Dua Pasang Hati

Senin, 13 Juli 2015 - 10:15 WIB
Dua Pasang Hati
Dua Pasang Hati
A A A
Dan, baru aja Lara mau menikmati indahnya alam mimpi, gadis itu mendengar jeritan nada dering dari handphonenya. SMS? Lara mengernyit. SMS itu dari nomor yang tak dikenalnya, dan bertuliskan: Selamat mimpi indah Cantik. From ur secret admire J Mata Lara terbelalak lebar.

Apaapaan nih? Kenapa jadi ada secret admire segala? Siapa sih malem-malem ngirimin sms horor kayak gini? Batin Lara mendadak nggak tenang. Jangan-jangan... Ardio, lagi? Bisa gawat nih kalo gitu! Lara pun menghapus pesan singkat dari sang secret admire tersebut.

Soal beginian, Lara memang paling takut, karena banyak kan modus-modus penipuan melalui sms? Maka itu, dia harus berhati-hati. Ia segera menarik selimutnya, lalu tidur. Selasa pagi... Lara mendapati one cup of Starbucks Coffee di meja kerjanya, hari itu.

Ia tersenyum kemudian, melihat tulisan yang tertera di cup Starbucks tersebut yang berisi Good luck for you Siapa ya... kira-kira yang begitu niat membelikannya sekotak Starbucks pagi-pagi begini? Belum lagi, Lara mendapati ada vas yang berisi setangkai bunga mawar putih, bunga favoritnya di meja kerjanya. Aww... siapa sih? Kok unyu banget... pikir Lara di benaknya.

Kalo pun OB, nggak mungkin kan? Lagipula di dekat kantor tidak ada yang jual mawar putih seperti ini, apalagi Starbucks. Tok! Suara ketukan pintu terdengar dari ruangannya. ”Gue masuk ya?” Dari suaranya dia sudah kenal betul, Gavin. Si tampan itu, pagi ini mengenakan grey sweater dengan celana panjang hitam. Wajahnya sedikit pucat, meski rambut jabriknya masih berdiri tegak plus kacamata bening menggantung di hidung mancungnya.

Cowok itu duduk di hadapan Lara sambil membawakan hasil rapat dan meeting serta maket baru untuk pembangunan gedung yang akan dikerjakannya. Acap kali cowok itu berdeham dan terbatuk. Lara memerhatikannya, astaga.. biar sakit gini aja mukanya masih ganteng. ”Kalo sakit istirahat aja, Vin.

Jangan paksain masuk,” ucap Lara sambil tersenyum, meski fokus pada berkasberkas yang baru diserahkan Gavin. ”Jangan dong, Ra. Nggak profesional banget, masa baru masuk udah madol duluan,” ujar cowok itu, sambil terbatuk-batuk. Lara menyodorkan segelas air putih yang selalu disiapkan di mejanya.

”Minum aja, masih perawan, belom kena bibir gue,” kata cewek itu santai, yang akhirnya membuat cowok itu tergelak. ”Kok ketawa sih?” ”Nggak apa-apa, lucu aja sama bahasa santai lo itu. Nggak ada malumalunya banget lo sama cowok,” gumamnya.

”Lah, kenapa harus malu? Emangnya gue lagi nggak pake baju? Lagian cuma masalah minum doang.” Lara menyodorkan minumnya lagi, ”Minum aja, Vin. Nggak usah sungkan.” ”Thanks,” balas cowok itu akhirnya menegak air putihnya. ”Nah.. gue udah ada bayangan nih, dekor ruangannya kayak gimana,” cewek itu kembali fokus membahas pekerjaannya.

Lara pun menjelaskan konsep dan tujuannya sesuai dengan keinginan klien dan persetujuan Gavin, selaku arsiteknya. Dua rekannya itu pun menyusul dan memerhatikan arahan Lara dengan sungguh-sungguh. Sebelum mereka kembali ke meja masing-masing, Lara memberikan sebuah obat pencegah flu bagi Gavin. ”Vin, minum nih.

Jangan sampe sakit ya, besok kita udah mulai kerja soalnya.” Cowok itu berlagak hormat, ”Siap deh, Ra.” Ia tersenyum, ”Thanks ya buat obat dan air putihnya.” Sepeninggal Gavin, Lara menyeruput Chesnut Latte milik perusahaan Franchise terbesar di dunia itu, hmmm... nikmatnya! Lara tersenyum senang, bagaimana seseorang yang membeli Starbucks itu, bisa tahu minuman hangat favorit Lara itu? Apalagi sangat sesuai dengan musim hujan seperti ini.

Jadi tambah semangat deh kerjanya. Lara pun iseng menambahkan tulisan di Starbucks cup-nya, Thank you, siapapun lo ;) Dia kemudian tersenyum lagi. Hmm.. Lara baru tersadar, sudah beberapa hari ini pikirannya soal Keenan menghilang sejenak, apalagi sejak ada Gavin , suara hatinya meracuni pikirannya. Pertemuannya dengan Gavin memang begitu mengesankan, ketimbang Keenan.

Apalagi, cowok itu nggak sungkan menunjukkan perhatiannya sedikit demi sedikit pada Lara. Wajah gadis itu merona merah... is that okay if I go out with him? Begitu pikirannya berkata.

Meski baru beberapa hari mengenal Gavin, cowok itu membuat Lara sedikit berbahagia, dengan setiap perlindungan yang diberikannya setiap kali mereka bertemu. (bersambung)

Oleh: vania m. Bernadette
(bbg)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8190 seconds (0.1#10.140)