Dua Pasang Hati

Rabu, 08 Juli 2015 - 09:41 WIB
Dua Pasang Hati
Dua Pasang Hati
A A A
Mulutnya ternganga lebar, melihat kehadiran cowok asing yang ternyata... ”Kita ketemu lagi. Jadi... Mbak ini head interior design di Magenta?” ”Eh... ng, iya. Duh, jangan panggil Mbak.

Lara aja, juga nggak apa-apa,” ucap Lara salah tingkah. Cowok itu mengulurkan tangannya, ”Gavin.” Lara membalas uluran tangannya. ”Happy working with us ya, Vin. Semoga betah,” ujar Lara sambil tersenyum pada cowok itu. ”Thank you , Ra.” Cowok itu berkata, seraya kembali pada posisi duduknya. Lara menutup pintu ruangannya, lalu menghela napas panjang.

Akhirnya... setelah beberapa bulan kerja sama dengan RS Harapan Bangsa, kini ia kembali ke ruang sejuk yang ditawarkan kantornya ini. Rasanya... lega banget, nggak harus bertemu dengan dua orang yang belakangan sudah memusingkan kepala, hati, dan pikirannya. Tapi ngomong-ngomong, apa yang terjadi ya, setelah Lara sudah tak lagi bekerja untuk rumah sakit itu? Ardio-Keenan balik temenan lagi nggak ya? Ah, sudahlah.

Untuk sementara, dia ingin membebaskan pikirannya dari masalah tersebut. Boys will always be boys , kalo memang mereka berteman dengan tulus, mereka pasti bisa menyelesaikannya dengan baik. Hati kecil Lara percaya jika Keenan bisa mengembalikan kesadaran Ardio nantinya. Seulas senyum kecil mengembang di bibirnya, tanpa sadar.

Lara menggelengkan kepalanya! Dia tidak bisa seperti ini terus, bertahan pada pilihan yang kemungkinan terjadinya hanya sepersen, bahkan tidak akan terjadi sama sekali! Ia kembali mengeraskan hatinya untuk cowok itu. Kalau begini terus, sampai kapan ia bisa melepaskan ikatannya dari Keenan? Bukan, bisakah pikirannya ini berhenti memikirkan cowok itu sedikitpun? Tok! Tok! Suara ketukan pintu membubarkan pikirannya soal Keenan.

”Masuk,” Lara mempersilakan. Dan seorang pemuda tampan melongokkan kepalanya dari balik pintu, yang disambut Lara dengan senyuman lebar. ”Gavin? Ada apa?” tanya Lara. ”Gue cuma mau kasih berkas-berkas baru untuk proyek yang baru,” sahut cowok itu sambil menarik kursi di depan Lara. Entah mengapa Lara merasa tatapan mata Gavin terlihat begitu indah di matanya.

Cowok itu sempat menyengatkan getar aneh di tubuhnya, seolah-olah ia tersihir dengan pandangan matanya yang indah itu. Cowok berambut spiky itu, mengamati Lara yang sejak tadi tak berkutik memandanginya. ”Ngefans banget sama gue, kayaknya. Awas mata lo copot,” guraunya. ”Eh? Ng... nggak, aduh... bukanbukan. Mana, gue liat berkasnya?” Lara sedikit sulit menutupi rasa canggungnya.

Gavin tersenyum menatap Lara yang kehabisan katakata, ”Kalo panik muka lo lucu juga ya.” Lara terperanjat mendengar ucapannya barusan. Bukankah kalimat itu tidak asing lagi baginya? Lara berusaha mengusir pikirannya yang tiba-tiba mengingatkannya pada Keenan. Lara tersenyum simpul dalam hati, secara sifat aja beda banget sama Keenan.

Kalimat itulah yang ditanamkan Lara di benaknya, agar ia tidak larut soal dokter itu. ”Jadi kita satu team ya?” ”Iya. Satu team. Lo, gue, Silvia, dan Dodo,” ucap Lara menjelaskan anggotanya. ”Oh, oke...Kalo ada apa-apa, jangan sungkan kritik gue ya, Ra. Anak baru harus patuh sama seniornya,” ujarnya sambil kembali tersenyum. Lara sedikit tertawa, ”Emangnya jaman SMA, mainannya senior-junior?” balas Lara bergurau. Gavin tertawa, ”Iya juga ya.

Udah kerja, sih... Hmm, kalo boleh tau, lo umur berapa, Ra?” tanyanya kemudian. Lho... kok jadi nanyananya umur segala? ”Dua enam. Kenapa? Gue tua banget ya, hahaha...” Lara berusaha menutupi rasa canggungnya. Alis cowok itu mengernyit tak percaya, ”Gue kira seumur gue.” ”Seumur lo? Emangnya lo umur berapa?” ”Twenty-three, baru bulan kemaren,” sahut cowok itu jujur.

Gantian Lara yang terkejut mendengarnya, ugh... bronskybronsky dia rupanya. Pantes masih kelihatan segar bugar begitu, ”Ah, elo bercandanya jangan kelewat lucu.” Lara tersipu, sedikit. Gavin tidak berkata apa pun setelahnya, selanjutnya ia tersenyum pada cewek itu, ”Lain kali... hati-hati kalo jalan, kalo bawa mobil. Ok?” Lara mengangguk dan membalasnya dengan senyuman. Hmm.. sepertinya, Lara sudah menemukan penyemangat baru dalam dirinya. ”Di!” panggil seorang dokter, di tengah-tengah jam istirahat rumah sakit. (bersambung)

OLEH: VANIA M. BERNADETTE
(bbg)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.5297 seconds (0.1#10.140)