Kombinasi Wayang dan Teater dalam Dongeng Si Kancil
A
A
A
JAKARTA - Pertunjukan wayang biasanya identik dengan kisah-kisah klasik melegenda. Kemarin sore, kelompok Teater Ruang Hening menghibur penikmat seni di Galeri Indonesia Kaya (GIK) Jakarta dengan sebuah pertunjukan wayang yang sedikit berbeda dari biasanya, yakni dari dongeng dengan lakon Si Kancil Tobat.
Kisah dongeng si Kancil sudah terkenal dari generasi ke generasi ma syarakat Indonesia. Sebagai kelompok yang bergerak di dunia seni teater, Teater Ruang Hening ingin menyajikan dongeng si Kancil dengan beberapa adegan teatrikal, serta mengolaborasikan antara garap teater dan garap wayang.
Bekerja sama dengan Bakti Budaya Djarum Foundation dan Garin Nugroho, pentas kali ini menjadi kebanggaan luar biasa bagi Teater Ruang Hening. “Para penggiat Teater Ruang Hening berkesempatan untuk mem perdalam kemampuan di bawah mentor Subarkah Hadisarjana.
Kami akan terus menciptakan karya tontonan baru, dengan harapan kesenian teater Indonesia akan terus dicintai. Semoga sajian kami sore hari ini (sore kemarin) dapat diterima di hati para penikmat seni,” ujar Sutrisno selaku sutradara dari Teater Ruang Hening.
Si Kancil Tobat bercerita tentang bagaimana perilaku saling hasut dan adu domba dapat merusak keharmonisan dan persatuan bangsa. Seperti yang dilakukan si Kancil kepada teman-temannya, menciptakan suasana kacau-balau dalam hutan.
Dalam pertunjukan berdurasi kurang lebih satu setengah jam ini, para seniman mengolaborasikan antara teater dan rel pakem wayang purwa yang meliputi, Jejeran, Kedhatonan, Paseban, Bedholan, dan Jejer Sabrang.
Dialog yang dilakukan dalam pertunjukan ini menggabungkan antara video mapping , sebuah teknik yang menggunakan pencahayaan dan pro yeksi sehingga dapat menciptakan ilusi optik pada objek-objek, serta video art (jenis seni yang bergantung pada gambar bergerak dan terdiri atas video atau audio data).
Kombinasi menggunakan beragam instrumen yang membentuk satu kesatuan harmoni pewayangan. “Sebuah kebanggaan bagi Teater Ruang Hening berkesempatan tampil ke hadapan para penikmat seni dengan sebuah pertunjukan yang unik dan lucu.
Kelompok yang sering menampilkan karyanya di berbagai daerah ini, kerap mengombinasikan suasana alam, musik, dan juga teater fabel (fiksi atau khayalan) dalam setiap pertunjukannya.
Saya harap, setelah mengikuti program Ruang Kreatif: Seni Pertunjukan Indonesia, kelompok Teater Ruang Hening dapat terus mengembangkan dan menciptakan karya-karya baru yang bermanfaat dan tentunya menghibur,” ujar Subarkah Hadisarjana selaku mentor dari Teater Ruang Hening.
Teater Ruang Hening berdiri pada 17 September 2015 di Muncul, Banyubiru, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Kelompok ini didirikan dari buah pemikiran Prawoto Susilo (Owod), Aziz, Ari, dan Arsa.
Ruangí merepresentasikan sebagai tempat tak terbatas, sementara ëHeningí adalah kesunyian, menggambarkan rumah di Muncul yang jauh dari peradaban sehingga mereka bisa bereksplorasi sepuasnya, berteriak-teriak ketika latihan teater, bermusik, dan lain-lain untuk memecahkan kesunyian.
Teater Ruang Hening bergerak dalam seni teater dan kearifan budaya lokal terutama “Jawa dengan bahasa Jawa”. Kebanyakan pementasan mereka menggunakan naskah bahasa Jawa. Adapun pentas yang dipentaskan sepanjang 2015 hingga 2018 adalah Mijil, Asmaradhana, Kinanti, dan Megatruh .
Teater Ruang Hening pentas di dalam kota terutama Kabupaten Semarang, Salatiga dan sekitarnya, keliling kampung, dan pentas keliling kota seperti Bojonegoro, Pekalongan, Wonogiri, Yogyakarta, Ambarawa, dan kota-kota lainnya.
Pentas yang mereka bawakan menggunakan konsep “Gerilya Budaya”. “Senang rasanya melihat banyak generasi muda yang antusias dan terhibur setelah menyaksikan sebuah pertunjukan wayang.
Kami harap dengan menyaksikan pertunjukan ini, semakin banyak generasi muda yang tertarik untuk melestarikan kebudayaan Indonesia,” ujar Renitasari Adrian, Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation.
Teater Ruang Hening merupakan salah satu dari 14 komunitas seni terpilih program Ruang Kreatif: Seni Pertunjukan Indonesia, yang berkesempatan untuk menampilkan karyanya di Galeri Indonesia Kaya, Jakarta.
Kesempatan ini didapat setelah melalui rangkaian roadshow Bincang Kreatif Seni Pertunjukan di Pekanbaru, Solo, Makassar, dan Bali, kemudian dilanjutkan dengan pengumpulan Art Project Development Proposal.
Dari sebanyak 413 proposal yang diterima, 30 komunitas seni berkesempatan untuk mengikuti workshop seni pertunjukan di Galeri Indonesia Kaya, Jakarta, dengan diwakili oleh para pimpinan produksi.
Berikutnya, dengan adanya rangkaian program dan adanya proses seleksi terbaik melalui mekanisme pitching forum di hadapan para juri profesional, lalu terpilih 14 komunitas seni (salah satunya Teater Ruang Hening).
Dalam proses persiapan pertunjukan, 14 kelompok terpilih tadi didampingi para mentor yang ahli di bidangnya, seperti Garin Nugroho, Eko Supriyanto, Ratna Riantiarno, Rama Soeprapto, Djaduk Feriyanto, Tinton Prianggoro, Iswadi Pratama, Ruth Marini, Subarkah Hadisarjana, Hartati, dan Butet Kartaredjasa.
Sampai saat ini, Program Ruang Kreatif Seni Pertunjukan Indonesia yang konsisten diselenggarakan sejak 2016, senantiasa menghasilkan seniman muda dan komunitas seni dengan ide, gagasan, serta karya seni yang bagus dan menginspirasi. Jenis seni pertunjukannya pun semakin beragam bahkan jumlah peserta dan proposal ruang kreatif yang diterima semakin meningkat dari tahun ke tahun. (Hendri Irawan)
Kisah dongeng si Kancil sudah terkenal dari generasi ke generasi ma syarakat Indonesia. Sebagai kelompok yang bergerak di dunia seni teater, Teater Ruang Hening ingin menyajikan dongeng si Kancil dengan beberapa adegan teatrikal, serta mengolaborasikan antara garap teater dan garap wayang.
Bekerja sama dengan Bakti Budaya Djarum Foundation dan Garin Nugroho, pentas kali ini menjadi kebanggaan luar biasa bagi Teater Ruang Hening. “Para penggiat Teater Ruang Hening berkesempatan untuk mem perdalam kemampuan di bawah mentor Subarkah Hadisarjana.
Kami akan terus menciptakan karya tontonan baru, dengan harapan kesenian teater Indonesia akan terus dicintai. Semoga sajian kami sore hari ini (sore kemarin) dapat diterima di hati para penikmat seni,” ujar Sutrisno selaku sutradara dari Teater Ruang Hening.
Si Kancil Tobat bercerita tentang bagaimana perilaku saling hasut dan adu domba dapat merusak keharmonisan dan persatuan bangsa. Seperti yang dilakukan si Kancil kepada teman-temannya, menciptakan suasana kacau-balau dalam hutan.
Dalam pertunjukan berdurasi kurang lebih satu setengah jam ini, para seniman mengolaborasikan antara teater dan rel pakem wayang purwa yang meliputi, Jejeran, Kedhatonan, Paseban, Bedholan, dan Jejer Sabrang.
Dialog yang dilakukan dalam pertunjukan ini menggabungkan antara video mapping , sebuah teknik yang menggunakan pencahayaan dan pro yeksi sehingga dapat menciptakan ilusi optik pada objek-objek, serta video art (jenis seni yang bergantung pada gambar bergerak dan terdiri atas video atau audio data).
Kombinasi menggunakan beragam instrumen yang membentuk satu kesatuan harmoni pewayangan. “Sebuah kebanggaan bagi Teater Ruang Hening berkesempatan tampil ke hadapan para penikmat seni dengan sebuah pertunjukan yang unik dan lucu.
Kelompok yang sering menampilkan karyanya di berbagai daerah ini, kerap mengombinasikan suasana alam, musik, dan juga teater fabel (fiksi atau khayalan) dalam setiap pertunjukannya.
Saya harap, setelah mengikuti program Ruang Kreatif: Seni Pertunjukan Indonesia, kelompok Teater Ruang Hening dapat terus mengembangkan dan menciptakan karya-karya baru yang bermanfaat dan tentunya menghibur,” ujar Subarkah Hadisarjana selaku mentor dari Teater Ruang Hening.
Teater Ruang Hening berdiri pada 17 September 2015 di Muncul, Banyubiru, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Kelompok ini didirikan dari buah pemikiran Prawoto Susilo (Owod), Aziz, Ari, dan Arsa.
Ruangí merepresentasikan sebagai tempat tak terbatas, sementara ëHeningí adalah kesunyian, menggambarkan rumah di Muncul yang jauh dari peradaban sehingga mereka bisa bereksplorasi sepuasnya, berteriak-teriak ketika latihan teater, bermusik, dan lain-lain untuk memecahkan kesunyian.
Teater Ruang Hening bergerak dalam seni teater dan kearifan budaya lokal terutama “Jawa dengan bahasa Jawa”. Kebanyakan pementasan mereka menggunakan naskah bahasa Jawa. Adapun pentas yang dipentaskan sepanjang 2015 hingga 2018 adalah Mijil, Asmaradhana, Kinanti, dan Megatruh .
Teater Ruang Hening pentas di dalam kota terutama Kabupaten Semarang, Salatiga dan sekitarnya, keliling kampung, dan pentas keliling kota seperti Bojonegoro, Pekalongan, Wonogiri, Yogyakarta, Ambarawa, dan kota-kota lainnya.
Pentas yang mereka bawakan menggunakan konsep “Gerilya Budaya”. “Senang rasanya melihat banyak generasi muda yang antusias dan terhibur setelah menyaksikan sebuah pertunjukan wayang.
Kami harap dengan menyaksikan pertunjukan ini, semakin banyak generasi muda yang tertarik untuk melestarikan kebudayaan Indonesia,” ujar Renitasari Adrian, Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation.
Teater Ruang Hening merupakan salah satu dari 14 komunitas seni terpilih program Ruang Kreatif: Seni Pertunjukan Indonesia, yang berkesempatan untuk menampilkan karyanya di Galeri Indonesia Kaya, Jakarta.
Kesempatan ini didapat setelah melalui rangkaian roadshow Bincang Kreatif Seni Pertunjukan di Pekanbaru, Solo, Makassar, dan Bali, kemudian dilanjutkan dengan pengumpulan Art Project Development Proposal.
Dari sebanyak 413 proposal yang diterima, 30 komunitas seni berkesempatan untuk mengikuti workshop seni pertunjukan di Galeri Indonesia Kaya, Jakarta, dengan diwakili oleh para pimpinan produksi.
Berikutnya, dengan adanya rangkaian program dan adanya proses seleksi terbaik melalui mekanisme pitching forum di hadapan para juri profesional, lalu terpilih 14 komunitas seni (salah satunya Teater Ruang Hening).
Dalam proses persiapan pertunjukan, 14 kelompok terpilih tadi didampingi para mentor yang ahli di bidangnya, seperti Garin Nugroho, Eko Supriyanto, Ratna Riantiarno, Rama Soeprapto, Djaduk Feriyanto, Tinton Prianggoro, Iswadi Pratama, Ruth Marini, Subarkah Hadisarjana, Hartati, dan Butet Kartaredjasa.
Sampai saat ini, Program Ruang Kreatif Seni Pertunjukan Indonesia yang konsisten diselenggarakan sejak 2016, senantiasa menghasilkan seniman muda dan komunitas seni dengan ide, gagasan, serta karya seni yang bagus dan menginspirasi. Jenis seni pertunjukannya pun semakin beragam bahkan jumlah peserta dan proposal ruang kreatif yang diterima semakin meningkat dari tahun ke tahun. (Hendri Irawan)
(nfl)