Dua Pasang Hati
A
A
A
Lihat saja tuh, si raksasa ganteng ini malah menyapa wanita paruh baya berjilbab putih yang berpakaian daster. Untung aja dia nggak pake meluk dari belakang, terus tanya: Sayang, lagi masak apa?
Kalo dipiki-pikir ulang, Lara kok bisa-bisanya dulu jatuh cinta sama cowok kayak Keenan begitu? Ganteng sih iya, pinter, nggak usah ditanya. Badannya apalagi, dulu kalo Keenan ke sekolah, teman-temannya sering bilang, Ra, itu gebetan lo dadanya boboable banget deh. Yah, tapi apa mau dikata, si pemilik dada boboable itu, malah kepincut dengan anak luar sekolah, sahabat Lara yaitu Feli.
Selain itu, si raksasa berprofesi sebagai dokter kandungan itu, punya kadar cuek yang berlebihan. Lara sih nggak kaget dengan sikap Keenan ini, tapi... mbo ya dia yang ajak, Lara-nya diperhatiin dikit, kek. Eh, dia malah udah mesen makan duluan, dan kalo ditanya nanti pasti jawabnya karena kelaperan. Lara hanya bisa menggelengkan kepalanya aja, deh. ”Eh, sori, Ra. Gue kayak gini kalo kelaperan.” Keenan beralasan, selanjutnya dia malah menyeruput jeruk panasnya. Lara udah deh, pasrah aja. Lara nyengir, meski dalam hati kesel dikit.
”Udah hafal dari dulu, kalo lo gitu. Jadinya lo makan nasi goreng apa?” ”Biasa, nasi goreng pete,” ucapnya sambil menatap Lara datar. Perlu banget nih, Lara kasih tahu ke semua pasien-pasien cantiknya Keenan, kalo dokter idola mereka ini, doyan banget sama pete. Yang ada, mundur semua kayaknya. ”Lo pesen yang lain aja, di sini ada nasi goreng ayam kok,” gumamnya kemudian. Ampun, Keenan... pantes aja pada nggak betah jadi pacarnya, cueknya banget-banget. Tiba-tiba aja, ada satu ibu-ibu dan anaknya, yang mungkin sejak tadi makan di sebelah Keenan dan Lara.
Si ibu-ibu ini tampak berbisik pada anaknya, percaya atau nggak, biarpun dia berbisik, omongannya tetap kedengeran di telinga Lara. ”Nak, besok-besok kalo kamu besar nanti, cari suami jangan kayak oom-oom yang di sebelah Ibu. Ganteng-ganteng, tapi nggak perhatian sama istrinya. Lihat tuh, malah dicuekin terus makan. Lakilaki model kayak gitu mah makan hati banget, banyak di pasaran.” Mendengarnya, nggak tahu kenapa no offense Lara pingin banget ketawa ngakak, garagara kritikan pedas yang membangun dari si ibu di sebelah ini.
Lara jadi sengaja terbatuk-batuk, agar Keenan sedikit sadar dengan celotehan bermakna dari ibu ini. Namun, tampaknya Keenan nggak peduli dengan komentar pedas si ibu-ibu itu, dia hanya melirik kepada ibu itu dua detik di balik kacamatanya, kemudian balik makan lagi. Boys , kalo udah urusan perut, emang gitu kayaknya. Tapi sepertinya dugaan Lara meleset, cowok yang beberapa hari lalu baru memangkas janggut dan kumisnya ini, tiba-tiba saja mengarahkan suapannya ke mulut Lara, meski wajahnya tetap tak menunjukkan ekspresi.
Tapi Lara kan udah pernah dikerjain Keenan sekali waktu itu, jangan sampe aja dia ke-geeran lagi, bisa-bisa malu ntar. Namun anehnya, sepasang sorot mata Keenan itu tiba-tiba berubah menghangat, dan meminta Lara untuk menuruti keinginannya. Kalo udah begini, Lara nggak punya pilihan lain, sepertinya si cuek itu udah mulai ramah lingkungan walaupun dengan gayanya yang kaku. Karena nggak biasanya, Keenan mau ngedengerin omongan miring tentangnya.
Muka, tubuh, kecuali otaknya itu, lempeng setengah mati. Lara pun membuka mulutnya lebar-lebar, di saat si ibu yang berkomentar pedas ini sedang tidak memerhatikan keduanya, Lara memberi tatapan galak pada Keenan, seolah mengancam, awas aja lo kalo berani ngerjain gue kayak waktu itu! Dan Keenan mengerti maksud tatapannya. Kali ini, dia benar-benar menyuapkan sesendok nasi goreng ayam yang baru saja mampir di meja Lara.
Belum berhenti di situ saja, Keenan juga mengelus lembut puncak kepalanya. And, he did it all without words , bengong nggak sih kalian kalo jadi Lara? Yah, buat sebagian orang sih, mungkin kedengaran biasa aja, tapi untuk Lara, ini begitu langka, kayak BBM jaman sekarang. Terang saja, gadis itu kini merasakan lemas dan kaku secara bersamaan, menghampiri sekujur tubuhnya.
Mau nolak pun dia nggak sanggup, tangan-tangannya seolah dipasung, sehingga Keenan bisa melakukan aksinya dengan lancar. Ah, Lara mendesah dalam hati, seandainya saja Lara bisa berbagi cerita ini pada Echa... Sejurus kemudian, Lara yang melongo heran pada Keenan, tak bisa melepaskan pandangan pada cowok yang sedang makan nasi goreng petenya dengan lahap. (bersambung)
Oleh:
Vania M. Bernadette
Kalo dipiki-pikir ulang, Lara kok bisa-bisanya dulu jatuh cinta sama cowok kayak Keenan begitu? Ganteng sih iya, pinter, nggak usah ditanya. Badannya apalagi, dulu kalo Keenan ke sekolah, teman-temannya sering bilang, Ra, itu gebetan lo dadanya boboable banget deh. Yah, tapi apa mau dikata, si pemilik dada boboable itu, malah kepincut dengan anak luar sekolah, sahabat Lara yaitu Feli.
Selain itu, si raksasa berprofesi sebagai dokter kandungan itu, punya kadar cuek yang berlebihan. Lara sih nggak kaget dengan sikap Keenan ini, tapi... mbo ya dia yang ajak, Lara-nya diperhatiin dikit, kek. Eh, dia malah udah mesen makan duluan, dan kalo ditanya nanti pasti jawabnya karena kelaperan. Lara hanya bisa menggelengkan kepalanya aja, deh. ”Eh, sori, Ra. Gue kayak gini kalo kelaperan.” Keenan beralasan, selanjutnya dia malah menyeruput jeruk panasnya. Lara udah deh, pasrah aja. Lara nyengir, meski dalam hati kesel dikit.
”Udah hafal dari dulu, kalo lo gitu. Jadinya lo makan nasi goreng apa?” ”Biasa, nasi goreng pete,” ucapnya sambil menatap Lara datar. Perlu banget nih, Lara kasih tahu ke semua pasien-pasien cantiknya Keenan, kalo dokter idola mereka ini, doyan banget sama pete. Yang ada, mundur semua kayaknya. ”Lo pesen yang lain aja, di sini ada nasi goreng ayam kok,” gumamnya kemudian. Ampun, Keenan... pantes aja pada nggak betah jadi pacarnya, cueknya banget-banget. Tiba-tiba aja, ada satu ibu-ibu dan anaknya, yang mungkin sejak tadi makan di sebelah Keenan dan Lara.
Si ibu-ibu ini tampak berbisik pada anaknya, percaya atau nggak, biarpun dia berbisik, omongannya tetap kedengeran di telinga Lara. ”Nak, besok-besok kalo kamu besar nanti, cari suami jangan kayak oom-oom yang di sebelah Ibu. Ganteng-ganteng, tapi nggak perhatian sama istrinya. Lihat tuh, malah dicuekin terus makan. Lakilaki model kayak gitu mah makan hati banget, banyak di pasaran.” Mendengarnya, nggak tahu kenapa no offense Lara pingin banget ketawa ngakak, garagara kritikan pedas yang membangun dari si ibu di sebelah ini.
Lara jadi sengaja terbatuk-batuk, agar Keenan sedikit sadar dengan celotehan bermakna dari ibu ini. Namun, tampaknya Keenan nggak peduli dengan komentar pedas si ibu-ibu itu, dia hanya melirik kepada ibu itu dua detik di balik kacamatanya, kemudian balik makan lagi. Boys , kalo udah urusan perut, emang gitu kayaknya. Tapi sepertinya dugaan Lara meleset, cowok yang beberapa hari lalu baru memangkas janggut dan kumisnya ini, tiba-tiba saja mengarahkan suapannya ke mulut Lara, meski wajahnya tetap tak menunjukkan ekspresi.
Tapi Lara kan udah pernah dikerjain Keenan sekali waktu itu, jangan sampe aja dia ke-geeran lagi, bisa-bisa malu ntar. Namun anehnya, sepasang sorot mata Keenan itu tiba-tiba berubah menghangat, dan meminta Lara untuk menuruti keinginannya. Kalo udah begini, Lara nggak punya pilihan lain, sepertinya si cuek itu udah mulai ramah lingkungan walaupun dengan gayanya yang kaku. Karena nggak biasanya, Keenan mau ngedengerin omongan miring tentangnya.
Muka, tubuh, kecuali otaknya itu, lempeng setengah mati. Lara pun membuka mulutnya lebar-lebar, di saat si ibu yang berkomentar pedas ini sedang tidak memerhatikan keduanya, Lara memberi tatapan galak pada Keenan, seolah mengancam, awas aja lo kalo berani ngerjain gue kayak waktu itu! Dan Keenan mengerti maksud tatapannya. Kali ini, dia benar-benar menyuapkan sesendok nasi goreng ayam yang baru saja mampir di meja Lara.
Belum berhenti di situ saja, Keenan juga mengelus lembut puncak kepalanya. And, he did it all without words , bengong nggak sih kalian kalo jadi Lara? Yah, buat sebagian orang sih, mungkin kedengaran biasa aja, tapi untuk Lara, ini begitu langka, kayak BBM jaman sekarang. Terang saja, gadis itu kini merasakan lemas dan kaku secara bersamaan, menghampiri sekujur tubuhnya.
Mau nolak pun dia nggak sanggup, tangan-tangannya seolah dipasung, sehingga Keenan bisa melakukan aksinya dengan lancar. Ah, Lara mendesah dalam hati, seandainya saja Lara bisa berbagi cerita ini pada Echa... Sejurus kemudian, Lara yang melongo heran pada Keenan, tak bisa melepaskan pandangan pada cowok yang sedang makan nasi goreng petenya dengan lahap. (bersambung)
Oleh:
Vania M. Bernadette
(ars)