Buku Fenomenologi Wanita Ber-high Heels
A
A
A
BERAWAL dari rasa penasaran pada isi pikiran para wanita mengenai kecintaan terhadap high heels , Ika Noorharini melakukan riset dan mengemasnya menjadi buku yang ringan dengan judul Fenomenologi Wanita Ber-high Heels .
Dengan bahasa yang populer, dia memadukan antara teori-teori komunikasi, sejarah sepatu hak tinggi, beserta pengalaman para perempuan dengan alas kaki kesayangannya tersebut. “Saya tertarik untuk sharing melalui buku agar semakin banyak orang yang mengetahui lebih dalam lagi mengenai fenomena ini, serta memaparkan alasan mengapa high heels menjadi barang wajib bagi para perempuan,” tuturnya saat peluncuran bukunya di Kinokuniya, Plaza Senayan, beberapa waktu lalu.
Menurut dia, ada motif, makna, status diri, dan perilaku yang bisa tergambarkan melalui jenis high heels favorit perempuan. Misalnya saja, Ika menyebutkan bahwa sepatu yang memiliki banyak manik merefleksikan seorang perempuan yang menyukai hal detail dan aksesori sebagai tambahan untuk mempermanis penampilannya. Sepatu hak tinggi yang memiliki corak juga dianggap bahwa semangat tertinggi dari pemakainya, yaitu berasal dari keluarga, khususnya bagi hal-hal yang ingin diraih pada kemudian hari.
Dia juga menyingkap berbagai hal unik dalam buku tersebut, salah satu contohnya bahwa pada dasarnya, jenis sepatu ini pertama kali datang dari kaum pria. Ada pula beberapa fakta hasil risetnya dengan 15 informan perempuan yang memiliki beragam latar belakang berbeda. “Terdapat sikap yang mampu ditunjukkan saat perempuan mengenakan hak tinggi, rasa percaya diri, lebih berani, dan merasa ada power untuk menghadapi situasi,” kata Ika.
Tak sekadar informasi, dalam penelitian kualitatifnya, perempuan yang kini telah menetap di Kota London tersebut juga menyampaikan pesan demi pesannya melalui warnawarni grafis di buku yang sudah tersedia di toko buku sejak 9 September lalu.
Rabia edra
Dengan bahasa yang populer, dia memadukan antara teori-teori komunikasi, sejarah sepatu hak tinggi, beserta pengalaman para perempuan dengan alas kaki kesayangannya tersebut. “Saya tertarik untuk sharing melalui buku agar semakin banyak orang yang mengetahui lebih dalam lagi mengenai fenomena ini, serta memaparkan alasan mengapa high heels menjadi barang wajib bagi para perempuan,” tuturnya saat peluncuran bukunya di Kinokuniya, Plaza Senayan, beberapa waktu lalu.
Menurut dia, ada motif, makna, status diri, dan perilaku yang bisa tergambarkan melalui jenis high heels favorit perempuan. Misalnya saja, Ika menyebutkan bahwa sepatu yang memiliki banyak manik merefleksikan seorang perempuan yang menyukai hal detail dan aksesori sebagai tambahan untuk mempermanis penampilannya. Sepatu hak tinggi yang memiliki corak juga dianggap bahwa semangat tertinggi dari pemakainya, yaitu berasal dari keluarga, khususnya bagi hal-hal yang ingin diraih pada kemudian hari.
Dia juga menyingkap berbagai hal unik dalam buku tersebut, salah satu contohnya bahwa pada dasarnya, jenis sepatu ini pertama kali datang dari kaum pria. Ada pula beberapa fakta hasil risetnya dengan 15 informan perempuan yang memiliki beragam latar belakang berbeda. “Terdapat sikap yang mampu ditunjukkan saat perempuan mengenakan hak tinggi, rasa percaya diri, lebih berani, dan merasa ada power untuk menghadapi situasi,” kata Ika.
Tak sekadar informasi, dalam penelitian kualitatifnya, perempuan yang kini telah menetap di Kota London tersebut juga menyampaikan pesan demi pesannya melalui warnawarni grafis di buku yang sudah tersedia di toko buku sejak 9 September lalu.
Rabia edra
(ars)