Dua Pasang Hati

Selasa, 07 Juli 2015 - 08:52 WIB
Dua Pasang Hati
Dua Pasang Hati
A A A
Dia harus berhenti mengikat dirinya pada cowok itu. Layaknya sebatang tunas baru yang tumbuh, ia pasti harus berpindah di tempat yang lebih meyakinkan.

Tapi masalahnya... apakah tempat baru tersebut, mampu memberi kenyamanan? Hingga ia mampu menumbuhkan benih tunasnya dengan sempurna? Keraguan di benak Lara kembali menyerangnya. Kenapa dibandingkan sembilan tahun lalu, sangat sulit bagi dirinya melepaskan ikatan dari cowok itu? AH! Dengan gusar Lara mengambil segelas air dan meneguknya tanpa henti.

Kerongkongannya mendadak kering, setelah memikirkan hal itu. Kini ia berjalan ke area dapur, dan kakinya tiba-tiba terpaku tepat di depan lemari dapurnya. Ia menyentuh pintu lemari dapurnya, dengan berjinjit. Kini, pikirannya kembali tertuju pada kenangan saat Keenan mengambilkan merica untuknya. Lara terdiam sejenak, menutup matanya.

Mengapa keadaan hatinya bahkan lebih parah dari sembilan tahun lalu...? Seluruh isi rumah ini, memiliki kenangan berarti soal dokter kandungan itu. Astaga... apa yang terjadi padanya? Kenapa Lara tidak bisa mengontrol hatinya sendiri dan melupakan Keenan begitu saja? Lututnya bergetar hebat, rasanya Lara sudah tertelan omongannya, dia ingin sekali mengibarkan bendera putih di atas kepalanya. Lara... tak mampu berdebat dengan batinnya sendiri.

Kini, semuanya berbalik. Keenan-lah yang memegang kendali atas hati Lara, bahkan seluruh tubuhnya kini kembali menyorakkan keinginan untuk disentuh oleh pria itu. Lara terduduk lemas di depan lemari dapurnya, meneguk air putihnya pelan-pelan. Air matanya seolah terkuras habis menangisi masalahnya dengan Echa dan pergulatan batinnya tentang pria itu.

Ia hanya menangkupkan wajahnya dengan telapak tangannya dan tak tahu harus berbuat apa. ”Selamat pagi, semuanya. Nama saya Gavin Revaldo Saputra. Arsitek baru untuk Magenta Architecture. Nice to meet you all .” Begitulah akhir perkenalan dari seorang pemuda tampan berkacamata bening yang menimbulkan riuh tepuk tangan dari staf perempuan di Magenta Architecture.

Baru begitu saja semua cewek udah pada kelepekkelepek, membuat semua staf cowok menatap iri dan sebal pada anak baru itu. ”Apa sih istimewanya si Gavin? Struktur kerjanya aja kita belum liat, disorakinnya udah kayak ngeliat Justin Bieber aja!” sungut Panji pada Dodo, yang hanya menanggapinya dengan anggukan setuju. ”Iya, ya, Mas Panji. Kita juga lebih oke,” timpal Dodo selanjutnya.

Panji melirik bingung pada Dodo, ”Kita? Gue aja kali yang keren, lo nggak usah!” Ia mendorong sedikit tubuh Dodo. Cowok itu memandang sebal pada Panji. ”Nah, Gavin... selamat bekerja di perusahaan kami, ya. Enjoy !” kata Reina, seorang divisi head-creative di Magenta Architecture sambil mengedipkan mata pada Gavin. ”Halo, Vin. Gue Silvia, divisi interior design.

Co-worker lo, nanti.” Silvia tersenyum pada Gavin dan mengulurkan jabatan tangannya. Cowok itu membalas uluran tangannya. ”Eh.. Sil. Kalo gitu, lo head interior design di sini, dong?” tanya Gavin kemudian. Gadis itu menggeleng, Gavin menatapnya bingung. Nggak lama kemudian, seorang gadis berambut panjang berwarna coklat gelap, dengan blouse berwarna biru tosca dengan celana panjang putih serta flatshoe berwarna tosca memasuki ruangan meeting.

Gadis itu tampak begitu sibuk dengan setumpuk file yang dibawanya. Panji dan beberapa cowok lainnya berdiri langsung di hadapan perempuan itu. ”Itu, Vin...” tunjuk Silvia pada gadis cantik itu. ”Namanya Lara,” lanjutnya. Dia? ”Ra, biar gue bawain, ya?” Panji langsung pasang badan. ”Nggak usah, Nji. Bisa sendiri,” tolak Lara halus.

”Lo kan cewek, kalo bawa beratberat nanti berotot...” Cowok itu berusaha menarik setumpuk file itu dari tangan Lara. ”Gue kan udah bilang, nggak usah.” Lara berkata dingin. Panji tersenyum menggoda pada cewek itu, ”Manis banget sih kamu pagi ini.” ”Panji! Bisa nggak sih-” ”Kalo dia nggak mau jangan paksa gitu dong, Mas.

Nggak ngerti bahasa Indo?” Cowok itu mengambil alih setumpuk file itu dari tangan Panji. Amarah cowok itu bangkit seketika. ”Lo anak baru, nggak usah ikut campur urusan gue ya!” Lara terkejut melihat kehadiran cowok yang mukanya tidak asing lagi baginya. Dia? Si tampan itu menyerahkan file -nya pada Lara, namun tetap saja Lara tidak berkutik sedikitpun. (bersambung)

OLEH: VANIA M. BERNADETTE
(bbg)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8270 seconds (0.1#10.140)