Dua Pasang Hati

Sabtu, 01 Agustus 2015 - 09:45 WIB
Dua Pasang Hati
Dua Pasang Hati
A A A
Sesampainya di rumah Lara, Gavin malah jadi bertamu ke rumah cewek itu. Kebetulan dia haus banget, sekalian numpang minum sama si nona rumah.

Cowok itu dengan pembawaannya yang tenang, mengamati foto-foto Lara yang terpajang di lemari dan meja kecil sebagai pemanis rumahnya. Berkalikali cowok itu tersenyum manis saat menemukan foto kecil saat Lara masih imut-imut. Mukanya gemesin banget, pipinya gembul kayak bakpao, dan badannya masih sedikit gendut.

Sampai ia menyadari ada sebuah laci kecil yang tanpa sengaja terbuka, sepertinya Lara kelupaan menutup lacinya tersebut. Ia pun berniat menutup laci Lara yang terbuka. Namun, ada sesuatu yang menarik dari isi laci tersebut. Gavin menemukan sebuah jam tangan yang terasa familiar baginya. Ia menatap jam tangan itu dengan pandangan bingung.

Kok Lara bisa nyimpen jam tangan itu?Punya siapa?Batin cowok itu meronta ingin tahu. Alih-alih bertanya pada gadis itu, Gavin lekas menutup laci kecil tersebut dengan bingung. “Nih, air putihnya.” Lara sudah tiba rupanya, ia menyodorkan segelas air putih bagi cowok itu.

Gavin meneguknya langsung, mengakses Lara melihat jakun cowok itu yang refleks naik-turun, sesuai dengan irama jantungnya sekarang. “Thank you ya, seger banget. Haus banget gue dari tadi,” ucap Gavin, mengurai senyum. “Sama-sama, Vin.” “Ra, soal perasaan gue ke lo itu… Gue nggak main-main.

Gue bukan cuma suka, tapi sayang.” Cowok itu berkata lagi, tatapannya begitu hangat dan tulus. Tangannya menyentuh tangan Lara lembut. “…” Lara tersenyum tak pasti. “Kalo nggak keberatan, besok malem… makan di rumah gue, mau ya? Gue mau ngenalin lo sama seseorang,” pinta Gavin.

Lara terperanjat, seseorang? “Ortu lo, ya? Nggak mau, ah. Takut gue,” Lara langsung menolak. Gavin tersenyum lalu mencubit pelan hidung Lara, “Bukan. Ada deh, besok pulang kantor kita pulang bareng lagi ya?” Lara mengangguk segera. Setelahnya, cowok itu pamit pulang dari rumahnya.

Setelah mobil Gavin sudah menjauh dari pandangannya, Lara kembali ke rumahnya dan terduduk di ruang tamunya. Astaga… Tak pernah terpikirkan Lara, kalo Gavin benarbenar suka padanya. Selama ini, Lara benerbener percaya kalo hubungannya dengan cowok itu nggak berarti apa-apa. Kalo kayak gini, dia harus jawab apa besok? Terima…?

Tapi Lara sendiri sejujurnya, hanya menganggap laki-laki muda itu sebatas teman kerja saja, meski harus diakui tipe Lara secara sifat itu… kurang lebih seperti Gavin. Namun, hati kecilnya tak tergugah sama sekali. Dan bodohnya, Lara malah menyetujui pertemuan dengan ‘seseorang’ yang dijanjikan Gavin padanya. Entahlah, sekarang pikiran Lara melayang-layang ke mana-mana.

Dia sama sekali kehilangan akal untuk merespon perasaan Gavin padanya. Dan, kalau dalam keadaan seperti ini, Lara biasa memakainya untuk beristirahat. Menyimpan pikirannya esok hari, agar bisa berpikir lebih cerah. &&&& Definisi tolol bagi seorang Lara adalah,

ketika ingin mengirimkan picture yang berbau-bau vulgar pada temen perempuan lo, even though cuma gambar kaos Hello Kitty yang diubah menjadi tulisan ‘Hello Titty’ tepat di bagian dada, dan gambar itu terkirim dan terbaca oleh your crush. Pagi itu, disaat Lara belum mengumpulkan jiwanya sama sekali, otak Lara iseng mencari gambar tokoh kartun karangan Sanrio, Hello Kitty–kesukaannya.

Dan ia menemukan gambar kaus merah bertuliskan Hello Titty itu, yang sebenernya mau dikirimin ke Echa. Eh… karena matanya yang setengah terpejam, tanpa sadar gambar kaus ‘Hello Titty’ itu malah dikirim ke Keenan Saputra Bagaskara. Bisa dibayangkan betapa tertegunnya Lara saat menyadari bahwa ia salah kirim, dan dibalas pula oleh Keenan.

Soalnya, nggak perlu nunggu beberapa jam, Lara sudah mendapat tanggapan dari cowok itu. Tau, apa komentarnya, sampaisampai Lara bengong lima menit hanya karena jawaban super datar dari Keenan? Keenan Saputra: •Nggak tertarik. Apalagi kalo lo yang make. Buat seorang wanita, kalimat Keenan ini bisa dikatakan sebagai penghinaan terbesar.

Lara memang sadar, punyanya nggak sebesar dan semontok gadis-gadis lainnya. Tapi, haruskah Keenan dengan cueknya berkata seperti itu padanya? Kali ini, Lara benar-benar ingin menampar wajah Keenan sampai ia mengaduhaduh, tapi… ia kehabisan tenaga untuk melakukannya. Entah mengapa, yang dikatakan Keenan ini justru membuatnya tertawa sekaligus gondok sama kelakuan cueknya. (bersambung)

OLEH: VANIA M. BERNADETTE
(bbg)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7741 seconds (0.1#10.140)