui zat EG dan DEG ada dalam obat sirup, yang dilarang saat ini.
"Tes detoksifikasi ke seluruh pasien-pasien, ditemukan zat toksik etilen glikol (EG) maupun dietilen glikol (DEG). Sehingga ini pola yang konsisten bahwa eg dan deg merupakan faktor risiko utama gagal ginjal akut ini," jelas Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid dalam Siaran Sehat di YouTube RRI Net Official, dikutip Selasa (8/11/2022).
Kendatinya, dr Nadia meminta agar para orang tua memahami berbagai gejala dari GGA pada anak, seperti berkurangnya air seni anak. Diminta agar menghindari penggunaan obat sirup apapun atau cair.
Baca Juga
Apabila anak sakit, terpaksa menggunakan harus dikonsultasikan dengan tenaga kesehatan terdekat, atau diperiksakan ke dokter.
"Tentunya harus jadi kewaspadaan kita. Jadi orang tua harus memahami tanda-tanda GGA ini, pasti keluhan utama pada anak yang jumlah maupun frekuensi kencingnya berkurang," sambung dr Nadia.
Kemenkes melaporkan per tanggal 31 Oktober 2022 tercatat 304 kasus GGAPA, dimana 99 pasien (33%) dinyatakan sembuh. Angka ini mengalami kenaikan dalam kurun waktu satu minggu terakhir, dimana angka kesembuhan yang dilaporkan pada 26 Oktober 2022 sebanyak 39 kasus.
“Terjadi kenaikan signifikan selama satu minggu ini dari sebelumnya 20% naik menjadi 33% pasien yang dinyatakan sembuh,” ujar Juru Bicara Kemenkes dr. Muhammad Syahril dalam laman Sehat Negeriku.
(hri)