Memanfaatkan Masa Tenar untuk Siapkan Masa Depan

Minggu, 29 Juli 2018 - 11:03 WIB
Memanfaatkan Masa Tenar...
Memanfaatkan Masa Tenar untuk Siapkan Masa Depan
A A A
JAKARTA - Memanfaatkan popularitas untuk berbisnis? Kenapa tidak? Inilah yang dilakukan sejumlah artis dengan memberdayakan ketenarannya untuk membangun bisnis, di antaranya bisnis kuliner.

Walaupun ada kecenderungan sebagai tren aji mumpung, langkah ini patut diapresiasi sebagai langkah positif menjaga pundi-pundi di masa mendatang, saat tak lagi aktif di dunia hiburan.

Tercatat artis yang kini terjun ke bisnis kuliner itu antara lain Prilly Latuconsina, Dian Sastrowardoyo, Raffi Ahmad, Rian D’MASIV, Ruben Onsu, Citra Scholastika, Titi Kamal, Luna Maya, Zaskia dan Shireen Sungkar, Syahrini, Ussy Sulistiawaty-Andika Pratama, dan lainnya.

Bisnis kuliner mereka beraneka ragam, dari toko roti, kafe, hingga restoran. Pilihan mereka tidak salah. Pasalnya, kuliner menjadi salah satu penopang terbesar ekonomi kreatif Tanah Air. Data Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) menyebutkan kuliner menyumbang 41,4% dari total produk domestik bruto (PDB) industri kreatif sebesar Rp922 triliun pada 2016.

Dari sisi unit usaha, sektor kuliner juga merupakan yang terbanyak, 8,2 juta unit atau 68% dari semua sektor ekonomi kreatif. Data-data inilah yang kemudian membuat para artis tergiur berbisnis kuliner. “Saya melihat potensi bisnis ini cukup bagus sehingga terus mengembangkannya.

Tahun ini rencananya buka di Amsterdam,“ ujar Ruben Onsu kepada KORAN SINDO di sela-sela acara DMD Show di studio 8 MNC Studios, Kebon Jeruk, Jakarta Barat, beberapa waktu lalu.

Suami artis Sarwendah ini terbilang cukup agresif mengembangkan bisnis kulinernya, dalam hal ini restoran ayam geprek, labelnyaGeprek Bensu. Tidak tanggung-tanggung, dia kini sudah memiliki 100 cabang yang tersebar di 18 kota di berbagai penjuru daerah seperti Jakarta, Bogor, Bekasi, Lombok, Bali, hingga Sumatera.

Sebelum merambah Amsterdam, dia sudah ekspansi ke Malaysia, Thailand, Taiwan, dan Hong Kong . Raffi Ahmad tak kalah progresif. Tercatat dia memiliki kafe Nasi Lidah RaDen yang bekerja sama dengan Denny Buana, Bakmi “RN” Raja Nikmat, Mama Ritz Food.

“Dalam menjalankan bisnis, kita harus pintar bagi-bagi waktu antara pekerjaan dan memantau bisnis. Selain itu, harus pintar membaca peluang. Kalau untuk pengelolaan kamu menyiapkan orang atau manajemen tersendiri yang mengurusnya,” ujar Raffi.

Vokalis D’MASIV, Rian, juga tidak mau ketinggalan untuk menggeluti bisnis kuliner. Dia mengakui, berbisnis merupakan cara untuk menginvestasikan pendapatan dari pekerjaannya sebagai musisi. Di bisnis pertamanya ini Rian membuka sebuah restoran dengan nama Food Updated.

Di kafe yang berada di Ciledug itu juga terdapat studio musik, salon, dan clothing line. Menurut Rian, dalam menjalankan usaha yang penting harus tahu bisnisnya serta suka dengan apa yang dikerjakan. “Jadi bukan coba-coba ya. Contohnya bisnis kuliner dan studio ini dipilih karena aku senang melakukannya.

Aku jalankan bisnis ini karena aku suka makan dan studio karena suka buat lagu,” sebutnya. Salah satu alasan utama artis terjun ke dunia bisnis, terutama kuliner, karena alasan tidak selamanya dunia artis akan menghidupi mereka. Karena itu, mereka menjadikan bisnis sebagai sekoci untuk mengarungi masa depan yang masih panjang.

“Ketika aku diberi kesempatan sampai usia 80 tahun aku tidak menyesal karena saat usia 24 tahun seperti sekarang sudah dikasih semua yang terbaik dan banyak melakukan hal baru dalam hidup sekalipun bisnis itu sesuatu yang menantang banget.

Ini demi investasi masa depan,” ujar Citra Skolastika, pemilik kafe Saklar. Bagi pemilik nama lengkap Skolastika Citra Kirana Wulan ini, seorang artis tidak akan selalu dalam posisi terbaiknya sehingga penting untuk berinvestasi.

Dia juga berpandangan, tidak akan salahnya selamanya di usia produktif untuk terus belajar dan mencoba hal baru, meski ada peluang gagal. Prilly Latuconsina yang memilik Kafe Nona Judes juga berpikiran sama. Dia bercerita perihal keterlibatannya di bisnis makanan adalah karena dia memang sudah berpikir jangka panjang.

Dia mengakui terjun ke bisnis kuliner karena ingin memanfaatkan hasil jerih payahnya di dunia hiburan untuk masa depannya. “Mungkin karena dasar sifat aku hemat, bukan pelit, beda loh. Aku memang senang menata uang, jadi kalau bisa disimpan kenapa enggak? Jadi, aku lebih memilih uang yang aku dapat aku putar lagi di bisnis,” ujarnya.

Dia berterus terang tidak bisa memastikan sampai kapan akan berkarier di dunia hiburan Tanah Air. Karena itu, dia memilih berusaha di bidang lain yang dianggapnya bisa lebih berkesinambungan. “Kebetulan papaku seorang wirausaha, aku melihat sampai sekarang aman saja dalam menggeluti bidang bisnis, tidak ada masa pensiunnya,” ujar Prilly.

Financial planner, Risza Bambang, mengapresiasi kesadaran artis yang menyiapkan masa depannya dengan berbisnis, termasuk bisnis kuliner. Menurut dia, seorang artis yang memiliki potensi pendapatan yang besar memang harus bisa mengelola kas, pengeluaran, dan pendapatannya melalui belanja aset yang produktif.

“Ya salah satunya membuka usaha kuliner berdasarkan passion -nya. Namun, jika tak punya bakat dan hanya tertarik buka usaha kuliner, sebaiknya mencari partner dengan misi dan visi yang sama,” ujar perencana keuangan senior yang berpengalaman selama 25 tahun ini.

Risza menambahkan seorang artis sekalipun pada akhirnya punya batasanbatasan berkarier. Misalnya dari sisi usia sehingga tidak produktif lagi. “Nah, untuk menambah aset ya tentu buka usaha kuliner atau usaha kain seperti usaha kecantikan dan sebagainya. Jangan hanya ikut-ikutan, namun perlu berpikir untuk mengembangkan usaha, termasuk mengelola risiko. Ini adalah tabungan masa depan,” katanya.

Kedepankan Inovasi

Dalam berbisnis kuliner para artis tidak mau asal-asalan. Mereka melakukan berbagai macam inovasi untuk meraih pelanggan. Untuk menarik pengunjung ke kafe Nona Judes, Prilly Latuconsina menyajikan paket ayam sambal gledek, paket ayam sambal kecombrang, dan sambal matah yang diklaim belum umum dihadirkan di restoran lainnya.

Citra Scholastika di kafe Saklar yang berada di Jalan WR Supratman, Bandung, menciptakan sejumlah menu minuman dengan sejumlah cita rasa baru. Salah satunya aneka minuman kopi yang dia klaim punya signature sendiri seperti kopi rasa pandan temulawak, cengkih, kacang hijau.

Itu semua tidak disajikan di tempat lain. Begitu pun Dian Sastrowardoyo, yang mendirikan MAM Burger & Bowls bersama empat temannya, yakni Reina Wardhana, Tana Suwardhono, Jessica Halim, dan Putri Hardiman.

Mereka mengusung konsep makanan comfort food yang akan mengingatkan pada masakan ibu. Selain inovasi menu, mereka juga melakukan inovasi bisnis dengan membidik pelanggannya di area perkantoran. Putri Hardiman, mitra Dian Sastro, menuturkan pihaknya menggarap segmen ini lewat MAM Express.

”Nantinya menu yang disajikan akan lebih cepat dibuatnya, fast consume, namun tetap mempertahankan ciri khas sebagai makanan sehat dan rasa rumahan,” ujar Putri. Pendekatan yang sama juga dilakukan Ussy Sulistiawaty bersama Andika Pratama.

Bertepatan dengan ulang tahunnya pada 23 Juli lalu, Ussy membuka restoran Lurik Coffee dan Kitchen. Salah satu yang ditawarkan adalah makanan khas luar negeri, tapi dengan racikan dam bumbu rempah asli Indonesia, seperti sapo tahu dan mi champong khas dari negara Korea.
(don)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1090 seconds (0.1#10.140)