Dua Pasang Hati

Rabu, 29 Juli 2015 - 08:38 WIB
Dua Pasang Hati
Dua Pasang Hati
A A A
Selanjutnya Keenan tertawa melihat wajah cemberut Lara, baginya.. cukup menggemaskan melihat wajah cemberut Lara pagi-pagi. “Eyalaaaah, Mas yang kemaren. Kita ketemu lagi, Mas..”

Seorang ibu yang malam itu mengomentari Keenan datang lagi. Lara memandang sebal pada ibu-ibu itu. “Mesranya… Seandainya suami saya seperti Mas-nya,” Ibu itu memandang Keenan mupeng. Eh, selanjutnya si ibu ini pindah tempat duduk ke sebelah Lara, lalu berucap, “Mbak, resepnya apa sih punya pacar kayak punya Mbak? Duh, saya jadi kepingin nikah lagi.”

Lara bengong, nggak tahu mau jawab apa. Dia malah senyum-senyum nggak enak hati pada ibu itu. “Hhh… Bu, sebenernya.. waktu itu kami…” Keenan tiba-tiba saja menarik tubuh Lara ke dekapannya, “Bu, maaf. Kami mau sarapan dulu. Mau cepet-cepet berangkat.” Akhirnya si ibu itu hanya mengatupkan mulutnya tanpa bicara lagi, selanjutnya Keenan dan Lara baru bisa makan dengan tenang.

Pemandangan itu sukses pula menyihir seluruh wanita-wanita kantoran yang berbisik-bisik melirik Keenan yang malah acuh makan nasi goreng sudah piring ketiga. Bukan karena banyaknya makan, tapi karena ketampanan Keenan yang pagi itu jadi buah bibir para wanita kantoran itu. Mereka berbondong-bondong duduk mengelilingi meja Keenan dan Lara, dan memandangi Keenan yang sedang asyiknya makan.

Sementara Lara, yailah. Boro-boro dilirik sama cowok-cowok, yang ada malah masmas yang menghujaninya dengan segelas penuh teh hangat. Sesudah menghabiskan piring ke empat, dan Lara hanya kenyang minum air plus gondok lihat kelakuan gatel cewek-cewek yang sejak tadi melirik pada Keenan, keduanya bangkit berdiri, hendak beranjak pergi dari warung nasi tersebut.

Keenan tetap menggandeng tangan Lara, namun kali ini… bukan dari tangan ketemu tangan, tetapi berganti dengan jemari yang terselip di jemari besar cowok itu. Hangat… Lara merasakan pipinya merona merah. Tentu saja pemandangan itu sukses mematahkan hati semua wanita kantorankantoran yang berharap Keenan masih single. “Nan..”

“Apa?” Cowok itu dengan cueknya masih menggenggam tangan Lara. “Nggak usah kayak gini juga, kali..” “Pengen ngerasain rasanya gandeng tangan bayi gimana.” Lara menghempaskan genggaman tangannya. “Sialan lo.” Ia menatap sebal Keenan, eh tuh cowok malah tersenyum. Alih-alih sebal, Lara malah mencubit pelan lengan Keenan.

“Nyebelin lo, Tua!” &&&& Lima Belas Dua pekan kemudian… Rutinitas yang dijalani Lara sebagai head-interior design di Magenta Architecture, memaksanya untuk tidak selalu berada di kantor. Seperti kali ini, ia dengan timnya; Dodo, Gavin, dan Silvia sedang meninjau lokasi baru untuk proyek mereka di daerah Menteng, Jakarta Pusat.

Namun sebelum memulai semua itu, Lara harus berada di kantor terlebih dahulu untuk mengadakan rapat singkat bersama timnya. Dan sudah dua minggu jugalah, Lara belum menemukan siapa pengagum rahasianya selama ini. Tiap pagi Lara selalu mendapati secangkir starbucks (dan semuanya favorit Lara) plus, bunga-bunga mawar putih yang sekarang mempercantik meja kantornya.

Masalah ini, Lara belum sempat bercerita pada Echa, sahabatnya. Dan, oh ya… meskipun sekarang hubungan Lara dan Echa sudah mulai membaik, tapi tetap saja Ardio masih berusaha mendekatinya. Karena, sms-sms yang ditujukan padanya itu juga masih diterimanya. Masalah ini juga sudah disampaikannya pada Echa, tapi tetap saja gadis itu tak percaya.

Mulut Lara sampai pegal menasehati Echa, meski sobatnya itu tetap bersikeras bahwa bukan Ardio-lah pelakunya. Lara sudah kehabisan akal bagaimana cara membuat sobatnya ini percaya padanya. Ia pasrah dan cuma menasihati Echa satu kali. “Sampe suatu hari Ardio berani nyakitin lo, Cha, gue nggak akan segensegen buat nonjok dia!

Sampe dia berani nunjukkin mukanya depan gue, godain gue lagi… gue ancurin mukanya sampe jelek!” “Eh yah.. jangan gitu dong, Ra. Lo sadis amat sih jadi cewek… dia kan laki yang gue cinta. Lo jangan kasar-kasar gitu dong,” rengek Echa sedih. Tapi Lara nggak peduli dan berpegang teguh pada prinsipnya.

Waktu itu, siang-siang Echa juga sempat bertanya bagaimana hubungannya dengan Keenan belakangan ini. Lihat saja, rona merah yang ditimbulkan Lara.. Echa jadi gemas sendiri melihatnya. “Gue nggak tahu deh, Cha. Masih bingung sama sikap dia yang, ‘mau nggak mau’ sama gue. Kadang iya dia baek, kadang nyebelin. Mulutnya itu lho, kalo ngomongin soal gue… rasanya gue pengen pites!” (bersambung)

OLEH: VANIA M. BERNADETTE
(bbg)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7436 seconds (0.1#10.140)