Dua Pasang Hati
A
A
A
Lantas dokter itu menepuk pundak anak buah Lara dan bertanya, ”Ada apa, ya?” Gadis itu mengatur nafasnya lebih dulu sebelum ia menjawab, ”Ng.. anu Pak dokter, teman saya...” belum sempat Keenan dapat jawaban, gadis itu sudah disibukkan dengan pria yang nampaknya juga salah satu anak buah Lara.
Pria berambut keriting itu menarik lengannya, lalu menyuruhnya untuk ikut membantu mengevakuasi korban yang ada di dalam gudang. Kalo dua anak buah Lara berada di luar, sementara ia belum melihat batang hidung Lara sejak tadi, itu artinya... Perasaan Keenan berubah kalut, takut apa yang dipikirkannya benar terjadi. Dengan segera, Keenan mengikuti langkah dua anak buah Lara.
Suasana semakin kisruh, ketika salah satu petugas berkata ada kerusakan yang terjadi dengan daun pintu gudang, selain itu ada sebuah benda berat yang menahan pintu dari dalam. Sehingga korban tidak dapat dikeluarkan dari dalam gudang, meskipun sudah menggunakan kunci gudang tersebut. Keenan menjadi satu-satunya dokter yang turut membantu evakuasi korban yang terkunci dari dalam hari itu.
Setelah beberapa saat, Ardio menyusul dan ikut membantunya, membobrok pintu gudang yang sudah terikat dari dalam. Keenan tak lagi dapat berpikir jernih, kalau sampai benar Lara adalah korban dari kelalaian pihak rumah sakit, ia tak segan-segan memarahi pihak rumah sakit yang memberikan ruangan ini untuk menyimpan barang.
Keenan tahu betul penyakit apa yang diidap Lara sejak kecil dan itu sangat membahayakan kondisi kesehatan maupun jiwanya. Setelah hampir satu setengah jam, akhirnya pintu sudah terbuka dengan bantuan sebuah alat pendorong yang dikerahkan petugas. Ruangan itu begitu gelap, sempit dan berdebu, belum lagi banyaknya barang-barang bekas yang diletakkan berdesakan dengan lemari bekas yang diletakkan di dalamnya.
Salah seorang dokter jaga juga turut membantu menemukan Lara yang terhimpit di gudang tersebut, tapi Keenan tidak peduli meskipun dokter jaga itu berusaha menemukan Lara, tanpa pikir panjang Keenan juga turut masuk ke gudang dan membantu menemukan Lara. Tubuh Lara ditemukan terkulai lemas di himpitan lemari bekas penyimpanan alatalat kedokteran yang digunakan rumah sakit. Keenan-lah yang berhasil menemukan gadis itu pingsan dalam keadaan duduk. Ia menggenggam pergelangan tangan Lara dan mencari denyut nadi gadis itu. Ia mampu bernapas lega, Lara masih bisa selamat walaupun kondisinya sangat lemah.
Jadilah si dokter jaga itu malah keluar lebih dulu dibanding Keenan yang sibuk menggendong tubuh Lara yang tidak sadarkan diri. Sementara Silvia dan Dodo hanya mampu terdiam melihat kondisi rekannya yang sudah pingsan seperti itu. Terutama Dodo, sejumput perasaan bersalah menghinggap di benaknya, tak berhenti ia menyalahkan dirinya karena kelalaiannya. Tubuh Lara diletakkan di sebuah kasur dan segera dibawa ke ruang UGD untuk diberi pertolongan pertama.
Keenan tetap berada di sisinya selama ia membutuhkan bantuan. Entah mengapa hati Keenan tak kuat melihat keadaan Lara yang sangat terpuruk saat itu. Maka ia bertekad untuk menjaga Lara, meski nanti ia tak diizinkan masuk ke UGD oleh dokter yang berwenang. ”Dokter Keenan, sebaiknya Dokter tunggu di luar,” tegas seorang perawat yang hendak menutup pintu UGD.
”Sus, saya harus berada di dalam. Saya tahu penyebab korban pingsan seperti itu.” ”Apa maksud Dokter Keenan?” Suster itu tampak tak percaya. ”Dokter, Dokter Keenan itu spesialis kandungan. Jadi saya mohon, jangan mempersulit keadaan.” Mata Keenan terbelalak lebar, mendengar apa yang dikatakan oleh Suster tersebut. Memangnya kenapa kalau dia cuma dokter kandungan?
Bukankah dulu ia hampir menjadi dokter ahli bedah syaraf dan otak? Sudah keadaan getir seperti ini, perawat itu malah cari masalah! ”Suster, korban yang barusan kekunci itu pengidap claustrophobia1 ! Masa hanya dikasih perawatan yang nggak cukup memadai kayak gitu?” omel Keenan kesal. Wajah perawat itu mendadak ketakutan ketika Keenan membentaknya hanya karena satu pasien. (bersambung)
Oleh:
Vania M. Bernadette
Pria berambut keriting itu menarik lengannya, lalu menyuruhnya untuk ikut membantu mengevakuasi korban yang ada di dalam gudang. Kalo dua anak buah Lara berada di luar, sementara ia belum melihat batang hidung Lara sejak tadi, itu artinya... Perasaan Keenan berubah kalut, takut apa yang dipikirkannya benar terjadi. Dengan segera, Keenan mengikuti langkah dua anak buah Lara.
Suasana semakin kisruh, ketika salah satu petugas berkata ada kerusakan yang terjadi dengan daun pintu gudang, selain itu ada sebuah benda berat yang menahan pintu dari dalam. Sehingga korban tidak dapat dikeluarkan dari dalam gudang, meskipun sudah menggunakan kunci gudang tersebut. Keenan menjadi satu-satunya dokter yang turut membantu evakuasi korban yang terkunci dari dalam hari itu.
Setelah beberapa saat, Ardio menyusul dan ikut membantunya, membobrok pintu gudang yang sudah terikat dari dalam. Keenan tak lagi dapat berpikir jernih, kalau sampai benar Lara adalah korban dari kelalaian pihak rumah sakit, ia tak segan-segan memarahi pihak rumah sakit yang memberikan ruangan ini untuk menyimpan barang.
Keenan tahu betul penyakit apa yang diidap Lara sejak kecil dan itu sangat membahayakan kondisi kesehatan maupun jiwanya. Setelah hampir satu setengah jam, akhirnya pintu sudah terbuka dengan bantuan sebuah alat pendorong yang dikerahkan petugas. Ruangan itu begitu gelap, sempit dan berdebu, belum lagi banyaknya barang-barang bekas yang diletakkan berdesakan dengan lemari bekas yang diletakkan di dalamnya.
Salah seorang dokter jaga juga turut membantu menemukan Lara yang terhimpit di gudang tersebut, tapi Keenan tidak peduli meskipun dokter jaga itu berusaha menemukan Lara, tanpa pikir panjang Keenan juga turut masuk ke gudang dan membantu menemukan Lara. Tubuh Lara ditemukan terkulai lemas di himpitan lemari bekas penyimpanan alatalat kedokteran yang digunakan rumah sakit. Keenan-lah yang berhasil menemukan gadis itu pingsan dalam keadaan duduk. Ia menggenggam pergelangan tangan Lara dan mencari denyut nadi gadis itu. Ia mampu bernapas lega, Lara masih bisa selamat walaupun kondisinya sangat lemah.
Jadilah si dokter jaga itu malah keluar lebih dulu dibanding Keenan yang sibuk menggendong tubuh Lara yang tidak sadarkan diri. Sementara Silvia dan Dodo hanya mampu terdiam melihat kondisi rekannya yang sudah pingsan seperti itu. Terutama Dodo, sejumput perasaan bersalah menghinggap di benaknya, tak berhenti ia menyalahkan dirinya karena kelalaiannya. Tubuh Lara diletakkan di sebuah kasur dan segera dibawa ke ruang UGD untuk diberi pertolongan pertama.
Keenan tetap berada di sisinya selama ia membutuhkan bantuan. Entah mengapa hati Keenan tak kuat melihat keadaan Lara yang sangat terpuruk saat itu. Maka ia bertekad untuk menjaga Lara, meski nanti ia tak diizinkan masuk ke UGD oleh dokter yang berwenang. ”Dokter Keenan, sebaiknya Dokter tunggu di luar,” tegas seorang perawat yang hendak menutup pintu UGD.
”Sus, saya harus berada di dalam. Saya tahu penyebab korban pingsan seperti itu.” ”Apa maksud Dokter Keenan?” Suster itu tampak tak percaya. ”Dokter, Dokter Keenan itu spesialis kandungan. Jadi saya mohon, jangan mempersulit keadaan.” Mata Keenan terbelalak lebar, mendengar apa yang dikatakan oleh Suster tersebut. Memangnya kenapa kalau dia cuma dokter kandungan?
Bukankah dulu ia hampir menjadi dokter ahli bedah syaraf dan otak? Sudah keadaan getir seperti ini, perawat itu malah cari masalah! ”Suster, korban yang barusan kekunci itu pengidap claustrophobia1 ! Masa hanya dikasih perawatan yang nggak cukup memadai kayak gitu?” omel Keenan kesal. Wajah perawat itu mendadak ketakutan ketika Keenan membentaknya hanya karena satu pasien. (bersambung)
Oleh:
Vania M. Bernadette
(ars)