Chef Samin Nosrat Bercerita Lewat Makanan
A
A
A
BAGI Chef Samin Nosrat, memasak lebih dari sekadar membuat makanan. Memasak bisa bercerita tentang banyak hal , seperti budaya, komunitas, emosi di balik makan, dan pelajaran yang dipetik sepanjang jalan Samin memang istimewa.
Dia tidak hanya dikenal sebagai chef ternama, tetapi juga penulis buku. Dia baru saja memenangi penghargaan James Beard dari buku pertama yang menjadi buku terlaris, Salt, Fat, Acid, Heat, sebagai Best General Cookbook pada tahun lalu. Buku ini juga disebut Cookbook of the Year oleh International Association of Culinary Professionals. Saat ini dia juga dikabarkan sedang menyelesaikan buku keduanya.Dikutip Eater, ide Samin menulis buku pertamanya sudah tercetus sekitar 18 tahun lalu. Kemudian, dia mulai mewujudkan mimpinya menjadi penulis sekitar tujuh tahun lalu. Dia aktif mengajar di kelas memasak, mengerjakan kurikulum, menyaring kurikulum menjadi sesuatu yang bisa dimasukkan ke halaman buku, menulis proposal buku, menjual buku, dan akhirnya menulis buku.
Dia juga dinobatkan sebagai salah satu dari 100 orang paling berpengaruh di Time Magazine tahun ini. Dikutip Good Life Project , Samin kerap dijuluki The Next Julia Child oleh NPRís All Things Considered. Julia Child adalah koki terkenal asal Amerika Serikat yang menjadi legenda hingga saat ini. Dia juga menjadi meme internet yang disebut Samin Nosrat Golden Girls di Google. Selama hampir 20 tahun bekerja di dapur, dia mengamati pola untuk semua yang dia masak, memahami dasar empat unsur (garam, lemak, asam, dan panas) adalah kunci untuk membangun rasa. Ini pula yang menginspirasinya menulis buku pertamanya, kemudian diangkat menjadi serial di Netflix.
Sebetulnya dia menjadi chef secara tidak sengaja. Perkenalannya dengan dunia memasak dimulai karena dia membutuhkan pekerjaan seusai lulus kuliah dari University of California, Berkeley. Dikutip The Guardian , setelah lulus dari University of California, Berkeley, dia mencari pekerjaan dan mengirim resume diri ke Chez Panisse, restoran di Alice Area milik koki ternama asal Amerika Serikat (AS), Alice Waters yang legendaris. Restoran ini terkenal karena memperjuangkan produk musiman, organik, dan lokal.
Samin mengaku tidak memiliki pengalaman memasak, tetapi ditawari peran busser, yakni membersihkan meja dan membantu staf yang menunggu. Namun sejak 2000, Samin menemukan passion di dunia memasak dan makanan. Di dunianya ini, dia mengaku bisa merasakan semangat, menciptakan pekerjaan yang menginspirasi, menciptakan komunitas, dan meningkatkan kesadaran budaya, sosial, dan lingkungan. Dia pun belajar memasak di Chez Panisse di Italia bersama Benedetta Vitali dan Dario Cecchini di Eccolo, Berkeley. Setelah itu, koki yang akan berulang tahun ke-40 pada 7 November ini mulai mencoba bidang lain, yakni menulis makanan dan pembawa acara. Sekarang dia kerap menjadi kontributor tetap untuk The New York Times Magazine.
Dia juga belajar puisi dengan Bob Hass, Shakespeare dengan Stephen Booth, kemudian jurnalisme dengan Michael Pollan. Dia juga berterima kasih kepada Alice Waters dan petani Bob Cannard yang telah mengajari lebih banyak tentang pengelolaan lahan. Menurut situs pribadinya, Ciao Samin , dia kerap diundang untuk berbicara tentang makanan, seni, budaya, dan memasak di tempat-tempat yang beragam, seperti Oakland Unified School District Nutrition Services, UC Berkeley, Universitas Yale, SFMoMA, St Maryís College, Universitas San Francisco, Orange Institute, The Headlands Center for the Arts, The International Association of Culinary Professionals (IACP), dan sekolah memasak nasional Kuba, Artechef. Salah satunya saat berbicara di McCormick Foundation Center pada Mei lalu.
Dia mengatakan sangat percaya jika memasak bukanlah bakat, melainkan keterampilan yang diperoleh melalui latihan dan kesadaran. “Jika mau, saya tidak akan memasukkan resep ke buku, tetapi tidak ada cara buku (seperti itu) akan diterbitkan,” candanya dikutip The Daily Northwestern. Dia mengatakan, awalnya wanita merupakan juru masak utama di masyarakat selama ribuan tahun sampai penemuan restoran dan koki profesional mengubah memasak menjadi bidang yang didominasi pria. Dia pun menyoroti hal ini sebagian untuk merebut kembali sejarah memasak wanita. (Susi Susanti)
Dia tidak hanya dikenal sebagai chef ternama, tetapi juga penulis buku. Dia baru saja memenangi penghargaan James Beard dari buku pertama yang menjadi buku terlaris, Salt, Fat, Acid, Heat, sebagai Best General Cookbook pada tahun lalu. Buku ini juga disebut Cookbook of the Year oleh International Association of Culinary Professionals. Saat ini dia juga dikabarkan sedang menyelesaikan buku keduanya.Dikutip Eater, ide Samin menulis buku pertamanya sudah tercetus sekitar 18 tahun lalu. Kemudian, dia mulai mewujudkan mimpinya menjadi penulis sekitar tujuh tahun lalu. Dia aktif mengajar di kelas memasak, mengerjakan kurikulum, menyaring kurikulum menjadi sesuatu yang bisa dimasukkan ke halaman buku, menulis proposal buku, menjual buku, dan akhirnya menulis buku.
Dia juga dinobatkan sebagai salah satu dari 100 orang paling berpengaruh di Time Magazine tahun ini. Dikutip Good Life Project , Samin kerap dijuluki The Next Julia Child oleh NPRís All Things Considered. Julia Child adalah koki terkenal asal Amerika Serikat yang menjadi legenda hingga saat ini. Dia juga menjadi meme internet yang disebut Samin Nosrat Golden Girls di Google. Selama hampir 20 tahun bekerja di dapur, dia mengamati pola untuk semua yang dia masak, memahami dasar empat unsur (garam, lemak, asam, dan panas) adalah kunci untuk membangun rasa. Ini pula yang menginspirasinya menulis buku pertamanya, kemudian diangkat menjadi serial di Netflix.
Sebetulnya dia menjadi chef secara tidak sengaja. Perkenalannya dengan dunia memasak dimulai karena dia membutuhkan pekerjaan seusai lulus kuliah dari University of California, Berkeley. Dikutip The Guardian , setelah lulus dari University of California, Berkeley, dia mencari pekerjaan dan mengirim resume diri ke Chez Panisse, restoran di Alice Area milik koki ternama asal Amerika Serikat (AS), Alice Waters yang legendaris. Restoran ini terkenal karena memperjuangkan produk musiman, organik, dan lokal.
Samin mengaku tidak memiliki pengalaman memasak, tetapi ditawari peran busser, yakni membersihkan meja dan membantu staf yang menunggu. Namun sejak 2000, Samin menemukan passion di dunia memasak dan makanan. Di dunianya ini, dia mengaku bisa merasakan semangat, menciptakan pekerjaan yang menginspirasi, menciptakan komunitas, dan meningkatkan kesadaran budaya, sosial, dan lingkungan. Dia pun belajar memasak di Chez Panisse di Italia bersama Benedetta Vitali dan Dario Cecchini di Eccolo, Berkeley. Setelah itu, koki yang akan berulang tahun ke-40 pada 7 November ini mulai mencoba bidang lain, yakni menulis makanan dan pembawa acara. Sekarang dia kerap menjadi kontributor tetap untuk The New York Times Magazine.
Dia juga belajar puisi dengan Bob Hass, Shakespeare dengan Stephen Booth, kemudian jurnalisme dengan Michael Pollan. Dia juga berterima kasih kepada Alice Waters dan petani Bob Cannard yang telah mengajari lebih banyak tentang pengelolaan lahan. Menurut situs pribadinya, Ciao Samin , dia kerap diundang untuk berbicara tentang makanan, seni, budaya, dan memasak di tempat-tempat yang beragam, seperti Oakland Unified School District Nutrition Services, UC Berkeley, Universitas Yale, SFMoMA, St Maryís College, Universitas San Francisco, Orange Institute, The Headlands Center for the Arts, The International Association of Culinary Professionals (IACP), dan sekolah memasak nasional Kuba, Artechef. Salah satunya saat berbicara di McCormick Foundation Center pada Mei lalu.
Dia mengatakan sangat percaya jika memasak bukanlah bakat, melainkan keterampilan yang diperoleh melalui latihan dan kesadaran. “Jika mau, saya tidak akan memasukkan resep ke buku, tetapi tidak ada cara buku (seperti itu) akan diterbitkan,” candanya dikutip The Daily Northwestern. Dia mengatakan, awalnya wanita merupakan juru masak utama di masyarakat selama ribuan tahun sampai penemuan restoran dan koki profesional mengubah memasak menjadi bidang yang didominasi pria. Dia pun menyoroti hal ini sebagian untuk merebut kembali sejarah memasak wanita. (Susi Susanti)
(nfl)