Mencoba Lebih Maskulin

Rabu, 10 Juni 2015 - 07:41 WIB
Mencoba Lebih Maskulin
Mencoba Lebih Maskulin
A A A
MARIA park terpilih menjadi pemain film Jakarta Undead. Sutradara Rico Michael menilainya sebagai sosok yang tepat memerankan salah satu tokoh utama dalam film tersebut.

Terpilihnya Maria bukan tanpa alasan karena Rico termasuk orang yang perfeksionis dalam membuat film, seperti Solitaire (2014) dan En6M (2007).

Demikian pada film terbarunya, Jakarta Undead sehingga tidak mudah menjadi aktor dan aktris yang taampil dalam filmnya tersebut. Untuk casting dilakukan benar-benar ketat. Rico ingin film bergenre horor actionyang dibuatnya ini seperti gabungan The Raiddan Walking Dead. Tak heran jika di film itu, Maria dan pemain lainnya harus berlatih serius.

Bukan hanya mendalami peran yang dilakoni, juga menguasai penggunaan senjata, parkour, atau fighting. Bahkan Rico sengaja mendatangkan pelatih ahli dari masing-masing bidang. Saat ditemui akhir pekan lalu, Maria sedang melakukan latihan fisik rutin bersama pemeran lainnya di Gandaria City. Dia mengaku tertantang bermain di film yang bekerja sama dengan ZINE Films, production housedari Singapura ini untuk membuat film zombiepertama di Indonesia. Berikut petikan wawancaranya.

Bagaimana awalnya Anda bisa ikut main di film Jakarta Undead?

Aku ikut castingdan memang karakternya cocok. Tokoh yang dicari itu, yang muka oriental sebagai leader. Kan carinya peran tokoh oriental. Pas masuk sini, katanya cocok. Katanya sih ada adegan berdarah-darah, biar darahnya tuh keliatan kalau di kulit aku.

Kenapa tertarik untuk ikut bermain di film dengan unsur zombie?

Waktu itu sih enggak tahu kalau film zombie, bilangnya cuma film action dan aku biasanya kayak main film drama. Makanya aku ingin coba di action dan aku pikir kalau main action itu sudah pasti ada dramanya. Sementara kalau drama, belum tentu ada action. Jadi, aku pikir sekalian aja action dan kalau diterima syukur, kalau enggak juga enggak apa-apa, yang penting casting dulu aja sih.

Bagaimana rasanya bermain di film action?

Seru. Aku suka kali ya. Tadinya aku pikir aku enggak bisa, beda kan karakternya sama karakter aku sehari-hari. Di sini aku sebagai Ivy, seorang cewek tought, pemberani, leader. Aku biasanya cewek banget, tetapi pas dicoba enak banget, ternyata seru.

Ada kesulitan bermain film action?

Aku yang feminin banget, tibatiba disuruh harus maskulin. Latihan fisik kayak gitu, latihan tembak, latihan senjata. Sulitnya sih pertamanya saja, tapi lama-lama enggak, aku bisa ngejalaninnya karena basicaku dulu kan pernah nge-dance. Jadi, sudah pernah latihan fisik dan dulu dari SD sampai SMP pernah ikut pencak silat, taekwondo, terus pas kemarin latihan disuruh jadi Ivy, aku jadi flashbacklagi, inget yang kemarin-kemarin.

Ada referensi tokoh lain yang Anda tiru?

Kalau Ivy itu kan sama kayak yang di Resident Evil, tapi aku enggak tahu itu siapa karakternya. Dia orangnya dingin, enggak pernah senyum, dan kira-kira begitu karakter Ivy, sementara aku sehari-hari orangnya suka ketawa.

Menurut Anda, film ini lebih seperti Resident Evil atau Walking Dead?

Pasti beda sih, mungkin kalau dalam jalan ceritanya kita dibilang kayak copasdari Resident Evil atau Walking Dead, tapi kalau ini pasti dong lebih ala Indonesia, anak-anak negeri sendiri, anak Indonesia sendiri. Beberapa karakter juga beda sih ya.

Apa yang membuat orang harus nonton film ini?

Ini lho, film ini hasil anak negeri, anak negeri sendiri yang enggak kalah bagusnya sama yang di luar. Kita juga punya sesuatu yang bagus dan ini ada unsur religinya. Ada pesannya juga, kalau enggak semua karena virus, hidup itu enggak cuma karena keegoisan sendiri.

Fatturahman hakim
(ars)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.6532 seconds (0.1#10.140)