Pemuda Ini Hadirkan Buku untuk Bantu Calon Pelajar Indonesia di Australia
loading...
A
A
A
JAKARTA - Banyak pelajar Indonesia yang memilih Australia sebagai salah satu tujuan melanjutkan pendidikannya. Indonesia disebut-sebut sebagai salah satu negara terbanyak yang mengirimkan pelajarnya.
Dikutip dari laman PPI Australia, menurut data KBRI Canberra, saat ini jumlah pelajar Indonesia yang menempuh studi di Australia telah mencapai lebih dari 20 ribu orang. Mereka tersebar di berbagai wilayah bagian Australia.
Selain letak geografis yang relatif dekat, alasan pelajar Indonesia tertarik sekolah di Negeri Kangguru salah satunya keunggulan pada sistem pendidikannya. Negara ini juga menjadi salah satu pusat destinasi pelajar internasional.
Baca juga: Vision+ Wrapped 2022: Deretan Originals Seru yang Warnai Tahun 2022
Di sisi lain, belajar di Australia merupakan sebuah petualangan yang menarik dan seru, mengingat negara ini menawarkan gaya hidup yang menarik, bentang alam yang indah, keramaian kota-kota kosmopolitannya, pengalaman tinggal dengan variasi iklimnya.
Selain itu, keunggulan lainnya adalah pelajar internasional dapat mempraktikkan kemampuan berbahasa Inggrisnya dengan para penutur aslinya. Menariknya, para pelajar Indonesia bisa bersekolah sambil bekerja di Australia.
Hal tersebut sebagaimana tertuang dalam buku Sekolah Sambil Kerja di Australia karya Erick Octavian. Disebutkan bahwa pelajar asing yang bersekolah di negara tersebut bisa bekerja di waktu senggangnya hingga 20 jam per minggu.
Dalam hitungan kasar, pelajar yang bekerja sampingan di Australia bahkan bisa mendapatkan penghasilan hingga Rp 40 juta per bulan. Tak hanya itu, pelajar yang bersekolah di Australia juga bisa membangun bisnisnya di negara tersebut dengan menjadi wirausahawan.
Namun, apakah semudah itu? Lalu bagaimana cara dan syaratnya mengingat Australia terkenal sangat ketat dalam menerima pendatang dari negara lain? Kemudian bagaimana bisa survive di negara itu?
Erick Octavian pun menjawab semua pertanyaan itu melalui buku karyanya tersebut. "Kemudahan buku ini adalah ditulis dalam bahasa Indonesia dan berdasarkan pada pengalaman pribadi saya sendiri yang sudah tinggal di Australia sejak 2016," ujarnya dalam keterangan resminya, baru-baru ini.
Dikutip dari laman PPI Australia, menurut data KBRI Canberra, saat ini jumlah pelajar Indonesia yang menempuh studi di Australia telah mencapai lebih dari 20 ribu orang. Mereka tersebar di berbagai wilayah bagian Australia.
Selain letak geografis yang relatif dekat, alasan pelajar Indonesia tertarik sekolah di Negeri Kangguru salah satunya keunggulan pada sistem pendidikannya. Negara ini juga menjadi salah satu pusat destinasi pelajar internasional.
Baca juga: Vision+ Wrapped 2022: Deretan Originals Seru yang Warnai Tahun 2022
Di sisi lain, belajar di Australia merupakan sebuah petualangan yang menarik dan seru, mengingat negara ini menawarkan gaya hidup yang menarik, bentang alam yang indah, keramaian kota-kota kosmopolitannya, pengalaman tinggal dengan variasi iklimnya.
Selain itu, keunggulan lainnya adalah pelajar internasional dapat mempraktikkan kemampuan berbahasa Inggrisnya dengan para penutur aslinya. Menariknya, para pelajar Indonesia bisa bersekolah sambil bekerja di Australia.
Hal tersebut sebagaimana tertuang dalam buku Sekolah Sambil Kerja di Australia karya Erick Octavian. Disebutkan bahwa pelajar asing yang bersekolah di negara tersebut bisa bekerja di waktu senggangnya hingga 20 jam per minggu.
Dalam hitungan kasar, pelajar yang bekerja sampingan di Australia bahkan bisa mendapatkan penghasilan hingga Rp 40 juta per bulan. Tak hanya itu, pelajar yang bersekolah di Australia juga bisa membangun bisnisnya di negara tersebut dengan menjadi wirausahawan.
Namun, apakah semudah itu? Lalu bagaimana cara dan syaratnya mengingat Australia terkenal sangat ketat dalam menerima pendatang dari negara lain? Kemudian bagaimana bisa survive di negara itu?
Erick Octavian pun menjawab semua pertanyaan itu melalui buku karyanya tersebut. "Kemudahan buku ini adalah ditulis dalam bahasa Indonesia dan berdasarkan pada pengalaman pribadi saya sendiri yang sudah tinggal di Australia sejak 2016," ujarnya dalam keterangan resminya, baru-baru ini.