Dua Pasang Hati

Jum'at, 10 Juli 2015 - 10:36 WIB
Dua Pasang Hati
Dua Pasang Hati
A A A
Melainkan malah mendekatkan kursinya pada cowok itu. ”Keenan, aku tanya serius. Kamu punya pacar?” ”Dokter Ratna-” Belum sempat Keenan melanjutkan kata-katanya wanita itu sudah lebih dulu meluncurkan bibirnya dengan lembut pada bibir Keenan.

”Keenan Saputra Bagaskara, aku udah lama jatuh cinta dan pengen milikin kamu... selamanya...” Perempuan itu berbisik lirih di telinga kanan Keenan, ia membelai rambut cowok itu dan menyentuh hidung mancungnya. Melihat perbedaan sikap Ratna yang begitu tiba-tiba ini, melumpuhkan seluruh kemampuan argumen Keenan padanya. Ia seolah mengikuti arahan Ratna dengan baik, tanpa sedikitpun berniat menolaknya.

”Nan, Selasa besok... kita ada acara syukuran untuk renovasi rumah sakit. Kita pergi bareng. Ok?” Keenan terdiam tak membalas. ”Ill take it.. as yes ,” bisik Ratna pada cowok itu, lalu meninggalkan ruangannya. Siang ini, Lara menerima sebuah undangan acara syukuran dari RS Harapan Bangsa.

Itu artinya... Lara mau nggak mau, suka nggak suka, tetep harus pergi. Karena dialah yang terlibat dalam proses renovasi ruangannya. Sebenarnya bukan itu yang mengganggu pikirannya, melainkan Keenan dan Ardio. Apakah dua sekawan itu sekarang baik-baik saja? Akankah mereka datang? Sejujurnya, Lara yakin betul Keenan tidak akan hadir.

Dia tahu betul Keenan tidak begitu menyukai pesta-pesta, dia lebih sering menyendiri di rumah. Tapi... bukankah acara kayak gini akan dihadiri para dokter-dokter yang bekerja di rumah sakit tersebut? Ah, entahlah. Lara sendiri tidak yakin dengan pikirannya, karena dia tahu betul Keenan sulit ditebak.

Kalo dia lagi mood , ya akan datang, tapi kalo nggak, he stays at home. Pemandangan makan siang di kantor kali ini sungguh berbeda, sekaligus mengocok perut Lara. Sejak kehadiran Gavin di kantor ini, semua cewek-cewek jadi mencurahkan perhatiannya pada cowok itu. Bahkan the previousidol , Panji sudah kalah pamor dengannya.

Lihat saja cowok itu sejak tadi memakan makanannya sambil terus menggerutu bareng Dodo dan beberapa rekan lainnya. Sementara Gavin, terlihat sibuk menanggapi pertanyaan-pertanyaan dari para groupies -nya. Lara cuma bisa senyum-senyum aja mendengar pertanyaan unik dari rekan-rekannya.

”Vin, tipe cewek lo kayak apa sih?” Begitu kira-kira intinya jadi pertanyaan modus para cewek-cewek di Magenta. Eh, tapi pemuda itu nggak sungkan memberi tahu seperti apa tipe-nya, lho. ”Yang biasa-biasa aja. Yang penting dia baik hati dan tulus sama gue. Nggak liat gue karena tampang doang.” ”Kalo umur-umur? Pasti demen sama yang sepantaran ya?” tanya salah satu rekannya lagi.

Cowok itu berdeham, dan entah mengapa walau ia sedang menjawab pertanyaan itu serius, lirikan matanya fokus memandang Lara yang sibuk makan. ”Buat gue... umur nggak pernah jadi masalah. Mau lebih tua, lebih muda. Because maturity isnt something that we can judge from ages, right ?” ujar cowok itu yang dihujani seruan Ouuuuw! penuh decak kagum.

Silvia dengan sengaja menyikut lengan Lara. Gadis itu menoleh kaget, mendapati ulah Silvia yang sekarang sedang senyum-senyum menggodanya. ”Mbak, udah lama ngejomblo kan? Dipikirin baik-baik tuh katakatanya si Gavin...” bisiknya pelan. ”Dih, apa sih kamu, Sil? Kalian aja deh, kan seumuran,” usul Lara balas menggoda.

”Mbak, tapi tadi anak-anak pada penasaran kenapa Gavin lama banget di ruangannya Mbak Lara.” Lara tergagap sedikit, ”Oh.. itu, cuma bahas proyek berikutnya aja kok, nggak ada pa-pa.” Silvia memicingkan matanya, ”Yakin...?” ”Iyalah, Sil. Udah ya, saya mau balik ke ruangan.

Ada file yang harus diberesin.” Lara beranjak dari bangkunya, sontak semua cowokcowok mengamati langkah Lara. Belum cukup sampai di situ, tiba-tiba Gavin juga ikut bangkit berdiri mengikuti Lara. Semua rekan Magenta Architecture langsung berbisik-bisik tetangga.

”because maturity isnt something that we can judge from ages? Itu maksudnya...” cibir Panji yang seolah tidak terima kenyataan. ”Kalo, yang biasa-biasa-nya Gavin kayak gitu, gimana yang versi cantik luar biasa-nya dia ya?” gumam Retno sambil menatap iri ke mereka berdua.

”Hmm... kayaknya bakalan ada Magenta in love deh...” Reina menimpali sambil tersenyum manis. ”Cih, kalian kira Lara bakal jatuh cinta sama cowok gatel model si Gavin?” Panji berceloteh.(bersambung)

Oleh: vania m. Bernadette
(bbg)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1025 seconds (0.1#10.140)