Dua Pasang Hati

Kamis, 04 Juni 2015 - 10:28 WIB
Dua Pasang Hati
Dua Pasang Hati
A A A
”Udah tidur sana, lo nggak tau apa, jam segini pasien harusnya istirahat? Kita kalo ngobrol gini, bisa ganggu pasien lain.” Cowok itu menatap mata Lara lurus-lurus. Deg! Jantung Lara terpacu cepat.

Lara menurunkan sandaran kasurnya sehingga ia berada di posisi tidur. Posisi tidur Lara menghadap Keenan, saat itu. Cowok itu sedikit terkesiap dengan Lara yang dengan acuhnya tak sengaja menghadapkan tubuh cewek itu ke arahnya. Keenan memilih bersikap acuh dan mengontrol pikirannya agar tidak terpengaruh, segera dokter itu menutup matanya juga.

Ketika keduanya sudah mulai masuk ke alam tidurnya, tiba-tiba saja suara petir menggelegar menggema di seluruh ruang rumah sakit. ”Aaaaaa!” Lara berteriak ketakutan, dan sontak meremas tangan Keenan kuat-kuat, membangunkan cowok itu yang sedang tertidur juga. Cowok itu bernafas pasrah, membiarkan Lara mencengkeram tangannya kuatkuat. Ia sama sekali nggak berkomentar banyak, hanya diam melihat ketakutan Lara.

Beberapa detik kemudian, Lara tersadar jika tangannya mencengkeram erat tangan Keenan. Anehnya, cowok itu tidak memarahinya sama sekali, dia malah dengan acuhnya begitu nyenyak dalam tidurnya. Perlahan, ketakutan Lara sedikit berkurang, ia meletakkan tangan cowok itu pada posisinya semula. Lara tak bergeming memandang tangan besar Keenan, membuat pipi Lara merona merah tanpa sadar, seulas senyum tersungging di wajahnya.

Astaga... kok gue jadi seneng norak gini sih? Kenapa Keenan malah keliatan ganteng sekarang, ya? Dengan jas dokter gitu, dia keliatan lebih gentle dari yang dulu... Aduh... Keenan tiba-tiba saja meraih tangan Lara, lalu menggenggamnya. Ia tahu betul, tangan cewek itu sempat bergetar hebat ketika petir sempat menggelegarkan suaranya.

Dengan mata tertutup, Keenan tahu jika gadis itu sebenarnya sedang melawan ketakutan besarnya. Lara menyadari tangannya disentuh Keenan. Kenapa... tangannya semakin hangat dan nyaman untuk disentuh? Lara bertanya dalam lubuk hatinya. ”Pegang aja tangan gue kalo lo takut,” suara berat cowok itu mengejutkan jantung Lara yang berlompat nggak keruan.

Padahal, Keenan menutup matanya yang seolah sedang tidur. Lara pun terlelap dalam tidurnya. Pagi menjelang, sinar matahari menerobos masuk melalui ventilasi jendela kamar Lara. Saat membuka matanya, didapatinya Keenan sudah tak berada di sampingnya. Nampaknya cowok itu sudah pulang ke rumah atau mungkin saja Keenan sudah harus kembali praktik.

Mendadak hati Lara jadi nggak enak, waktu istirahat Keenan jadi agak terganggu karena dirinya. Ia terdiam sebentar lalu berpikir, lho kenapa gue jadi mikirin Keenan? Emangnya kenapa kalo dia ninggalin lo gitu aja, toh juga nggak ada sangkut pautnya sama lo, Ra. Get up, Ra. Get up ! Kedatangan dokter jaga yang pagi itu menyambutnya ramah, membuyarkan lamunannya soal Keenan.

Dokter dengan badge Dr. Bayu Effendi itu memeriksa keadaan Lara dan memastikan apakah dia sudah boleh pulang atau belum. ”Lara Ardenia, kamu udah boleh pulang hari ini. Nanti saya akan menyuruh perawat ngurusin peralatan infus kamu yang masih dipasang. Setelah itu, kamu boleh langsung ke administrasi,” kata Dokter Bayu memandang Lara sambil tersenyum.

”Iya, Dokter. Terima kasih ya, udah nolongin saya waktu itu,” jawab Lara sambil tersenyum juga. ”Nolongin kamu? Saya-” Kalimat Dokter Bayu terpotong, ketika seorang perawat muda menghampiri Lara. Ia membawa sebuah formulir survey tentang rumah sakit itu. ”Pagi Mbak Lara. Sudah sehat, ya? Ini, saya mau minta tolong, isikan formulir tentang kepuasan rawat inap di sini,” ujar perawat itu dengan ramah.

”Iya, Sus. Boleh, nanti saya isi ya. Tapi ini dulu, Sus.. tangan saya.. masih diinfus,” ucap Lara nyengir, gimana dia mau nulis kalo tangannya masih ditusuk dengan jarum infus begitu? ”Oh... gampang, Mbak. Saya bantu lepas infusnya dulu, ya?” jawab perawat itu dengan seulas senyum tulus di bibirnya. Perawat itu perlahan-lahan melepaskan jarum yang tertusuk di urat halus Lara, membuat gadis itu sedikit meringis, menahan perihnya jarum tersebut. (bersambung)

Vania M. Bernadette
(ftr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6808 seconds (0.1#10.140)