Danielle Guizio, Desainernya Kaum Milenial
A
A
A
DANIELLE Guizio adalah desainer yang menciptakan koleksi busana yang digemari kaum milenial.
Keaktifannya di media sosial menjadi kunci keberhasilannya. Gadis berusia 28 tahun ini lahir dan dibesarkan di kota kecil bernama Fairfield, New Jersey, Amerika Serikat. Sejak kecil, ketertarikan Guizio pada dunia fashion telah terlihat.
Saat usianya 8 tahun, dia sering duduk di ruang bawah tanah selama berjam-jam memotong gambar pakaian dari majalah Limited Too . Potongan itu kemudian dia tempelkan di kertas. “Sejak kecil saya selalu tertarik dengan dunia mode. Saya memiliki gaya saya sendiri dalam berpakaian,” ujar Guizio, dilansir forbes.com .
Kemudian, ketika Guizio berusia 14 tahun, dia melakukan banyak hal DIY (do it yourself ). Dia memotong kaus dan mengecatnya dengan stensil. Dia tahu bagaimana rasanya ingin berpakaian lebih keren dan lebih baik meski tidak memiliki anggaran untuk itu.
“Keluarga kami hidup pas-pasan, tapi dari situlah kreativitas saya mulai tumbuh,” ucap Guizio. Menginjak masa remaja, Guizio tidak merasa nyaman dengan anakanak di sekolah menengah atas. Karena itu, dia lebih memilih aktif di internet dengan mengunggah banyak cerita tentang kehidupannya di sebuah blog.
Gaya berpakaiannya yang berbeda dengan kebanyakan anak muda lain mulai menarik perhatian. “Orang-orang akan bertanya di mana saya mendapatkan pakaian dan make-up apa yang saya kenakan.
Rasanya saya adalah seorang blogger ,” ujar Guizio. Selain eksis di blog, Guizio juga eksis di Myspace berkat gaya berpakaiannya yang unik. Dari situs Myspace , dia memiliki banyak pengikut dan berteman dengan anak-anak dari kota-kota lain dan pergi ke pesta-pesta.
Dia juga melakukan perjalanan ke Los Angeles untuk bertemu teman-temannya dari kalangan blogger, influencer , atau musisi band pop punk. Pada usia 18 tahun, dia memutuskan untuk pergi ke sekolah mode guna mempelajari aspek bisnis dalam fashion .
Dia belajar bisnis fashion di LIM College New York tetapi hanya bertahan satu tahun sebelum akhirnya keluar. Dia pernah bekerja beberapa bulan di perusahaan ritel fashion di The Hundreds, tetapi akhirnya keluar. “Saya berada dalam masa yang sangat membingungkan dalam hidup saya.
Saya sangat kesal sehingga harus pindah dari kota dan kembali dengan orang tua saya ketika berusia 19 tahun,” ungkap Guizio. Hingga akhirnya suatu malam saat usia 22 tahun, dia merasakan sakit yang luar biasa di bagian hatinya.
Keluarganya pun membawanya ke rumah sakit untuk memeriksa keadaan Guizio. Kala itu Guizio didiagnosis memiliki tumor hati. Dia pun dirawat berbulan-bulan agar terbebas dari tumor dan kembali sehat.
“Kejadian itu mengubah jalan hidup saya. Sejak itu saya memutuskan untuk fokus di satu bidang agar hidup saya lebih bermakna,” tutur Guizio. Setelah pemulihan dari tumor hati, Guizio fokus menekuni bisnis fashion .
Pada 2014, Guizio memulai label fashion streetwear dengan namanya sendiri, Danielle Guizio (DG). Berkat kepopulerannya di media sosial, seperti Myspace, Facebook, Instagram , dan Twitter, t - shirt yang dia jual laku keras di kalangan anak muda.
“Desain saya sangat dipengaruhi desain struktural pakaian olahraga vintage tahun 1980-an dan 1990-an. Label DG menata kembali pakaian perempuan klasik dengan tetap mempertahankan estetika modern yang berbeda,” kata Guizio.
Sejak itu Guizio memperluas produknya dengan memasukkan jeans vintage yang sudah di-upcycled , celana pendek kulit berwarna merah, dan bikini pink berkilauan. “Jaket bomber sangat besar sehingga semua orang menggunakannya dengan cara yang berbeda.
Saya ingin para gadis bergaya sedikit tomboi dalam busana kasual,“ ujar Guizio. Guizio juga menampilkan hoodies dengan warna berani, velour , dan satin. Ada pula kain berteknologi yang ditampilkan dalam pakaian olahraga dan pakaian khas Guizio.
“Label ini menghadirkan akar nostalgia yang terinspirasi budaya anak muda, merangkul kenyamanan kasual dan estetika pusat Kota New York yang modern,” tambah Guizio. Guizio melakukan strategi pemasaran melalui media sosial, seperti Facebook, Twitter, dan Instagram .
Dia melakukan penjualan secara online dan pengikut setianya di media sosial pun terus bertambah. Berkat ketekunannya dalam dunia desain, Guizio masuk daftar 30 Under 30 Forbes 2019 dalam kategori Art & Style . Dia menjadi salah satu dari 30 anak muda di bawah usia 30 tahun yang berpengaruh. (Dwi Nur Ratnaningsih)
Keaktifannya di media sosial menjadi kunci keberhasilannya. Gadis berusia 28 tahun ini lahir dan dibesarkan di kota kecil bernama Fairfield, New Jersey, Amerika Serikat. Sejak kecil, ketertarikan Guizio pada dunia fashion telah terlihat.
Saat usianya 8 tahun, dia sering duduk di ruang bawah tanah selama berjam-jam memotong gambar pakaian dari majalah Limited Too . Potongan itu kemudian dia tempelkan di kertas. “Sejak kecil saya selalu tertarik dengan dunia mode. Saya memiliki gaya saya sendiri dalam berpakaian,” ujar Guizio, dilansir forbes.com .
Kemudian, ketika Guizio berusia 14 tahun, dia melakukan banyak hal DIY (do it yourself ). Dia memotong kaus dan mengecatnya dengan stensil. Dia tahu bagaimana rasanya ingin berpakaian lebih keren dan lebih baik meski tidak memiliki anggaran untuk itu.
“Keluarga kami hidup pas-pasan, tapi dari situlah kreativitas saya mulai tumbuh,” ucap Guizio. Menginjak masa remaja, Guizio tidak merasa nyaman dengan anakanak di sekolah menengah atas. Karena itu, dia lebih memilih aktif di internet dengan mengunggah banyak cerita tentang kehidupannya di sebuah blog.
Gaya berpakaiannya yang berbeda dengan kebanyakan anak muda lain mulai menarik perhatian. “Orang-orang akan bertanya di mana saya mendapatkan pakaian dan make-up apa yang saya kenakan.
Rasanya saya adalah seorang blogger ,” ujar Guizio. Selain eksis di blog, Guizio juga eksis di Myspace berkat gaya berpakaiannya yang unik. Dari situs Myspace , dia memiliki banyak pengikut dan berteman dengan anak-anak dari kota-kota lain dan pergi ke pesta-pesta.
Dia juga melakukan perjalanan ke Los Angeles untuk bertemu teman-temannya dari kalangan blogger, influencer , atau musisi band pop punk. Pada usia 18 tahun, dia memutuskan untuk pergi ke sekolah mode guna mempelajari aspek bisnis dalam fashion .
Dia belajar bisnis fashion di LIM College New York tetapi hanya bertahan satu tahun sebelum akhirnya keluar. Dia pernah bekerja beberapa bulan di perusahaan ritel fashion di The Hundreds, tetapi akhirnya keluar. “Saya berada dalam masa yang sangat membingungkan dalam hidup saya.
Saya sangat kesal sehingga harus pindah dari kota dan kembali dengan orang tua saya ketika berusia 19 tahun,” ungkap Guizio. Hingga akhirnya suatu malam saat usia 22 tahun, dia merasakan sakit yang luar biasa di bagian hatinya.
Keluarganya pun membawanya ke rumah sakit untuk memeriksa keadaan Guizio. Kala itu Guizio didiagnosis memiliki tumor hati. Dia pun dirawat berbulan-bulan agar terbebas dari tumor dan kembali sehat.
“Kejadian itu mengubah jalan hidup saya. Sejak itu saya memutuskan untuk fokus di satu bidang agar hidup saya lebih bermakna,” tutur Guizio. Setelah pemulihan dari tumor hati, Guizio fokus menekuni bisnis fashion .
Pada 2014, Guizio memulai label fashion streetwear dengan namanya sendiri, Danielle Guizio (DG). Berkat kepopulerannya di media sosial, seperti Myspace, Facebook, Instagram , dan Twitter, t - shirt yang dia jual laku keras di kalangan anak muda.
“Desain saya sangat dipengaruhi desain struktural pakaian olahraga vintage tahun 1980-an dan 1990-an. Label DG menata kembali pakaian perempuan klasik dengan tetap mempertahankan estetika modern yang berbeda,” kata Guizio.
Sejak itu Guizio memperluas produknya dengan memasukkan jeans vintage yang sudah di-upcycled , celana pendek kulit berwarna merah, dan bikini pink berkilauan. “Jaket bomber sangat besar sehingga semua orang menggunakannya dengan cara yang berbeda.
Saya ingin para gadis bergaya sedikit tomboi dalam busana kasual,“ ujar Guizio. Guizio juga menampilkan hoodies dengan warna berani, velour , dan satin. Ada pula kain berteknologi yang ditampilkan dalam pakaian olahraga dan pakaian khas Guizio.
“Label ini menghadirkan akar nostalgia yang terinspirasi budaya anak muda, merangkul kenyamanan kasual dan estetika pusat Kota New York yang modern,” tambah Guizio. Guizio melakukan strategi pemasaran melalui media sosial, seperti Facebook, Twitter, dan Instagram .
Dia melakukan penjualan secara online dan pengikut setianya di media sosial pun terus bertambah. Berkat ketekunannya dalam dunia desain, Guizio masuk daftar 30 Under 30 Forbes 2019 dalam kategori Art & Style . Dia menjadi salah satu dari 30 anak muda di bawah usia 30 tahun yang berpengaruh. (Dwi Nur Ratnaningsih)
(nfl)