Kemenpar Atur Strategi Gaet Wisatawan Korea ke Indonesia

Selasa, 20 Oktober 2015 - 16:15 WIB
Kemenpar Atur Strategi Gaet Wisatawan Korea ke Indonesia
Kemenpar Atur Strategi Gaet Wisatawan Korea ke Indonesia
A A A
JAKARTA - Derasnya penyebaran budaya Korea dalam lima tahun terakhir, yang dikenal sebagai virus Hallyu begitu cepat, massif, mewabah di mana-mana. Korean Pop mendunia, film drama romantis Korea tak bisa dibendung, puncaknya Gangnam Style 2012 dengan viewer videonya diklik hampir 2,5 juta pasang mata melalui Youtube. Kencangnya Korean Wave ini sempat melanda Indonesia, sampai artis-artis Korea begitu popular di tanah air. Kondisi dijadikan acuan pembelajaran bagi Kementerian Pariwisata (Kemenpar) Indonesia untuk menerapkan hal yang sebaliknya.

"Belajar dari Korea menyebarkan virus budaya K-Pop, dan teknologi, bagaimana agar orang Korea “jatuh cinta” dan berwisata ke Indonesia? Bagaimana cara tercepat menggaet pasar Korea ke Indonesia? Dengan segala potensi alam dan budaya Indonesia? Juga daya beli Korea yang makin kuat? Itulah misi Kemenpar berpromosi di Busan dan Jeju, Korea,” kata Menpar Arief Yahya, dalam rilis resmi yang diterima Sindonews, Selasa (20/10/2015).

Untuk menarik minat kunjungan turis atau warga Korea, Arief mengatakan, saat ini Indonesia sudah memperbanyak restoran makanan tradisional Korea yang diantaranya menjual kimchi, sebagai menu wajib bagi orang Korea.

"Di mana ada Koreanesse, di situ pasti ada kimchi, sayur yang terbuat dari sawi dan lobak, seperti asinan sayur yang sudah difermentasi, diberi bumbu pedas asam, berwarna merah menantang. Selain ginseng, kimchi adalah menu wajib bagi orang Korea," ujarnya.

Sebelumnya, Menpar berkesempatan bertemu dengan sekitar 10 Tour Operator, Tour Agent (TO/TA) dan Airline di Busan Indonesia Center, Busan, Korea Selatan.

Catatan terpenting dari pertemuan tersebut antara lain, pertama, problem connectivity, tidak adanya penerbangan langsung dari Busan ke Jakarta, Batam, Denpasar. Begitu pula sebaliknya. Kedua, tidak ada LCC – Low Cost Carrier Flight, seperti Air Asia, Lion Air, Citilink, yang harganya kompetitif dan menghubungkan Korea-Indonesia pp. Ketiga, promosi ke Korea masih sangat terbatas.

Solusinya, lanjut Arif, untuk kedepan harus dibuka jalur penerbangan langsung sehingga dengan jembatan udara ini hubungan bisa lebih mudah.

“Jangka panjang harus ada direct flight memang! Harus ada Jembatan udara. Tetapi itu tidak bisa direalisasi dalam waktu cepat, karena itu solusinya adalah menggandeng airlines via Singapore, Malaysia dan Hongkong, dengan paket single destination. Misalnya Korea-Singapore-Indonesia, atau Korea-Hongkong-Indonesia, atau Korea-Kuala Lumpur-Indonesia. Itu yang bisa dilakukan dalam waktu cepat,” kata mantan Dirut PT Telkom ini.

Untuk teknisnya, dia menyatakan akan dilakukan Joint Promo. Dimana Paket Wonderful Indonesia dipromosikan bersama antara Kemenpar dan Airlines, melalui media-media di Korea. Baik di TV, online media, website, digital outdoor, sampai ke media-media cetak.

"Begitu pun dengan wholeseller, tour operator besar yang rata-rata sudah punya website online itu. Biaya promosinya fifty-fifty. Kita dapat mereka juga dapat, kita invest mereka juga invest, itulah bisnis, saling memberi keuntungan,” kata dia.

Dalam pertemuan itu, sempat juga membandingkan dengan Malaysia, yang langsung membayar per kepala sekian dolar Amerika. Polanya juga sama, selain ada penerbangan langsung Seoul-Kuala Lumpur, juga menggunakan Singapura sebagai pintu masuk.

“Yang pasti, Korea adalah pasar yang agresif. Ketika Bebas Visa Kunjungan (BVK) diterapkan, jumlah wisman adalah Korea menanjak tajam di Great Batam, bahkan mengalahkan pesaingnya, Jepang. Nomor satu tetap China, nomor dua Korea, baru Jepang, Inggris dan Amerika. Ini kali pertama, wisman Korea mengalahkan Jepang di Great Batam,” kata dia.

Tak cukup dengan bertemu TO-TA itu, malamnya pun Arief Yahya melanjutkan pertemuan dengan Dragon Air dan Cathay Pacific. Dari pertemuan malam itu, ada gagasan yang masuk akal.

“Menjadikan Hongkong sebagai hub, dari Asia Pacific, baik dari Korea (Seoul, Jeju, Busan), Jepang, Taiwan, maupun China daratan. Hongkong itu 60,8 juta wisatawan yang datang. Paket Seoul atau Busan-Hongkong-Jakarta atau Bali, juga menjadi pilihan yang baik untuk membuat paket. Jadi, 2 hari di Hongkong 4 hari di Bali, atau 3 hari Hongkong 3 hari Indonesia,” jelas Arief Yahya.

Ada fakta menarik soal Bali, di mata publik Korea. Pulau Dewata itu tercatat sebagai tujuan wisata favorit honey moon dari Negeri Ginseng. Ada muda Korea paling nyaman dan santai berwisata bulan madu di pulau romantic Bali.

“Dan jangan khawatir untuk menemukan kimchi di tiga great, Bali, Jakarta dan Batam. Itu adalah pintu masuk untuk menembus dan membesarkan pasar Korea,” kata Marketeer of The Year 2013 versi MarkPlus itu.

Bali itu ibarat antithesisnya Korea. Bali yang damai, mendengar alunan gamelan Bali dengan ritme pelan, semilir angin pantai, pasir putih alami, bukan pasir hasil reklamasi seperti di The Bay, Busan. Cuaca yang mendukung, dan kehangatan adat istiadat Bali, yang menjadi pembeda 180 derajad dari suasana di Seoul dan Busan, yang sibuk, cepat, buru-buru, serba mekanik dan menghasilkan level depresi tertinggi di dunia.

Selain Menpar Arief Yahya mengadakan pertemuan dengan Team Manager for South East Asia Department, HanaTour Hwang Jun-ho. Ada juga Lee Hui-Sung, Managing Director Mode Tour Busan Ryu Yang-Gil, Presiden Interpark Busan Office Choi Eun-Jung, Account Manager for South East Asia Department Yellow Ballon Tour Busan dan Huh Bum-Young Branch Manager Cathay Pacific Airline Busan, serta Account Manager-nya Lee Soong.
(nfl)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5941 seconds (0.1#10.140)