Australia Gelar Workshop Indonesian Fusion Food Up Lift

Senin, 12 Maret 2018 - 21:06 WIB
Australia Gelar Workshop...
Australia Gelar Workshop Indonesian Fusion Food Up Lift
A A A
JAKARTA - Australia merupakan salah satu negara dengan penghasil daging merah terbesar. Berbagai daging sapi bersertifikasi halal asal Negeri Kangguru ini pun mudah ditemukan di Indonesia. Kualitasnya juga terkenal yang baik.

Tak heran jika belakangan ini mulai banyak restoran di Indonesia yang menyajikan daging impor asal Australia untuk berbagai menu daging. Karena itu, Meat & Livestock Australia (MLA) menggelar Workshop Indonesian Fusion Food Up Lift untuk para chef hotel dan restauran seluruh Indonesia guna meningkatkan kesadaran penggunaan daging merah.

"Kita menggelar workshop untuk meningkatkan awareness pengguna daging sapi dan domba Australia tentang keaslian dan kualitas daging yang digunakan tersebut. Ada 100 peserta dari food servis dari chef dan eksekutif chef hotel dan restaurant," ujar Country Manager MLA Valeska saat acara Workshop Indonesian Fusion Food Up Lift di The Ritz Carlton, Pacific Place, Jakarta, Senin (12/3/2018).

Daging sapi dan domba Australia dibuat memenuhi kebutuhan konsumen di seluruh dunia. Di mana terdapat ragam jenis potongan dan kualitas. Meski impor dari luar negeri, dijelaskan Valeska masyarakat Indonesia khususnya yang beragama Islam tidak perlu khawatir. Pasalnya, Australia menghadirkan daging dengan sertifikasi halal MUI. Cara pemotongannya pun sesuai syariat Islam.

"Semua daging sapi kambing dan domba Australia itu semua halal dan sudah disertifikasi halal oleh MUI. Kita memotongnya juga mengikuti kiblat dan oleh orang muslim bersertifikasi. Daging Australia juga sudah melewati proses aging, jadi kalau masak enggak perlu lama. Misalkan kalau rendang, daging 15 menit sudah siap. Kalau lama justru akan breakdown karena mudah empuk," jelasnya.

Sementara, jumlah konsumsi daging merah di Indonesia masih tergolong rendah yaitu hanya 3 kilo per kapita. Jumlah ini lebih rendah dibandingkan konsumsi daging putih (ayam dan ikan) yang sudah mencapai 30 kilogram per kapita. Meski tergolong rendah, namun jumlah konsumsi ini masih bisa meningkat apalagi diakui Valeska, masyarakat Indonesia memiliki kesadaran tinggi dengan daging merah.

"2050 konsumsi daging di Indonesia naik dua kali lipat karena adanya perubahan konsumsi dan urbanisasi di Indonesia. Dengan adanya peningkatan 2,4 cagr pertahun dan produksi daging sapi dalam negri belum tentu bisa mencukupi kebutuhan jadi ada kemungkinan untuk impor dari luar," katanya.

Dalam kesempatan ini, peserta mendapatkan pengetahuan dari para ahli. Mulai dari Master Butcher Rafael Ramirez tentang better understanding of Australian beef & lamb dan tren makanan 2018 di Indonesia oleh Chef Vindex Tengker. Ada juga butchery demonstration oleh Rafael Ramirez serta lomba memasak dengan menggunakan potongan daging ram yang diikuti oleh 10 chef dari berbagai hotel dan restauran.

"Harapan bahwa akhirnya para chef menggunakan daging sapi dan domba benar-benar mengerti penanganannya dan merasa bahwa itu terjamin dari segi kualitas, kehalalan, keamanan dan juga nutrisinya," tandasnya.
(tdy)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6936 seconds (0.1#10.140)