Memenangkan Pasar Kecantikan di Indonesia
A
A
A
JAKARTA - Pasar kecantikan di Indonesia terus bertumbuh seiring dengan kesadaran perempuan untuk tampil cantik. Karena itu perusahaan kecantikan harus mengetahui pemicu pertumbuhan tersebut dan menyusun strategi untuk memenangkan pasar kecantikan di Indonesia.
KORAN SINDO/SINDOnews berkesempatan untuk menghadiri kegiatan Business Rountable dengan L’Oreal Indonesia. Di kegiatan ini Presiden Direktur PT L'Oréal Indonesia Umesh Phadke menjabarkan berbagai pemicu, serta strategi yang telah dilakukan pihaknya untuk memenangkan pasar kecantikan di Indonesia.
Dalam presentasinya, Umesh menerangkan bahwa industri kecantikan di Indonesia kian berkembang pesat bertumbuh rata-rata 1,5 kali lipat di atas PDB (Produk Domestik Bruto) dalam satu dekade terakhir.
Sebagai gambaran, di 2018 lalu pasar kecantikan Indonesia meningkat hingga 7% dengan nilai pasar sekitar Rp40 triliun. Peningkatan ini kemudian dilanjutkan dengan pertumbuhan sebesar 6% pada semester 1 tahun ini .
“Kami sebagai pemimpin industri kecantikan dunia yang telah 40 tahun menjangkau pasar Indonesia, mengerti betul akan potensi ini dan memusatkan strategi untuk memenangkan pasar dengan konsep consumer centricity,” kata Umesh. (Baca juga: Yuk, Intip Foto-foto Cantik Song Hye Kyo Setelah Bercerai ).
Ada tiga hal yang menjadi pemicu pertumbuhan industri kecantikan di Indonesia. Pertama, konsumen muda yang dinamis dan digital savvy. Konsumen tersebut berumur rata-rata di bawah 30 tahun, ingin berpenampilan baik dan optimistis akan masa depan. “Konsumen muda ini dengan mudah mendapatkan tren kecantikan terbaru melalui smartphone-nya,” ujar Umseh.
Kedua, modernisasi ritel dan e-commerce yang memungkinkan konsumen di seluruh Indonesia untuk mencoba dan mendapatkan inovasi terbaru produk kecantikan. Sementara yang ketiga adalah perempuan Muslim modern yang berwirausaha ataupun berkarir di luar rumah.
“Perempuan muslim ini memicu peningkatan kebutuhan untuk merawat diri dan berpenampilan lebih baik,“ ujar Umesh.
Umesh kemudian menjelaskan bahwa secara garis besar pihaknya menerapkan tiga strategi utama upaya memenangkan pasar kecantikan Indonesia. Menurutnya untuk dapat bersaing di era sekarang, sebuah brand tak lagi dapat memaksakan konsep produknya untuk serta merta diterima konsumen.
“Strateginya harus dimulai dari aspirasi konsumen (consumer centricity) untuk menentukan konsep produk yang paling sesuai kebutuhannya,” ujar Umesh.
Mengenai consumer centricity, Aswaina Seroja, Chief Consumer Officer PT L'Oréal Indonesia menjelaskan bahwa L'Oréal menerapkan inisiatif Consumer Connect untuk berinteraksi secara personal dengan setiap segmen konsumen di Indonesia. Consumer Connect terdiri dari dua program, yaitu Beauty Online Panel dengan konsumen advance serta Home Visit Immersion dengan konsumen umum.
“Keduanya memungkinkan kami untuk mengenal konsumen lebih dekat serta mengikuti perkembangan tren kecantikan terbaru sehingga inovasi dan komunikasi yang nantinya kami terapkan sesuai dengan kebutuhan mereka,” jelas perempuan yang akrab disapa Wina ini.
Strategi kedua adalah untuk menciptakan inovasi produk terdepan yang menjawab aspirasi tersebut secara tepat guna. “Selama 110 tahun sebagai perusahaan berbasis sains, kami terus mengembangkan inovasi produk melalui penggabungan antara aspirasi konsumen dengan ilmu pengetahuan,” tambah Wina.
Strategi ketiga adalah menciptakan koneksi produk yang relevan bagi konsumen lokal. Dalam hal ini Umesh menekankan, pemilihan medium komunikasi yang efektif. Komunikasi tersebut dapat melalui sosok-sosok yang tepat, personal experience dalam mencoba dan memilih produk. “Kami juga melakukan promosi yang dilakukan pada momen-momen penting seperti pada musim liburan, Natal dan Ramadan,” ujar Umesh.
KORAN SINDO/SINDOnews berkesempatan untuk menghadiri kegiatan Business Rountable dengan L’Oreal Indonesia. Di kegiatan ini Presiden Direktur PT L'Oréal Indonesia Umesh Phadke menjabarkan berbagai pemicu, serta strategi yang telah dilakukan pihaknya untuk memenangkan pasar kecantikan di Indonesia.
Dalam presentasinya, Umesh menerangkan bahwa industri kecantikan di Indonesia kian berkembang pesat bertumbuh rata-rata 1,5 kali lipat di atas PDB (Produk Domestik Bruto) dalam satu dekade terakhir.
Sebagai gambaran, di 2018 lalu pasar kecantikan Indonesia meningkat hingga 7% dengan nilai pasar sekitar Rp40 triliun. Peningkatan ini kemudian dilanjutkan dengan pertumbuhan sebesar 6% pada semester 1 tahun ini .
“Kami sebagai pemimpin industri kecantikan dunia yang telah 40 tahun menjangkau pasar Indonesia, mengerti betul akan potensi ini dan memusatkan strategi untuk memenangkan pasar dengan konsep consumer centricity,” kata Umesh. (Baca juga: Yuk, Intip Foto-foto Cantik Song Hye Kyo Setelah Bercerai ).
Ada tiga hal yang menjadi pemicu pertumbuhan industri kecantikan di Indonesia. Pertama, konsumen muda yang dinamis dan digital savvy. Konsumen tersebut berumur rata-rata di bawah 30 tahun, ingin berpenampilan baik dan optimistis akan masa depan. “Konsumen muda ini dengan mudah mendapatkan tren kecantikan terbaru melalui smartphone-nya,” ujar Umseh.
Kedua, modernisasi ritel dan e-commerce yang memungkinkan konsumen di seluruh Indonesia untuk mencoba dan mendapatkan inovasi terbaru produk kecantikan. Sementara yang ketiga adalah perempuan Muslim modern yang berwirausaha ataupun berkarir di luar rumah.
“Perempuan muslim ini memicu peningkatan kebutuhan untuk merawat diri dan berpenampilan lebih baik,“ ujar Umesh.
Umesh kemudian menjelaskan bahwa secara garis besar pihaknya menerapkan tiga strategi utama upaya memenangkan pasar kecantikan Indonesia. Menurutnya untuk dapat bersaing di era sekarang, sebuah brand tak lagi dapat memaksakan konsep produknya untuk serta merta diterima konsumen.
“Strateginya harus dimulai dari aspirasi konsumen (consumer centricity) untuk menentukan konsep produk yang paling sesuai kebutuhannya,” ujar Umesh.
Mengenai consumer centricity, Aswaina Seroja, Chief Consumer Officer PT L'Oréal Indonesia menjelaskan bahwa L'Oréal menerapkan inisiatif Consumer Connect untuk berinteraksi secara personal dengan setiap segmen konsumen di Indonesia. Consumer Connect terdiri dari dua program, yaitu Beauty Online Panel dengan konsumen advance serta Home Visit Immersion dengan konsumen umum.
“Keduanya memungkinkan kami untuk mengenal konsumen lebih dekat serta mengikuti perkembangan tren kecantikan terbaru sehingga inovasi dan komunikasi yang nantinya kami terapkan sesuai dengan kebutuhan mereka,” jelas perempuan yang akrab disapa Wina ini.
Strategi kedua adalah untuk menciptakan inovasi produk terdepan yang menjawab aspirasi tersebut secara tepat guna. “Selama 110 tahun sebagai perusahaan berbasis sains, kami terus mengembangkan inovasi produk melalui penggabungan antara aspirasi konsumen dengan ilmu pengetahuan,” tambah Wina.
Strategi ketiga adalah menciptakan koneksi produk yang relevan bagi konsumen lokal. Dalam hal ini Umesh menekankan, pemilihan medium komunikasi yang efektif. Komunikasi tersebut dapat melalui sosok-sosok yang tepat, personal experience dalam mencoba dan memilih produk. “Kami juga melakukan promosi yang dilakukan pada momen-momen penting seperti pada musim liburan, Natal dan Ramadan,” ujar Umesh.
(tdy)