Dua Pasang Hati

Selasa, 21 Juli 2015 - 08:47 WIB
Dua Pasang Hati
Dua Pasang Hati
A A A
Pantas saja, mata cowok itu terus melirik pintu masuk aula, seolah-olah menanti seseorang. ”Dok, cari Mbak Ratna ya?” tanya Dokter Fabian.

Keenan tak menanggapinya dan hanya berdeham. Dokter Fabian menepuk pundak Keenan, ”Selamat ya, Dok. Akhirnya jadi juga sama Mbak Ratna. Kalian berdua... pasangan yang paling serasi.” Dokter itu tersenyum kemudian. ”Pasien yang dokter tangani kemarin gimana? Baik-baik aja?” Keenan sengaja mengalihkan pembicaraannya.

Tentu saja sikap dingin Keenan itu menjadi kesempatan para kolega untuk semakin meledeknya. ”Ey...Dok, jangan lupa undangannya mampir ke ruangan saya, ya?” timpal Dokter Anita, disertai senyum-senyum menggoda. Sejurus kemudian, yang jadi bahan pembicaraan para dokter itu pun menampakkan batang hidungnya.

Wanita berparas ayu itu, tampak begitu serasi dengan Keenan. Ia sama-sama mengenakan tube dress hitam panjang dengan payet berkilauan, dengan Salvatore Ferragamo heels berwarna hitam pekat mengkilat. Selain itu, riasan smokey-eyes pada wajah perempuan Jawa itu benar-benar meningkatkan kadar keseksian yang ada padanya.

Wanita itu dengan percaya diri berjalan menyapa para dokter dan kolega, tetapi tetap matanya tertuju pada dokter kandungan tampan itu. Tepat ketika Lara menginjakan kakinya di atas red carpet yang melintang panjang di pelataran pintu masuk, ia dikejutkan oleh pemandangan yang sukses membuat hatinya tersiksa. Dengan mata telanjang, ia melihat ciuman lembut mampir di pipi kanan pria berjanggut tipis di hadapannya.

So, this is the answer . Pemandangan yang sukses membuat pikirannya kembali mengingat ingatan pahit, sembilan tahun lalu. Bak sebuah takdir yang tak pernah berganti, selalu dan selalu Lara harus menyaksikan Keenan mengungkapkan maksud terselubungnya lewat cara seperti ini. Lara tampak seperti orang yang tersesat di jalan, tak sedikitpun kakinya ingin melanjutkan langkahnya masuk ke aula besar tersebut.

Hatinya menangis, namun matanya enggan mengeluarkan setitik air mata. Sementara dua rekannya termangu melihat Lara yang membeku setelah melihat pria familiar itu dicium oleh pasangannya. ”Ini Mbak Silvia, kenapa saya bilang... Mbak Lara harus ajak Gavin. Kayak begini ini, yang buat saya ndak tega sama Mbak Lara,” bisik Dodo pelan ditelinga Silvia.

Gadis berkulit putih itu cuma menghela nafas saja dan melirik sedih ke Dodo. ”Mbak, yuk masuk,” ajak Silvia sambil mengamit lengan Lara. Meskipun ia ragu, mau nggak mau dia tetap harus bersikap profesional. Ia harus memaksakan dua kakinya ini melangkah masuk ke ruang aula. Seperti tak melihat bumerang yang baru menimpanya, Lara tampak begitu tegar masuk ke aula itu.

Saat gadis cantik ini masuk, semua hadirin tertuju padanya, selanjutnya mereka berbisik-bisik, seperti membicarakan hal buruk tentang dirinya. Namun Lara tak peduli soal itu, dia tetap memantapkan hatinya untuk menghadiri acara tersebut. Keenan pun menghentikan obrolannya dengan beberapa relasi dekatnya, termasuk Ratna yang baru saja mengejutkannya-ciuman yang baru saja dihadiahkan oleh wanita itu.

Semua relasi dan para dokter memandang iri dan turut senang atas hubungan Keenan-Ratna yang baru saja resmi tadi pagi. Mereka semua mengucapkan selamat atas hubungan keduanya, dan menanti apakah akan berujung di pelaminan. Pria bertubuh tinggi itu menyadari jika Lara sudah tiba di acara ini. Dilihatnya wajah gadis itu yang terpasang tanpa senyum, dan matanya yang terlihat sayu karena kurang tidur.

Kakinya seolah memaksa Keenan untuk menghampiri gadis itu, namun pikirannya kembali mengingatkan pertemuan terakhirnya dengan gadis itu beberapa waktu lalu. Gadis itu seolah menjaga jarak darinya, bahkan mengusir dirinya jauh-jauh dari hadapannya. Tangan Keenan pun terpasung oleh amitan lengan Ratna yang memasang gesture his mine di depan semua orang.

Namun hati kecil Keenan kini berpikir keras tentang perasaan yang bergejolak di benak Lara. Dia ngeliat gue dicium? Begitulah pikiran yang merongrong dalam hatinya. Kenapa dia begitu takut jika gadis itu akan sedih jika dia tahu Ratna menciumnya barusan?

Tapi anehnya, wajah Lara tampak begitu dingin ketika gadis itu lewat di hadapannya. Jangankan balas meliriknya, menoleh saja Lara enggan sama sekali. Dan hati Keenan kini merasa sedikit pilu, saat tahu Lara balas bersikap dingin padanya. (bersambung)

Vania M. Bernadette
(ftr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0717 seconds (0.1#10.140)