Jangan Tunda Lagi, Pahami Panduan Menangani Kondisi Gawat Darurat dari Sekarang
loading...
A
A
A
JAKARTA - Dalam berkegiatan, peristiwa tak terduga mungkin terjadi. Peristiwa itu bisa saja merupakan kondisi gawat darurat yang mengancam nyawa. Entah itu terjadi pada diri sendiri maupun dialami oleh orang lain, tindakan penanganan agar terhindar dari kecacatan, bahkan kematian, harus dilakukan. Oleh karena itu, pemahaman tentang penanganan kegawatdaruratan perlu dimiliki oleh setiap orang.
Berangkat dari persoalan tersebut, SINDOnews.com dan Koran SINDO bersama KlikDokter mengadakan talkshow "Be Ready For Emergency" pada Rabu (30/11/2022) di iNews Tower, Kebon Sirih, Jakarta Pusat.
Zen Teguh Triwibowo selaku pemimpin redaksi Sindonews.com dalam sambutannya mengatakan, tema Be Ready For Emergency sepertinya hal yang simpel, tapi penting. "Tidak berharap terjadi hal yang buruk, namun lebih baik kita mempersiapkan diri," ujarnya.
Baca juga: Ibu Hamil Diminta Lakukan Skrining dan Minum Obat ARV Jika Positif HIV, Ini Kata Kemenkes
Secara emosi, manusia yang berhadapan dengan situasi darurat akan panik. Padahal, panik bukanlah reaksi yang tepat. Panik sendiri bisa merupakan bagian dari situasi darurat, yaitu yang disebut dengan serangan panik atau panic attack.
Dr Alvin Saputra dari Perhimpunan Dokter Emergensi Indonesia mengatakan, ketika seseorang merasakan panic attack, biasanya napasnya menjadi tidak teratur seperti sesak napas. Cara penanganannya adalah mencari tempat yang nyaman. Setelah itu, atur pernapasan dengan cara menarik dan mengeluarkan napas secara perlahan dan teratur.
Pentingnya bernapas secara teratur saat keadaan darurat pernah dialami oleh Hatim Varabi, Wakil Redaktur Pelaksana Koran SINDO. Sebagai jurnalis, Hatim pernah berada dalam kondisi mencekam, misalnya ketika terjadi peristiwa bom BEJ beberapa tahun lalu. Ketika situasi penuh kepanikan seperti itu, Hatim mengakui bahwa mengatur napas sangatlah membantu.
Selanjutnya, dr Alvin menjelaskan bahwa pemberian teh hangat dan pemberian kayu putih juga bisa membantu dalam penanganan kegawatdaruratan. Hal tersebut umumnya dapat membantu untuk menenangkan diri.
Salah satu hal yang dahulu kerap dilakukan untuk membantu orang dalam kondisi gawat darurat adalah pemberian napas buatan. Namun pemberian napas buatan melalui mulut kini sudah tidak boleh dilakukan lagi. Terlebih sejak pandemi Covid-19. Sebab, salah satu konsep dalam emergensi adalah safety first, yakni keamanan bagi penolongnya.
Lantas, bagaimana langkah-langkah menolong orang dalam kondisi gawat darurat? Sebelum mempraktikkan pemberian napas dengan pijat jantung, dr Alvin memberikan beberapa panduan yang harus terlebih dulu dilakukan dalam menolong orang yang tidak sadarkan diri secara tiba-tiba. Pertama, sediakan ruang untuk menolong, usahakan agar orang-orang tidak mengerumuni pasien. Lalu, cek respons dengan menepuk kedua bahu pasien dengan keras dan tanyakan apakah dia mendengar suara kita. Selama 5 detik, lihat apakah pasien masih bernapas atau tidak.
Apabila pasien tidak memberikan respons, maka saatnya untuk melakukan pijat jantung. Disarankan, pertolongan pijat jantung dilakukan oleh dua orang. Namun, sebelumnya, minta orang lain untuk menghubungi nomor telepon gawat darurat 119 guna meminta bantuan tim medis. Sambil menunggu ambulans datang, lakukan tindakan pijat jantung dengan kedua tangan secara kuat dan dalam. Pijatan dikatakan selesai apabila pasien sadar atau ketika tim medis datang. Setelah tersadar, pasien dimiringkan agar tidak tersedak.
Baca juga: Obesitas dan Diabetes Bisa Sebabkan Kanker Usus Besar, Ini Penjelasan Dokter
Tak dimungkiri, saat bekerja atau di mana pun berada, kita akan bertemu dan dikelilingi orang-orang. Bila selama ini kita memiliki mindset bahwa dokterlah yang harus membantu jika ada kondisi gawat darurat, maka itu harus diubah. Sebab, setiap orang bisa berperan dalam penanganan pertama emergensi. Maka, jangan tunda lagi untuk mengetahui panduan penanganan kegawatdaruratan.
Berangkat dari persoalan tersebut, SINDOnews.com dan Koran SINDO bersama KlikDokter mengadakan talkshow "Be Ready For Emergency" pada Rabu (30/11/2022) di iNews Tower, Kebon Sirih, Jakarta Pusat.
Zen Teguh Triwibowo selaku pemimpin redaksi Sindonews.com dalam sambutannya mengatakan, tema Be Ready For Emergency sepertinya hal yang simpel, tapi penting. "Tidak berharap terjadi hal yang buruk, namun lebih baik kita mempersiapkan diri," ujarnya.
Baca juga: Ibu Hamil Diminta Lakukan Skrining dan Minum Obat ARV Jika Positif HIV, Ini Kata Kemenkes
Secara emosi, manusia yang berhadapan dengan situasi darurat akan panik. Padahal, panik bukanlah reaksi yang tepat. Panik sendiri bisa merupakan bagian dari situasi darurat, yaitu yang disebut dengan serangan panik atau panic attack.
Dr Alvin Saputra dari Perhimpunan Dokter Emergensi Indonesia mengatakan, ketika seseorang merasakan panic attack, biasanya napasnya menjadi tidak teratur seperti sesak napas. Cara penanganannya adalah mencari tempat yang nyaman. Setelah itu, atur pernapasan dengan cara menarik dan mengeluarkan napas secara perlahan dan teratur.
Pentingnya bernapas secara teratur saat keadaan darurat pernah dialami oleh Hatim Varabi, Wakil Redaktur Pelaksana Koran SINDO. Sebagai jurnalis, Hatim pernah berada dalam kondisi mencekam, misalnya ketika terjadi peristiwa bom BEJ beberapa tahun lalu. Ketika situasi penuh kepanikan seperti itu, Hatim mengakui bahwa mengatur napas sangatlah membantu.
Selanjutnya, dr Alvin menjelaskan bahwa pemberian teh hangat dan pemberian kayu putih juga bisa membantu dalam penanganan kegawatdaruratan. Hal tersebut umumnya dapat membantu untuk menenangkan diri.
Salah satu hal yang dahulu kerap dilakukan untuk membantu orang dalam kondisi gawat darurat adalah pemberian napas buatan. Namun pemberian napas buatan melalui mulut kini sudah tidak boleh dilakukan lagi. Terlebih sejak pandemi Covid-19. Sebab, salah satu konsep dalam emergensi adalah safety first, yakni keamanan bagi penolongnya.
Lantas, bagaimana langkah-langkah menolong orang dalam kondisi gawat darurat? Sebelum mempraktikkan pemberian napas dengan pijat jantung, dr Alvin memberikan beberapa panduan yang harus terlebih dulu dilakukan dalam menolong orang yang tidak sadarkan diri secara tiba-tiba. Pertama, sediakan ruang untuk menolong, usahakan agar orang-orang tidak mengerumuni pasien. Lalu, cek respons dengan menepuk kedua bahu pasien dengan keras dan tanyakan apakah dia mendengar suara kita. Selama 5 detik, lihat apakah pasien masih bernapas atau tidak.
Apabila pasien tidak memberikan respons, maka saatnya untuk melakukan pijat jantung. Disarankan, pertolongan pijat jantung dilakukan oleh dua orang. Namun, sebelumnya, minta orang lain untuk menghubungi nomor telepon gawat darurat 119 guna meminta bantuan tim medis. Sambil menunggu ambulans datang, lakukan tindakan pijat jantung dengan kedua tangan secara kuat dan dalam. Pijatan dikatakan selesai apabila pasien sadar atau ketika tim medis datang. Setelah tersadar, pasien dimiringkan agar tidak tersedak.
Baca juga: Obesitas dan Diabetes Bisa Sebabkan Kanker Usus Besar, Ini Penjelasan Dokter
Tak dimungkiri, saat bekerja atau di mana pun berada, kita akan bertemu dan dikelilingi orang-orang. Bila selama ini kita memiliki mindset bahwa dokterlah yang harus membantu jika ada kondisi gawat darurat, maka itu harus diubah. Sebab, setiap orang bisa berperan dalam penanganan pertama emergensi. Maka, jangan tunda lagi untuk mengetahui panduan penanganan kegawatdaruratan.
(nug)