Eksotisme Spa Tradisional
A
A
A
SPA tradisional Indonesia menjadi salah satu perawatan kecantikan yang favorit. Kelebihan spa tradisional Indonesia dibandingkan spa lain adalah eksotisme budaya yang terdapat dalam ritual perawatannya.
Menurut Patricia M Priyatna, Project Director Beauty Professional Indonesia (BPI) 2015, bisnis kecantikan profesional tidak hanya bisa berkembang dalam lingkungan kesehatan, juga ke ranah pariwisata dan ekonomi kreatif. Industri kecantikan Indonesia sedang mempersiapkan diri memasuki pengembangan etno wellness.
“Etno wellness merupakan platform pengobatan, spa tradisional, dan ramuan tradisional Indonesia dengan rempah-rempah,” ujar Patricia di Jakarta Convention Center (JCC), Kamis (30/7). Sementara itu, menurut Dirjen Pemasaran Pariwisata Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Esty Reko Astuti, produk spa tradisional Indonesia sangat kaya dan terkenal karena merupakan tradisi dan warisan budaya.
“Mulai dari lahir hingga bahkan meninggal, sebenarnya orang Indonesia melakukan treatment tradisional seperti perawatan tubuh dan mengonsumsi jamu,” ujar Esty. Esty menyebutkan setiap daerah di Indonesia memiliki teknik dan kekhasan sendiri dalam hal spa dan perawatan tubuh serta kecantikan.
“Dalam spa, basisnya adalah budaya kita. Ini yang tidak dimiliki negara lain. Kita punya sembilan etno wellness. Semua punya kekhasan di masingmasing daerah. Ini merupakan suatu karakter yang tidak dimiliki spa di mancanegara. Itu yang menjadi daya tarik,” kata Esty.
Kesembilan etno wellness Indonesia tersebut, di antaranya Tangas Betawi, Batangeh Minang (Sumatera Barat), Oukup Batak (Sumatera Utara), Lulur Jawa, Boreh Bali, So’oso Madura, Batimung Banjar (Kalimantan Selatan), Bakera Minahasa (Sulawesi Utara), dan Bedda Lottong Bugis (Sulawesi Selatan).
Salah satu dari sembilan etno wellness Indonesia yang memiliki karakteristik dan ciri khas adalah Tangas Betawi, sebuah tradisi perawatan kecantikan tradisional yang meliputi ritual pijat, ritual lulur, dan ritual tangas atau diuap. Rangkaian perawatan kecantikan ini termasuk ritual untuk ibu hamil, ritual ibu setelah melahirkan, ritual sebelum menikah, teknik pemijatan, pemilihan dan pengolahan bahan-bahan tradisional yang dipakai dalam memijat.
Di Indonedia, etno wellness sebenarnya digagas oleh Lourda Hutagalung, penggiat perawatan kecantikan tradisional yang juga pemilik Gaya Spa. “Dengan mengusung cita-cita menjadikan Jakarta sebagai ibu kota etno wellnessIndonesia, diharapkan semangat ini meningkatkan pelestarian bagi tradisi budaya bangsa sebagai health tourism ala Jakarta,” tutur Lourda.
Lourda mengatakan, pijat khas Betawi ini sangat kental unsur budayanya. Hal itu terlihat dari penggunaan bahan, salah satunya berupa bir pletok. Bahan-bahan ritual ini menggunakan daun dan rempah khas Betawi, seperti daun beluntas, kulit kayu secang, dan lain-lain. “Ritual biasanya ditutup dengan minuman bir pletok yang terbuat dari jahe, kulit kayu secang, dan gula, untuk menghangatkan tubuh,” kata Lourda.
Sebagai bagian mendukung gerakan etno wellness, BPI 2015 mengadakan kompetisi bagi para terapis kecantikan melalui Tangas, the Betawi Spa Competition yang akan didahului dengan pelatihan Spa Indonesia dan Tangas Betawi. Peserta rangkaian seminar, pelatihan dan kompetisi ini akan mendapatkan sertifikat keikutsertaan yang diharapkan berguna untuk kemajuan profesi mereka.
“Para terapis nanti di-training untuk melakukan Tangas Betawi, kemudian mereka akan dikompetisikan. Mereka akan memperoleh sertifikasi pelatihan yang dapat mereka jadikan referensi dalam mempraktikkan keterampilan mereka,” tutur Patricia. Esty berharap, selain berupa pameran dan kompetisi, kegiatan ini diharapkan dapat melestarikan dan mengembangkan spa.
Dwi nur ratnaningsih
Menurut Patricia M Priyatna, Project Director Beauty Professional Indonesia (BPI) 2015, bisnis kecantikan profesional tidak hanya bisa berkembang dalam lingkungan kesehatan, juga ke ranah pariwisata dan ekonomi kreatif. Industri kecantikan Indonesia sedang mempersiapkan diri memasuki pengembangan etno wellness.
“Etno wellness merupakan platform pengobatan, spa tradisional, dan ramuan tradisional Indonesia dengan rempah-rempah,” ujar Patricia di Jakarta Convention Center (JCC), Kamis (30/7). Sementara itu, menurut Dirjen Pemasaran Pariwisata Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Esty Reko Astuti, produk spa tradisional Indonesia sangat kaya dan terkenal karena merupakan tradisi dan warisan budaya.
“Mulai dari lahir hingga bahkan meninggal, sebenarnya orang Indonesia melakukan treatment tradisional seperti perawatan tubuh dan mengonsumsi jamu,” ujar Esty. Esty menyebutkan setiap daerah di Indonesia memiliki teknik dan kekhasan sendiri dalam hal spa dan perawatan tubuh serta kecantikan.
“Dalam spa, basisnya adalah budaya kita. Ini yang tidak dimiliki negara lain. Kita punya sembilan etno wellness. Semua punya kekhasan di masingmasing daerah. Ini merupakan suatu karakter yang tidak dimiliki spa di mancanegara. Itu yang menjadi daya tarik,” kata Esty.
Kesembilan etno wellness Indonesia tersebut, di antaranya Tangas Betawi, Batangeh Minang (Sumatera Barat), Oukup Batak (Sumatera Utara), Lulur Jawa, Boreh Bali, So’oso Madura, Batimung Banjar (Kalimantan Selatan), Bakera Minahasa (Sulawesi Utara), dan Bedda Lottong Bugis (Sulawesi Selatan).
Salah satu dari sembilan etno wellness Indonesia yang memiliki karakteristik dan ciri khas adalah Tangas Betawi, sebuah tradisi perawatan kecantikan tradisional yang meliputi ritual pijat, ritual lulur, dan ritual tangas atau diuap. Rangkaian perawatan kecantikan ini termasuk ritual untuk ibu hamil, ritual ibu setelah melahirkan, ritual sebelum menikah, teknik pemijatan, pemilihan dan pengolahan bahan-bahan tradisional yang dipakai dalam memijat.
Di Indonedia, etno wellness sebenarnya digagas oleh Lourda Hutagalung, penggiat perawatan kecantikan tradisional yang juga pemilik Gaya Spa. “Dengan mengusung cita-cita menjadikan Jakarta sebagai ibu kota etno wellnessIndonesia, diharapkan semangat ini meningkatkan pelestarian bagi tradisi budaya bangsa sebagai health tourism ala Jakarta,” tutur Lourda.
Lourda mengatakan, pijat khas Betawi ini sangat kental unsur budayanya. Hal itu terlihat dari penggunaan bahan, salah satunya berupa bir pletok. Bahan-bahan ritual ini menggunakan daun dan rempah khas Betawi, seperti daun beluntas, kulit kayu secang, dan lain-lain. “Ritual biasanya ditutup dengan minuman bir pletok yang terbuat dari jahe, kulit kayu secang, dan gula, untuk menghangatkan tubuh,” kata Lourda.
Sebagai bagian mendukung gerakan etno wellness, BPI 2015 mengadakan kompetisi bagi para terapis kecantikan melalui Tangas, the Betawi Spa Competition yang akan didahului dengan pelatihan Spa Indonesia dan Tangas Betawi. Peserta rangkaian seminar, pelatihan dan kompetisi ini akan mendapatkan sertifikat keikutsertaan yang diharapkan berguna untuk kemajuan profesi mereka.
“Para terapis nanti di-training untuk melakukan Tangas Betawi, kemudian mereka akan dikompetisikan. Mereka akan memperoleh sertifikasi pelatihan yang dapat mereka jadikan referensi dalam mempraktikkan keterampilan mereka,” tutur Patricia. Esty berharap, selain berupa pameran dan kompetisi, kegiatan ini diharapkan dapat melestarikan dan mengembangkan spa.
Dwi nur ratnaningsih
(bbg)