Pentingnya Memahami Proses Bayi Tabung sebagai Terapi Kesuburan
A
A
A
JAKARTA - Salah satu terapi kesuburan yang telah terbukti dan teruji selama lebih dari 40 tahun adalah proses In Vitro Fertilization (IVF) yang juga dikenal dengan program bayi tabung. Kelahiran dari proses bayi tabung memiliki tingkat kesehatan sama baiknya dengan bayi yang lahir melalui proses pembuahan normal dan alami.
Teknologi IVF saat ini telah berkembang pesat dan Indonesia diakui di dunia sebagai salah satu kontributor yang penting tidak hanya dari jumlah populasi tetapi dari sisi ilmiah dan teknologi. Masih banyaknya pasien yang keluar negeri adalah pekerjaan rumah yang perlu dilakukan bersama untuk meyakinkan bahwa standar layanan di Indonesia cukup tinggi dengan pengawasan yang ketat dari pemerintah dan PERFITRI/POGI.
“Di Indonesia, program IVF telah ada sejak tahun 1988 dan telah teruji keberhasilan dan keamanannya. Bahkan, Berdasarkan data dari PERFITRI REGISTRY 2017, program IVF memiliki tingkat keberhasilan yang mencapai 29%. Hal ini setara dengan data Internasional dimana rata-rata keberhasilan pregnancy rate sebesar 25-30%," ujar Prof. Dr. dr. Budi Wiweko, SpOG(K), MPH selaku SpOG(K), MPH selaku Presiden PERFITRI.
Salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam keberhasilan program IVF adalah faktor usia. Semakin dini proses bayi tabung dilakukan maka probabilitas memiliki keturunan akan semakin besar. Tingkat keberhasilan program bayi tabung dapat mencapai hingga 40% jika dilakukan di bawah usia 35 tahun. Sedangkan wanita yang lebih muda biasanya memiliki telur yang lebih sehat dan tingkat keberhasilan yang lebih tinggi dan akan semakin rentan di atas usia tersebut.
"Salah satu hambatan bagi pasien dengan masalah kesuburan adalah karena kurangnya sistem rujukan yang mapan serta jumlah dan lokasi klinik. Padahal saat ini tercatat ada 32 klinik fertilitas yang menawarkan terapi kesuburan melalui teknologi IVF dan tersebar di beberapa kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Semarang, Yogyakarta, Magelang, Surakarta, Denpasar, Medan, Pekanbaru, Padang, Makassar dan Pontianak," papar dia.
Semua layanan ini berada dalam pengawasan Kementerian Kesehatan dan PERFITRI dalam kepatuhan terhadap standar kerja. Dampak dari tingginya jumlah pasien yang berobat keluar negeri mengakibatkan besarnya uang yang keluar dari Indonesia untuk mengobati masalah kesuburan. Melihat kondisi kurangnya pemahaman masyarakat terkait proses dan program IVF, Merck bekerja sama dengan PERFITRI untuk mensosialisasikan solusi infertilitas dan program bayi tabung di Indonesia.
Untuk menjangkau lebih banyak pasangan di Indonesia, Merck bersama dengan PERFITRI telah menyiapkan satu situs yang dapat diakses oleh masyarakat dan berisi informasi lengkap tentang infertilitas dan langkah apa yang sebaiknya dilakukan untuk mendapatkan anak, situs tersebut dapat diakses di www.maupunyaanak.com.
Teknologi IVF saat ini telah berkembang pesat dan Indonesia diakui di dunia sebagai salah satu kontributor yang penting tidak hanya dari jumlah populasi tetapi dari sisi ilmiah dan teknologi. Masih banyaknya pasien yang keluar negeri adalah pekerjaan rumah yang perlu dilakukan bersama untuk meyakinkan bahwa standar layanan di Indonesia cukup tinggi dengan pengawasan yang ketat dari pemerintah dan PERFITRI/POGI.
“Di Indonesia, program IVF telah ada sejak tahun 1988 dan telah teruji keberhasilan dan keamanannya. Bahkan, Berdasarkan data dari PERFITRI REGISTRY 2017, program IVF memiliki tingkat keberhasilan yang mencapai 29%. Hal ini setara dengan data Internasional dimana rata-rata keberhasilan pregnancy rate sebesar 25-30%," ujar Prof. Dr. dr. Budi Wiweko, SpOG(K), MPH selaku SpOG(K), MPH selaku Presiden PERFITRI.
Salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam keberhasilan program IVF adalah faktor usia. Semakin dini proses bayi tabung dilakukan maka probabilitas memiliki keturunan akan semakin besar. Tingkat keberhasilan program bayi tabung dapat mencapai hingga 40% jika dilakukan di bawah usia 35 tahun. Sedangkan wanita yang lebih muda biasanya memiliki telur yang lebih sehat dan tingkat keberhasilan yang lebih tinggi dan akan semakin rentan di atas usia tersebut.
"Salah satu hambatan bagi pasien dengan masalah kesuburan adalah karena kurangnya sistem rujukan yang mapan serta jumlah dan lokasi klinik. Padahal saat ini tercatat ada 32 klinik fertilitas yang menawarkan terapi kesuburan melalui teknologi IVF dan tersebar di beberapa kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Semarang, Yogyakarta, Magelang, Surakarta, Denpasar, Medan, Pekanbaru, Padang, Makassar dan Pontianak," papar dia.
Semua layanan ini berada dalam pengawasan Kementerian Kesehatan dan PERFITRI dalam kepatuhan terhadap standar kerja. Dampak dari tingginya jumlah pasien yang berobat keluar negeri mengakibatkan besarnya uang yang keluar dari Indonesia untuk mengobati masalah kesuburan. Melihat kondisi kurangnya pemahaman masyarakat terkait proses dan program IVF, Merck bekerja sama dengan PERFITRI untuk mensosialisasikan solusi infertilitas dan program bayi tabung di Indonesia.
Untuk menjangkau lebih banyak pasangan di Indonesia, Merck bersama dengan PERFITRI telah menyiapkan satu situs yang dapat diakses oleh masyarakat dan berisi informasi lengkap tentang infertilitas dan langkah apa yang sebaiknya dilakukan untuk mendapatkan anak, situs tersebut dapat diakses di www.maupunyaanak.com.
(alv)