Dua Pasang Hati
A
A
A
Selanjutnya sang perawat itu berbisik-bisik pada perawat lainnya. ”Dokter Keenan ganteng-ganteng, mau juga sama yang udah secondhand gitu,” bisiknya pelan dengan wajah cemberut.
Tak disangkanya, ucapan si perawat itu menohok emosi Ratna sampai ke ubun-ubun. Wanita itu melepaskan amitan lengannya lalu mendatangi perawat tersebut, sementara Keenan hanya memandang keributan kecil itu datar. Ia sama sekali menghiraukan masalah tersebut dan malah kembali ke ruangannya. ”Kamu ngomong apa barusan?” tatap Ratna galak.
”Ng.. nggak, Dok. Ma-maaf...” Seusai mengomeli perawat itu, barulah Ratna melepaskan cengkramannya dari perawat itu. Si perawat sampai-sampai memegang tangannya yang kesakitan. Wanita cantik itu kini melempar senyum bangga pada setiap orang yang memandanginya. Penantian selama lima tahunnya kini sudah berakhir dengan indah. Keenan.. pria yang dicintainya itu kini berhasil jatuh ditangannya.
Biarpun banyak yang tidak menyetujuinya, namun hati kecil Ratna yakin bahwa Keenan memang tulus padanya. Berita besar ini sudah diketahui oleh salah Ardio, rekan seprofesi keduanya yang juga sahabat baik Keenan. Hanya saja seperti diketahui, hubungan mereka sekarang tidak begitu baik, karena seorang gadis muda yang beberapa waktu lalu merenovasi ruang dokter di rumah sakit ini.
Sesungguhnya dokter bedah jantung itu sedikit terkejut dengan perubahan sikap yang dilakukan oleh Keenan. Sepertinya... hal ini akan menjadi bumerang baru bagi Keenan. Ia menggeleng heran dengan sikap aneh sahabatnya tersebut. Ardio jelas-jelas tahu, seperti apa sikap keras sobatnya itu. Keenan, tidak akan pernah membina hubungan dengan wanita yang sama sekali tidak dicintainya. Tapi kali ini...mengapa pria dingin itu malah menjalaninya? Apa yang terjadi dengannya? Ricuh tepuk tangan para tamu undangan, kolega, dokter dan beberapa perawat memenuhi ruang Aula RS Harapan Bangsa malam hari ini. Tak ada satupun kesedihan yang tersirat yang tampak dari wajah-wajah mereka.
Aula besar yang biasanya sepi dari berbagai aktivitas itu, kini sudah disulap bak mini concert seorang seniman ternama. Lihat saja di pintu masuk ruang aula tersebut, terpampang sebuah papan hitam berlapiskan stereofoarm yang dipenuhi foto-foto para dokter dan perawat yang bekerja di rumah sakit yang berdiri empat tahun lalu itu. Tak hanya itu, semua tamu undangan diminta panitia untuk memakai pakaian formal dan elegant, sesuai tema malam itu.
Terlebih lagi, bagi yangmemakai kostum terbaik akan diberikan penghargaan khusus. Maka itu, tak heran jika malam ini, mereka tampak begitu berbeda dan serasi dengan gaun yang mereka kenakan malam ini. Namun hanya satu nama dengan pesona yang mematikan seluruh pria berpasangan di ruangan ini, Keenan Saputra Bagaskara. Mendengar nama itu saja, seluruh pria serentak merapatkan pelukan mereka pada pasangan masing-masing. Bagaimana tidak?
Pria bertubuh tinggi tegap itu berhasil menyihir setiap mata perempuan dengan penampilannya. Siapa sih yang tidak tergugah oleh cowok itu? Lihat saja betapa mahal dan indahnya jas hitam berbalut kemeja putih serta dasi hitam, rancangan Anne Gunawan, salah satu perancang busana pria terbaik se-Indonesia, sekaligus teman Keenan semasa SMA.
Nggak hanya itu saja, wajah tampan dokter kandungan berusia tiga puluh tahun itu, nampak begitu maskulin dengan tumbuhnya sedikit janggut dan kumis tipis yang menaungi rahang dan dagu tegas miliknya. Sorot mata tajamnya kini menyapu seluruh ruangan besar itu, wajahnya dipasang dingin, meski rekan-rekannya menyapanya dengan senyuman. Walaupun begitu, tetap saja semua wanita benar-benar tersihir oleh penampilannya malam itu.
Mereka sudah yakin betul, jika Keenan-lah yang layak memenangkan penghargaan tersebut. ”Dokter...” sapa beberapa perawat dan kolega RS Harapan Bangsa seraya mengumbar senyum terbaik mereka pada cowok itu. Tau, apa respon cowok itu kemudian? Dia hanya menatap setiap wajah mereka sekilas, lalu pergi begitu saja. Alih-alih kesal pada cowok itu, mereka malah dibuat terbuai dengan tatapan dingin yang melelehkan seluruh hati para gadis malam itu.
Keenan berjalan menyusuri ruang aula, lalu berbaur dengan kolegakolega yang mengenal baik dirinya. Seperti biasa, cowok itu langsung mengambil wine yang telah disediakan oleh para pelayan dan mengobrol dengan mereka. Sepanjang mengobrol, sepertinya pria itu tak begitu konsentrasi dengan pokok pembicaraan, seolah ada kecemasan yang menyeruak dari hatinya. (bersambung)
Oleh:
Vania M. Bernadette
Tak disangkanya, ucapan si perawat itu menohok emosi Ratna sampai ke ubun-ubun. Wanita itu melepaskan amitan lengannya lalu mendatangi perawat tersebut, sementara Keenan hanya memandang keributan kecil itu datar. Ia sama sekali menghiraukan masalah tersebut dan malah kembali ke ruangannya. ”Kamu ngomong apa barusan?” tatap Ratna galak.
”Ng.. nggak, Dok. Ma-maaf...” Seusai mengomeli perawat itu, barulah Ratna melepaskan cengkramannya dari perawat itu. Si perawat sampai-sampai memegang tangannya yang kesakitan. Wanita cantik itu kini melempar senyum bangga pada setiap orang yang memandanginya. Penantian selama lima tahunnya kini sudah berakhir dengan indah. Keenan.. pria yang dicintainya itu kini berhasil jatuh ditangannya.
Biarpun banyak yang tidak menyetujuinya, namun hati kecil Ratna yakin bahwa Keenan memang tulus padanya. Berita besar ini sudah diketahui oleh salah Ardio, rekan seprofesi keduanya yang juga sahabat baik Keenan. Hanya saja seperti diketahui, hubungan mereka sekarang tidak begitu baik, karena seorang gadis muda yang beberapa waktu lalu merenovasi ruang dokter di rumah sakit ini.
Sesungguhnya dokter bedah jantung itu sedikit terkejut dengan perubahan sikap yang dilakukan oleh Keenan. Sepertinya... hal ini akan menjadi bumerang baru bagi Keenan. Ia menggeleng heran dengan sikap aneh sahabatnya tersebut. Ardio jelas-jelas tahu, seperti apa sikap keras sobatnya itu. Keenan, tidak akan pernah membina hubungan dengan wanita yang sama sekali tidak dicintainya. Tapi kali ini...mengapa pria dingin itu malah menjalaninya? Apa yang terjadi dengannya? Ricuh tepuk tangan para tamu undangan, kolega, dokter dan beberapa perawat memenuhi ruang Aula RS Harapan Bangsa malam hari ini. Tak ada satupun kesedihan yang tersirat yang tampak dari wajah-wajah mereka.
Aula besar yang biasanya sepi dari berbagai aktivitas itu, kini sudah disulap bak mini concert seorang seniman ternama. Lihat saja di pintu masuk ruang aula tersebut, terpampang sebuah papan hitam berlapiskan stereofoarm yang dipenuhi foto-foto para dokter dan perawat yang bekerja di rumah sakit yang berdiri empat tahun lalu itu. Tak hanya itu, semua tamu undangan diminta panitia untuk memakai pakaian formal dan elegant, sesuai tema malam itu.
Terlebih lagi, bagi yangmemakai kostum terbaik akan diberikan penghargaan khusus. Maka itu, tak heran jika malam ini, mereka tampak begitu berbeda dan serasi dengan gaun yang mereka kenakan malam ini. Namun hanya satu nama dengan pesona yang mematikan seluruh pria berpasangan di ruangan ini, Keenan Saputra Bagaskara. Mendengar nama itu saja, seluruh pria serentak merapatkan pelukan mereka pada pasangan masing-masing. Bagaimana tidak?
Pria bertubuh tinggi tegap itu berhasil menyihir setiap mata perempuan dengan penampilannya. Siapa sih yang tidak tergugah oleh cowok itu? Lihat saja betapa mahal dan indahnya jas hitam berbalut kemeja putih serta dasi hitam, rancangan Anne Gunawan, salah satu perancang busana pria terbaik se-Indonesia, sekaligus teman Keenan semasa SMA.
Nggak hanya itu saja, wajah tampan dokter kandungan berusia tiga puluh tahun itu, nampak begitu maskulin dengan tumbuhnya sedikit janggut dan kumis tipis yang menaungi rahang dan dagu tegas miliknya. Sorot mata tajamnya kini menyapu seluruh ruangan besar itu, wajahnya dipasang dingin, meski rekan-rekannya menyapanya dengan senyuman. Walaupun begitu, tetap saja semua wanita benar-benar tersihir oleh penampilannya malam itu.
Mereka sudah yakin betul, jika Keenan-lah yang layak memenangkan penghargaan tersebut. ”Dokter...” sapa beberapa perawat dan kolega RS Harapan Bangsa seraya mengumbar senyum terbaik mereka pada cowok itu. Tau, apa respon cowok itu kemudian? Dia hanya menatap setiap wajah mereka sekilas, lalu pergi begitu saja. Alih-alih kesal pada cowok itu, mereka malah dibuat terbuai dengan tatapan dingin yang melelehkan seluruh hati para gadis malam itu.
Keenan berjalan menyusuri ruang aula, lalu berbaur dengan kolegakolega yang mengenal baik dirinya. Seperti biasa, cowok itu langsung mengambil wine yang telah disediakan oleh para pelayan dan mengobrol dengan mereka. Sepanjang mengobrol, sepertinya pria itu tak begitu konsentrasi dengan pokok pembicaraan, seolah ada kecemasan yang menyeruak dari hatinya. (bersambung)
Oleh:
Vania M. Bernadette
(ars)