Manfaat Lebih dari KB Implan

Kamis, 14 Desember 2017 - 08:11 WIB
Manfaat Lebih dari KB...
Manfaat Lebih dari KB Implan
A A A
JAKARTA - Tidak efektifnya penggunaan alat kontrasepsi menjadi salah satu kegagalan program KB. Saat ini KB suntik dan pil penggunaannya paling banyak di Indonesia. Padahal IUD dan implan lebih efektif dengan angka kegagalan yang juga rendah.

KB suntik dan pil KB jika digabung keduanya, penggunanya mencapai sekitar 50%. Dua jenis alat kontrasepsi tersebut memang yang paling banyak digunakan di Tanah Air. Padahal pil dan suntik KB memiliki tingkat kegagalan lebih tinggi dibandingkan alat KB jangka panjang seperti implan dan IUD.

“Karena pil harus diminum setiap hari pada waktu yang sama. Demikian pula dengan suntik baik 1 maupun 3 bulan sekali,” jelas dr. Julianto Witjaksono SpOG Konsultan Fertilitas dan Endokrinologi dan Reporduksi, dari RSCM, dalam diskusi tentang Implan Sebagai Alat Kontrasepsi Jangka Panjang yang Aman dan Nyaman, di Jakarta, Senin (11/12/2017).

Data WHO menunjukkan, tingkat kegagalan dengan pil KB sekitar 90 per 1000 orang, dan suntik 60 per 1000 orang. Implan (KB susuk) memiliki angka kegagalan hanya 0,5% atau terkecil bahkan dibandingkan dengan IUD yang 8,5 orang dari 1000 pengguna. Sayangnya implan memang kurang populer di Indonesia.

Data BKKBN tahun 2013 menunjukkan, peserta baru KB untuk Implan 9,23%, IUD 7,75%, Suntikan 48,56%, Pil 26,60%, dan kondom 0,6%. Salah satu penyebabnya, harga implan yang memang lebih mahal.

Menurut dr. Julianto, ada beberapa jenis implan KB yang sudah digunakan di Indonesia. Dulu di tahun 80-an, digunakan implan KB 6 batang.

“Karena implan KB dipasang di bawah kulit, maka jika jumlahnya mencapai 6 batang, maka akan kesulitan untuk pengambilannya setelah masa habis pakai,” jelas staf pengajar FKUI/RSCM ini.

Belakangan, implan KB 6 batang sudah tidak digunakan lagi. Generasi implan KB terbaru hanya terdiri dua atau satu batang. Semakin kecil jumlah batangnya, tentu pemakaian semakin mudah tanpa mengurangi manfaatnya.

Sementara itu dalam pernyataan tertulisnya, dr. Ilyas Angsar SpOG, Ketua Kelompok Kerja Keluarga Berencana dan Abortus, Perhimpunan Obstetrik Ginekologi Indonesia (POGI) menambahkan, POGI terus mendorong penggunaan alat kontrasepsi jangka panjang seperti implan KB untuk meningkatkan keberhasilan program KB di Indonesia.

“Program POGI yang sudah berjalan sejak tahun 1990 sampai sekarang adalah bekerja sama dengan BKKBN dan Kemenkes melaksanakan pelatihan pemasangan dan pencabutan IUD dan Implan untuk dokter dan bidan di seluruh provinsi serta pelatihan sterilisasi pada wanita dan pria untuk dokter di seluruh provinsi,” jelas dr. Ilyas.

Untuk pemasangan implan, sudah sekitar 50.000 bidan yang dilatih. Untuk diketahui, implan dipasang di lengan atas di bawah kulit.

Pemasangan implan KB dilakukan dokter kebidanan dan kandungan atau bidan yang sudah mendapatkan pelatihan, menggunakan alat pemasang (trocar). Ukuran diameter implan sangat kecil, hanya 1-2 mm.

Implan direkomendasikan pada perempuan sehat semua usia, tetapi untuk yang berusia di atas 40 tahun sangat baik karena mengurangi risiko kanker payudara. “Karena, implan KB hanya berisi hormon progestin dan sama sekali tidak mengandung hormon estrogen yang selama ini dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker payudara,” jelas dr. Julianto.

Cara kerja hormon progestin adalah mengentalkan lendir di bibir rahim sehingga sperma tidak dapat masuk ke rahim dan membuahi sel telur.

Dengan teknologi tinggi, hormon progestin akan dilepaskan sedikit demi sedikit dari pori-pori batang implant, dengan masa kerja 3-5 tahun. Keunggulan implan KB adalah sangat mudah dan efektif (99,95%), mudah digunakan, kesuburan segera pulih setelah susuk KB diangkat. Aman digunakan pada ibu menyusui. Efek jangka panjang lain adalah menurunkan risiko kehamilan di luar kandungan.

Implan untuk Program Nasional di Indonesia implan yang digunakan adalah dua batang dengan harga sekitar 275 ribu rupiah, padahal harga implan satu batang d ibawah harga tersebut.

Namun, kebijakan penggunaan implan ini bukan dibawah kewenangan POGI. Target akseptor KB baru di Indonesia setiap tahun adalah 9 juta dengan dana sekitar 375 miliar untuk pil dan suntik KB, IUD dll. Dengan dana yang sama, jika menggunakan implan maka hanya akan dicapai 1 juta peserta.

POGI sendiri tetap merekomendasikan implan (satu batang) sebagai alat kontrasepsi jangka panjang mengingat tingkat pendidikan mayoritas akseptor KB di Indonesia masih rendah sehingga kegagalan dengan pil dan suntik masih tinggi. (Sri Noviarni)
(nfl)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1357 seconds (0.1#10.140)