Mike Tramp Tutup Pintu untuk Reuni Personel Asli White Lion
A
A
A
LOS ANGELES - White Lion adalah salah satu band rock yang cukup punya nama di panggung musik rock pada era 80an. Sejumlah hits mereka, seperti Wait dan When the Children Cry, cukup berkuasa di tangga lagu pada era tersebut.
Sayang, kebersamaan band Denmark—Amerika Serikat yang terbentuk pada 1983 itu harus berakhir pada 1992 akibat perselisihan antara sang vokalis, Mike Tramp, dan gitarisnya, Vito Bratta.
Perselisihan antara Mike dan Vito masih terus berlangsung hingga saat ini. Keduanya bahkan belum berbicara satu sama lain sejak White Lion tampil di konser terakhirnya di Boston pada September 1991.
Sekitar 20 tahun sejak White Lion bubar, profil Vito sepertinya menghilang. Sedangkan Mike masih terus aktif. Dia masih tetap rekaman dan tur sebagai artis solo bersama band Freak of Nature, The Rock N Roll Circuz, dan yang terbaru Band of Brothers.
Pada 2008, Mike pernah berusaha menghidupkan White Lion dengan album Return of the Pride dengan personel baru. Dua tahun kemudian, Mike menyerahkan kepemilikan nama White Lion kepada Vito dalam sebuah kesepakatan di luar pengadilan.
Meski begitu, hingga saat ini, Mike terus ditanyai soal kemungkinan reuni White Lion dalam setiap wawancara yang dia lakukan. Tapi, jawabannya tetap sama bahwa dia tidak mau membangkitkan lagi band yang telah membesarkan namanya itu.
“Masalahnya adalah saya tidak mau lagi bermain bersama Vito Bratta untuk apa pun di dunia ini. Saya tidak mau menghabiskan waktu bersama dia. Kami belum pernah berbicara lagi dalam banyak tahun. Tidak ada yang harus dibicarakan. Dia tidak punya apa pun untuk ditawarkan. Dan saya akan membiarkannya tenang. Karena saya tidak butuh dia dan saya tidak akan kembali dan melakukannya,” papar Mike dalam wawancara dengan Rock Talk With Mitch Lafon yang dilansir Blabbermouth.
Mike menuturkan, selepas dirinya dari White Lion dan meniti karier solo, dia menampilkan banyak lagu kondang White Lion dengan Band of Brothers dalam versi modern. Suami Ayu Azhari itu mengklaim, para penggemarnya menyukai itu karena mereka merasa itu nyata dan paham bahwa itu adalah Mike Tramp di panggung yang melantunkan lagu-lagu itu pada 2017 dengan caranya. Dia mengatakan, hal itu masuk akal karena Mike tidak tampil di sana sebagai White Lion.
“Pada akhirnya, saya sampai pada momen dimana saya benar-benar merayakan dan menikmati memainkan lagu-lagu itu—rasanya nyata dan alami dimana kami saat ini. Ini bukanlah versi pengulangan band yang menampilkan pemain bass dan logonya,” tutur Mike.
Mike yakin bahwa alasan banyaknya orang merasakan koneksi probadi dengan musik White Lion itu punya kaitannya dengan kualitas lagu yang ditulis band itu. Saat ini, ayah tiga anak itu sedang mempromosikan box set solonya, This & That (But A Whole Lot More).
“Saya tidak tahu apa yang begitu istimewa (tentang chemistry antara Vito dan saya), kecuali ketika kalian mendengarkan lagu-lagu itu, semua band yang bersaing dengan kami pada 80an, kalau kalian bisa menyebutnya, ketika kalian sekarang kembali ke katalog dan mendengarkan … Dan semua fans akan melakukan ini, mereka akan bilang White Lion punya tempatnya sendiri. Saya kira kalian tidak bisa membandingkan White Lion dengan Warrant atau Ratt. Mereka punya tempat sendiri, kecuali mungkin untuk tampang dan rambut dan bagaimana kami terkotak bersama-sama. Vito Bratta dan Mike Tramp tidak punya persahabatan bersama kecuali (pada fakta bahwa) kami bermain di band yang sama. Kami tidak punya apa pun yang bisa kami bagi kecuali untuk menulis lagu ketika kami duduk dan saling pandang satu sama lain, hampir seperti dua pemain catur atau seperti itu. Tapi, ketika lagu itu selesai, Vito pulang dan saya pergi ke dunia nyata dan berbagi hidup saya dengan orang-orang—entah itu saya naik Harley saya, main baseball … apa punlah. Jadi, kami tidak punya persamaan kecuali kami tahu ketika kami menulis lagu yang bagus,” beber Mike.
Aktif pada 1980an hingga awal 1990an, White Lion merilis debut albumnya, Fight to Survive pada 1985. Band itu mendapatkan gebrakannya dengan album double platinum Pride, yang memproduksi dua lagu hits Wait dan When The Children Cry. Band itu meneruskan kesukesannya dengan album ketiga, Big Game, yang meraih status emas.
Pada saat White Lion merilis album terakhirnya, Mane Attraction, pada 1991, musik alternative rock sedang naik daun. Akibatnya, terjadi penurunan di blantika musik glam rock atau hair metal dalam penjualan album, popularitas, radio play dan yang paling penting, relevansi.
Sayang, kebersamaan band Denmark—Amerika Serikat yang terbentuk pada 1983 itu harus berakhir pada 1992 akibat perselisihan antara sang vokalis, Mike Tramp, dan gitarisnya, Vito Bratta.
Perselisihan antara Mike dan Vito masih terus berlangsung hingga saat ini. Keduanya bahkan belum berbicara satu sama lain sejak White Lion tampil di konser terakhirnya di Boston pada September 1991.
Sekitar 20 tahun sejak White Lion bubar, profil Vito sepertinya menghilang. Sedangkan Mike masih terus aktif. Dia masih tetap rekaman dan tur sebagai artis solo bersama band Freak of Nature, The Rock N Roll Circuz, dan yang terbaru Band of Brothers.
Pada 2008, Mike pernah berusaha menghidupkan White Lion dengan album Return of the Pride dengan personel baru. Dua tahun kemudian, Mike menyerahkan kepemilikan nama White Lion kepada Vito dalam sebuah kesepakatan di luar pengadilan.
Meski begitu, hingga saat ini, Mike terus ditanyai soal kemungkinan reuni White Lion dalam setiap wawancara yang dia lakukan. Tapi, jawabannya tetap sama bahwa dia tidak mau membangkitkan lagi band yang telah membesarkan namanya itu.
“Masalahnya adalah saya tidak mau lagi bermain bersama Vito Bratta untuk apa pun di dunia ini. Saya tidak mau menghabiskan waktu bersama dia. Kami belum pernah berbicara lagi dalam banyak tahun. Tidak ada yang harus dibicarakan. Dia tidak punya apa pun untuk ditawarkan. Dan saya akan membiarkannya tenang. Karena saya tidak butuh dia dan saya tidak akan kembali dan melakukannya,” papar Mike dalam wawancara dengan Rock Talk With Mitch Lafon yang dilansir Blabbermouth.
Mike menuturkan, selepas dirinya dari White Lion dan meniti karier solo, dia menampilkan banyak lagu kondang White Lion dengan Band of Brothers dalam versi modern. Suami Ayu Azhari itu mengklaim, para penggemarnya menyukai itu karena mereka merasa itu nyata dan paham bahwa itu adalah Mike Tramp di panggung yang melantunkan lagu-lagu itu pada 2017 dengan caranya. Dia mengatakan, hal itu masuk akal karena Mike tidak tampil di sana sebagai White Lion.
“Pada akhirnya, saya sampai pada momen dimana saya benar-benar merayakan dan menikmati memainkan lagu-lagu itu—rasanya nyata dan alami dimana kami saat ini. Ini bukanlah versi pengulangan band yang menampilkan pemain bass dan logonya,” tutur Mike.
Mike yakin bahwa alasan banyaknya orang merasakan koneksi probadi dengan musik White Lion itu punya kaitannya dengan kualitas lagu yang ditulis band itu. Saat ini, ayah tiga anak itu sedang mempromosikan box set solonya, This & That (But A Whole Lot More).
“Saya tidak tahu apa yang begitu istimewa (tentang chemistry antara Vito dan saya), kecuali ketika kalian mendengarkan lagu-lagu itu, semua band yang bersaing dengan kami pada 80an, kalau kalian bisa menyebutnya, ketika kalian sekarang kembali ke katalog dan mendengarkan … Dan semua fans akan melakukan ini, mereka akan bilang White Lion punya tempatnya sendiri. Saya kira kalian tidak bisa membandingkan White Lion dengan Warrant atau Ratt. Mereka punya tempat sendiri, kecuali mungkin untuk tampang dan rambut dan bagaimana kami terkotak bersama-sama. Vito Bratta dan Mike Tramp tidak punya persahabatan bersama kecuali (pada fakta bahwa) kami bermain di band yang sama. Kami tidak punya apa pun yang bisa kami bagi kecuali untuk menulis lagu ketika kami duduk dan saling pandang satu sama lain, hampir seperti dua pemain catur atau seperti itu. Tapi, ketika lagu itu selesai, Vito pulang dan saya pergi ke dunia nyata dan berbagi hidup saya dengan orang-orang—entah itu saya naik Harley saya, main baseball … apa punlah. Jadi, kami tidak punya persamaan kecuali kami tahu ketika kami menulis lagu yang bagus,” beber Mike.
Aktif pada 1980an hingga awal 1990an, White Lion merilis debut albumnya, Fight to Survive pada 1985. Band itu mendapatkan gebrakannya dengan album double platinum Pride, yang memproduksi dua lagu hits Wait dan When The Children Cry. Band itu meneruskan kesukesannya dengan album ketiga, Big Game, yang meraih status emas.
Pada saat White Lion merilis album terakhirnya, Mane Attraction, pada 1991, musik alternative rock sedang naik daun. Akibatnya, terjadi penurunan di blantika musik glam rock atau hair metal dalam penjualan album, popularitas, radio play dan yang paling penting, relevansi.
(alv)