Perhatian, Sianida ada di Sejumlah Makanan Konsumsi Sehari-hari
A
A
A
JAKARTA - Sianida dikenal sebagai zat beracun yang mematikan. Zat yang telah digunakan sejak ribuan tahun lalu ini dikabarkan terdapat pada beberapa jenis makanan, singkong salah satunya.
Regional Coordinator di WHO South East Asia Regional Office, Prof dr Tjandra Yoga Aditama SpP(K), DTM&H, MARS, DTCE menjelaskan, di alam, singkong menghasilkan sianida dalam bentuk senyawa glikosida sianogenik atau linimarin.
"Senyawa ini tidak beracun. Tapi proses enzim dalam tubuh bisa membuat menjadi hidrogen sianida. Hidrogen sianida sendiri merupakan bentuk racun sianida yang paling beracun," papar Tjandra.
Meski demikian, tidak semua singkong mengandung sianida dengan jumlah yang besar. Menurut Tjandra, singkong yang biasa dikonsumsi umumnya menghasilkan sianida dalam jumlah kecil.
Oleh karena itu, pastikan Anda mengolah singkong dengan tepat. "Tapi sianida yang masuk ke dalam tubuh masih dalam jumlah yang kecil, sianida akan diubah menjadi tiosianat yang lebih aman dan diekskresikan dari tubuh," jelasnya.
Umumnya, singkong yang mengandung sianida tinggi memiliki ciri-ciri yang mudah dikenali. Seperti tangkai daunnya sangat merah dan kulit ubi yang dikupas juga berwarna merah. Bahkan, jika tidak dimasak dengan benar, daun singkong juga bisa menyebabkan keracunan.
Seperti diketahui, sianida akan memperburuk sistem kardiovaskuler, termasuk peningkatan resistensi vaskuler dan tekanan darah di dalam otak, sistem pernapasan dan sistem susunan saraf pusat. Selain itu, pada keracunan kronik sianida, sistem endokrin akan terganggu.
"Yang mengakibatkan timbulnya kematian karena sianida mengikat bagian aktif dari enzim sitokrom oksidase sehingga akan mengakibatkan terhentinya metabolisme sel secara aerobik serta gangguan respirasi seluler. Akibatnya, hanya beberapa menit akan mengganggu transmisi neuronal," pungkasnya.
Regional Coordinator di WHO South East Asia Regional Office, Prof dr Tjandra Yoga Aditama SpP(K), DTM&H, MARS, DTCE menjelaskan, di alam, singkong menghasilkan sianida dalam bentuk senyawa glikosida sianogenik atau linimarin.
"Senyawa ini tidak beracun. Tapi proses enzim dalam tubuh bisa membuat menjadi hidrogen sianida. Hidrogen sianida sendiri merupakan bentuk racun sianida yang paling beracun," papar Tjandra.
Meski demikian, tidak semua singkong mengandung sianida dengan jumlah yang besar. Menurut Tjandra, singkong yang biasa dikonsumsi umumnya menghasilkan sianida dalam jumlah kecil.
Oleh karena itu, pastikan Anda mengolah singkong dengan tepat. "Tapi sianida yang masuk ke dalam tubuh masih dalam jumlah yang kecil, sianida akan diubah menjadi tiosianat yang lebih aman dan diekskresikan dari tubuh," jelasnya.
Umumnya, singkong yang mengandung sianida tinggi memiliki ciri-ciri yang mudah dikenali. Seperti tangkai daunnya sangat merah dan kulit ubi yang dikupas juga berwarna merah. Bahkan, jika tidak dimasak dengan benar, daun singkong juga bisa menyebabkan keracunan.
Seperti diketahui, sianida akan memperburuk sistem kardiovaskuler, termasuk peningkatan resistensi vaskuler dan tekanan darah di dalam otak, sistem pernapasan dan sistem susunan saraf pusat. Selain itu, pada keracunan kronik sianida, sistem endokrin akan terganggu.
"Yang mengakibatkan timbulnya kematian karena sianida mengikat bagian aktif dari enzim sitokrom oksidase sehingga akan mengakibatkan terhentinya metabolisme sel secara aerobik serta gangguan respirasi seluler. Akibatnya, hanya beberapa menit akan mengganggu transmisi neuronal," pungkasnya.
(sbn)